Terbit: 16 March 2022 | Diperbarui: 25 March 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Saat menghadapi stres, tubuh memproduksi hormon adrenalin. Jika dalam batas wajar, hormon ini akan mendukung organ tetap bekerja optimal. Sebaliknya, kekurangan ataupun kelebihan hormon ini akan membahayakan tubuh. Bagaimana mekanismenya? Simak di sini!

Hormon Adrenalin: Dampaknya Jika Kekurangan atau Kelebihan

Apa itu Hormon Adrenalin?

Adrenalin atau epinefrin adalah hormon yang berasal dari kelenjar adrenal (suprarenal). Kelenjar ini terletak di bagian atas kedua ginjal. Hormon adrenalin dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan otak di dalam tubuh.

Secara umum, adrenalin adalah hormon yang berfungsi untuk membantu Anda bereaksi ketika sedang menghadapi situasi yang menegangkan, penuh tekanan, atau berbahaya.

Hormon ini juga dikenal sebagai hormon ‘fight-or-flight’. Berkat adanya hormon ini di dalam tubuh, Anda akan bereaksi dengan cepat saat menghadapi situasi yang sulit.

Otak akan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk segera melepas hormon ke dalam darah. Setelahnya, efek dari hormon tersebut akan terasa dalam kurun waktu 2 atau 3 menit.

Dampak dari pelepasan hormon ini juga dapat Anda rasakan dalam bentuk fisik, misalnya jantung yang berdetak lebih cepat.

Selain itu, terjadi pula peningkatan aliran darah ke otak dan otot, serta produksi gula dalam tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar.

Manfaat Adanya Hormon Adrenalin

Selain hormon adrenalin, kelenjar adrenal juga memproduksi berbagai hormon lainnya, yaitu kortisol, aldosteron, dan noradrenalin.

Kelenjar adrenal menghasilkan hormon yang akan membantu Anda menghadapi situasi berbahaya atau situasi yang membuat Anda stres berat. Hormon-hormon tersebut juga akan membantu mengatur sistem kekebalan tubuh, tekanan darah, dan metabolisme.

Secara umum, hormon dari kelenjar adrenal berperan membantu tubuh dalam berbagai hal berikut:

  • Meningkatkan fungsi sistem kardiovaskular.
  • Membantu mendistribusikan lemak yang tersimpan dalam tubuh.
  • Memanfaatkan karbohidrat dan lemak dengan benar.
  • Menyebabkan munculnya bau badan dan rambut kemaluan.
  • Mendukung kesehatan pencernaan.

Baca JugaHormon Kortisol: Cara Kerja, Fungsi, dan Tips Mengontrolnya

Di sisi lain, saat tubuh melepaskan hormon adrenalin, berbagai efek pada organ tubuh bisa Anda rasakan, di antaranya:

  • Menyebabkan jantung berdetak lebih cepat.
  • Meningkatkan energi karena kadar produksi gula dalam darah meningkat.
  • Menyebabkan pupil melebar.
  • Meningkatkan tekanan darah.
  • Membuat otak lebih waspada.
  • Meningkatkan produksi keringat.
  • Mengurangi rasa nyeri.
  • Meningkatkan aliran darah menuju otak dan otot akibat pembuluh darah yang melebar.

Selain dihasilkan sendiri oleh tubuh, hormon adrenalin dapat diproduksi untuk keperluan pengobatan.

Suntik hormon ini akan berguna pada beberapa kondisi di bawah ini:

  • Reaksi alergi parah atau anafilaksis dalam keadaan darurat.
  • Masalah pernapasan, seperti asma.
  • Henti jantung.
  • Syok akibat berbagai kondisi, misalnya dehidrasi berat, sepsis, dan perdarahan.
  • Memperpanjang durasi kerja obat bius ketika operasi.
  • Membantu pada resusitasi jantung paru. Resusitasi jantung paru adalah pertolongan medis untuk menolong orang yang mengalami henti jantung dan henti napas.

Dampak Kekurangan Hormon Adrenalin

Kekurangan hormon adrenalin sangat jarang terjadi, meskipun Anda kehilangan kelenjar adrenal akibat kondisi medis tertentu ataupun tindakan pembedahan.

Namun, pada beberapa kasus, kurangnya hormon ini dapat menyebabkan seseorang kesulitan saat menghadapi situasi yang sulit.

Dampak Kelebihan Hormon Adrenalin

Jika produksi hormon adrenalin berlebih, maka akan muncul sejumlah gejala, di antaranya:

  • Pusing atau sakit kepala.
  • Jantung berdebar.
  • Gelisah dan mudah marah.
  • Keringat berlebih.
  • Insomnia.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Pandangan kabur.

Penting untuk Anda ketahui, saat seseorang sedang stres berat, maka hormon ini akan meningkat. Selain itu, kondisi medis tertentu juga bisa menyebabkan peningkatan hormon ini, misalnya tumor pada kelenjar adrenal.

Pada gilirannya, tingginya hormon adrenalin dalam tubuh dapat meningkatkan risiko berbagai kondisi, seperti:

  • Serangan jantung.
  • Stroke.
  • Penurunan berat badan.
  • Kecemasan.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Jantung berdebar.

Baca JugaHormon Prolaktin: Fungsi dan Cara Mengendalikannya

Cara Menyesuaikan Tingkat Adrenalin

Cara mengontrol hormon adrenalin agar seimbang dalam tubuh adalah dengan mengelola stres. Jika stres yang Anda hadapi tidak terkelola dengan baik, maka tubuh akan terus-menerus memproduksi hormon ini.

Seiring berjalannya waktu, produksi hormon adrenalin yang berlebihan akan berakibat pada kerusakan pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah.

Kondisi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke, serta menyebabkan kecemasan, berat badan bertambah, sakit kepala, insomnia, dan gangguan kesehatan lain seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Agar hormon adrenalin terkontrol, Anda harus mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, atau yang dikenal dengan ‘rest-and-digest system’. Cara kerjanya berbanding terbalik dengan ‘fight-or-flight response’ pada hormon adrenalin.

Pengaktifan saraf parasimpatis dapat meningkatkan keseimbangan tubuh dan memungkinkan tubuh beristirahat dan pulih.

Ada sejumlah cara yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikan stres sekaligus menjaga kadar hormon ini di ambang batas normal. Berikut di antaranya:

  • Teknik pernapasan.
  • Meditasi.
  • Yoga atau tai chi.

Itulah penjelasan seputar hormon adrenalin. Selain mengelola stres, Anda juga bisa menjaga hormon ini tetap seimbang dengan menerapkan gaya hidup sehat. Lakukan diet sehat, olahraga teratur, dan batasi konsumsi kafein dan alkohol.

 

  1. Anonim. Adrenaline. https://www.healthdirect.gov.au/adrenaline. (Diakses pada 16 Maret 2022).
  2. Anonim. Adrenal Hormones. https://www.endocrine.org/patient-engagement/endocrine-library/hormones-and-endocrine-function/adrenal-hormones. (Diakses pada 16 Maret 2022).
  3. Anonim. Adrenaline. https://www.yourhormones.info/hormones/adrenaline/. (Diakses pada 16 Maret 2022).
  4. Cafasso, Jacquelyn. 2018. Adrenaline Rush: Everything You Should Know. https://www.healthline.com/health/adrenaline-rush#how-to-control. (Diakses pada 16 Maret 2022).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi