Terbit: 30 March 2018 | Diperbarui: 7 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Apakah Anda termsuk orang yang berjalan dengan cepat? Kalau iya, bersyukurlah sebab Anda adalah orang yang bugar dan sehat. Sebab, baru-baru ini ada sebuah berita yang sedang hangat dibincangkan oleh warganet, yaitu tentang cara berjalan seseorang. Dikatakan jika orang yang berjalan lambat, memiliki risiko terkena demensia berkali-kali lipat dibandingkan orang yang berjalan cepat.

Jalan Kaki Lambat Ada Hubungannya dengan Demensia? Berikut Penjelasannya!

Photo Credit : pexels.com

Sangking ramainya informasi tersebut, sampai-sampai seorang pakar asal University College London, Ruth A. Hackett melakukan sebuah penelitian mendalam mengenai hal ini. Dari hasil penelitian tersebut, Hackett mendapatkan sebuah hasil yang menakjubkan, ternyata memang benar adanya jika orang yang berjalan lambat akan lebih berisiko terkena demensia.

Kalau dipikir sederhana, mungkin tidak ada korelasi antara berjalan dengan munculnya demensia. Tapi, tahukah Anda jika berjalan adalah sebuah proses rangsangan organ tubuh yang dikirim sinyal oleh otak. Nah, dari cara berjalan tersebut bisa dilihat bagaimana otak bekerja untuk memberi sinyal kepada kaki. Selain itu, dijelaskan pula orang yang berjalan lambat biasanya memiliki sistem kognitif yang tidak stabil karena banyak yang sedang dipikirkannya.

Lantas, selain dari cara jalan, penelitian tersebut juga mengungkap bahwa orang yang kurang bisa mengambil keputusan adalah salah satu orang yang berisiko demensia di hari senjanya nanti. Maka dari itu, jika ada seseorang merasa bahwa dirinya adalah tipe orang yang berjalan lambat serta tipe orang yang tidak bisa mengambil keputusan, alangkah baiknya untuk sering-sering mengistirahatkan otak dengan cara tidur dan meditasi.

Demensia memang cukup menakutkan, sebab penyakit ini berhubungan langsung dengan kinerja otak manusia. Tercatat pada 2015 setidaknya sudah ada 50 juta orang yang terkena penyakit kognitif ini. Maka dari itu, siapa pun memiliki risiko sama tanpa mengenal gender atau usia. Oleh karenanya, jagalah otak Anda sedini mungkin untuk terhindar dari penyakit ini.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi