Terbit: 9 November 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Salah satu masalah kesehatan yang kini semakin sering dialami oleh manusia adalah insomnia atau susah tidur. Seringkali hal ini terkait dengan stres yang bisa dipicu oleh faktor pekerjaan, kemacetan, dan masalah-masalah lainnya. Tak hanya akan membuat kita merasa mengantuk atau kurang fit, sering mengalami insomnia juga bisa memberikan dampak lain, tepatnya dalam hal memicu stroke dan penyakit jantung.

Sering Insomnia Bikin Lebih Rentan Terkena Penyakit Jantung dan Stroke

Dampak Insomnia bagi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

Dalam penelitian yang dilakukan di Tiongkok, 500 ribu orang dengan usia rata-rata 51 taun dilibatkan. Hasilnya adalah, insomnia dialami oleh satu dari tiga orang dewasa. Masalahnya adalah hal ini juga bisa mempengaruhi fungsi tubuh dengan signifikan, termasuk dalam hal meningkatkan risiko stroke atau terkena serangan jantung.

Hal ini sepertinya terkait dengan kemampuan kurang tidur dalam memicu tekanan darah tinggi dan gangguan pada sistem metabolisme tubuh. Hal ini bisa berimbas pada peningkatan risiko terkena penyakit kardiovaskular.

Dalam penelitian ini, para partisipan dicek kebiasaan tidurnya setiap hari dalam sepekan demi mengetahui apakah mengalami satu dari tiga gejala dari insomnia, yakni sulit untuk terlelap, bangun di waktu yang lebih awal dari normal, dan mengalami dampak seperti sulit berkonsentrasi atau sulit berpikir di siang hari.

Selain itu, para partisipan juga dicek kondisi kesehatannya untuk mengetahui apakah memiliki faktor risiko terkena penyakit kardiovaskular seperti kebiasaan merokok, olahraga, hingga kebiasaan mengonsumsi alkohol.

Hasil dari penelitian ini adalah, partisipan yang mengalami tiga gejala insomnia sekaligus akan mengalami peningkatan risiko terkena stroke dan serangan jantung hingga 18 persen. Mereka yang hanya sering bangun di waktu yang lebih awal dan tak bisa tidur kembali mengalami peningkatan risiko terkena penyakit ini sebesar 7 persen dan mereka yang sulit berpikir di siang hari mengalami peningkatan risiko hingga 13 persen.

“Ada kaitan erat antara insomnia dengan penyakit jantung dan stroke. Jika hal ini dialami oleh orang dewasa berusia muda atau penderita hipertensi, risikonya bahkan lebih besar. Karena alasan inilah masalah insomnia harus segera ditangani dan mereka yang mengalaminya juga harus dicek faktor risiko dari penyakit kardiovaskular,” ucap pemimpin penelitian dari Beijing University, dr Liming Li.

Dampak Kesehatan Insomnia

Selain bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan stroke, ada beberapa dampak kesehatan lain yang bisa disebabkan oleh insomnia atau susah tidur.

Berikut adalah dampak-dampak tersebut.

  1. Kenaikan Berat Badan

Sering mengalami insomnia membuat kita lebih rentan mengalami kenaikan berat badan. Hal ini disebabkan oleh terganggunya sistem metabolisme dan laju pencernaan. Hal ini juga akan mempengaruhi keseimbangan hormon ghrelin dan leptin yang mengendalikan sensasi lapar dan kenyang. Kita pun akan lebih mudah merasa lapar dan bisa makan sembarangan sehingga menyebabkan kenaikan berat badan.

  1. Gangguan Memori

Saat tidur, otak mengeluarkan gelombang yang mempengaruhi proses penyimpanan memori kita. Jika kita kurang tidur, proses ini akan mempengaruhi fungsi memori dengan signifikan. Kita akan menjadi mudah lupa dan lebih rentan terkena masalah pikun.

  1. Terkena Penyakit Serius

Insomnia terkait dengan diabetes, penyakit ginjal, hingga gangguan saraf. Penyakit-penyakit ini berpotensi menyebabkan kematian dini atau komplikasi serius.

  1. Stres

Kurang tidur akan membuat hormon stres meningkat. Kita akan lebih mudah mengalami peradangan dan akhirnya mempengaruhi kesehatan psikis dengan signifikan.

  1. Kurang Produktif

Mudah terkena stres, mengalami gangguan memori, dan sulit berpikir akan membuat kita kurang produktif dan sulit bekerja dengan maksimal.

 

Sumber:

  1. George, Judy. 2019. Insomnia Tied to Stroke, Heart Attacks. https://www.medpagetoday.com/neurology/sleepdisorders/83176. (Diakses pada 9 November 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi