Terbit: 1 June 2017 | Diperbarui: 8 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Tak hanya menahan lapar dan haus, beribadah puasa juga meminta kita untuk menahan emosi dengan lebih baik. Padahal, ada kecenderungan dimana orang yang lapar dan haus cenderung lebih galak dan mudah untuk marah. Sebenarnya, mengapa lapar dan haus bisa mempengaruhi emosi seseorang?

Ini Alasan Mengapa Orang yang Lapar Cenderung Lebih Galak

Pakar ksehatan psikologi yang berasal dari Reed College, Amerika Serikat bernama Paul Currie menyebutkan bahwa rasa lapar ternyata memang memiliki kemampuan untuk mendorong emosi seseorang dan memicu rasa stress atau gelisah. Kita memang bisa mengabaikan sinyal lapar dari tubuh, namun cenderung tidak bisa menahannya terlalu lama. Alhasil, kita pun akan cenderung lebih gelisah, mudah stress, dan mudah meningkat saat perut keroncongan.

Meskipun memiliki jarak yang cukup jauh di dalam tubuh, dalam realitanya otak dan perut ternyata kerap melakukan interaksi setiap harinya. Sebagai contoh, terdapat hormon ghrelin yang diproduksi pada perut dan bisa menimbulkan nafsu makan, namun, reseptor dari hormon ini ternyata ada di hampir semua bagian tubuh, termasuk di bagian hipotalamus yang ada di dalam otak. Tak hanya bisa memicu peningkatan nafsu makan dan rasa lapar, hormon ini ternyata juga bisa menyebabkan respon gelisah yang akan bisa segera menghilang andai kita mengkonsumsi makanan. Tak hanya itu, ada kecenderungan bahwa tubuh akan meningkatkan emosi agar kita bisa segera mencari makanan agar bisa memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Selain hormon ghrelin, hormon lain yang berperan dalam menyebabkan rasa lapar dan peningkatan emosi adalah hormon serotonin. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di University of Cambridge pada tahun 2011 lalu, diketahui bahwa hormon ini cenderung memuncak saat kita sedang lapar atau stress. Yang menjadi masalah adalah, tingginya kadar hormon ini pada otak ternyata bisa membuat kita mudah marah.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi