Terbit: 21 February 2019 | Diperbarui: 9 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Kerokan adalah salah satu metode pengobatan alternatif yang dikenal luas di Indonesia. Banyak orang yang percaya kerokan mampu mengatasi masuk angin lebih cepat dibandingkan dengan minum obat. Hanya saja, ada anggapan yang menyebut kerokan bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Salah satunya adalah bisa memicu stroke. Sebenarnya, apakah anggapan ini memang benar secara medis?

Hobi Kerokan Bisa Picu Stroke?

Kaitan antara kerokan dan risiko stroke

Kerokan dilakukan dengan cara menggunakan benda tumpul seperti uang logam atau alat khusus kerokan yang ditekan atau digarukkan ke permukaan kulit layaknya punggung, leher, atau dada. Banyak orang yang percaya bahwa hasil kerokan yang merah jauh lebih baik karena menandakan bahwa ada banyak angin yang bisa dikeluarkan dari dalam tubuh.

Pakar kesehatan menyebut efek ini sebenarnya tidak benar-benar terjadi. Hanya saja, karena ada sugesti bahwa kerokan bisa mengobati masuk angin, maka banyak orang yang merasa lebih enakan setelah mendapatkannya.

Khusus untuk anggapan yang menyebut kerokan bisa memicu stroke, hal ini disebabkan oleh terjadinya efek berupa melebarnya pori-pori kulit. Hal ini juga akan berimbas pada melebarnya pembuluh darah. Masalahnya adalah jika hal ini terus dilakukan, dikhawatirkan pembuluh darah bisa pecah dan menyebabkan stroke.

Memang, kasus ini cenderung sangat jarang terjadi. Hanya saja, jika kita memang memiliki risiko besar terkena penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung atau stroke, sebaiknya memang tidak sembarangan melakukan kerokan.

Dampak buruk dari kebiasaan melakukan kerokan

Selain terkait dengan risiko stroke, pakar kesehatan menyebut ada banyak dampak lain yang bisa terjadi jika kita terbiasa melakukan kerokan.

Berikut adalah dampak-dampak tersebut.

  1. Ketagihan

Kerokan memang bisa memberikan sensasi nyaman pada tubuh. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya sirkulasi darah yang bisa membuat tubuh seperti terasa lebih baik. Hal inilah yang membuat kita seperti terus ingin mendapatkannya meskipun sebenarnya bagian kulit yang dikerok mengalami peradangan. Sayangnya, peradangan sebenarnya kurang baik bagi kondisi tubuh kita.

  1. Melebarnya pori-pori kulit

Saat kulit dikerok, terjadi pelebaran pori-pori kulit dengan signifikan. Banyak orang yang menganggap hal ini sebagai jalan bagi angin untuk keluar dari dalam tubuh. Sayangnya, kulit yang memerah dan mengalami peradangan ini juga bisa menjadi gerbang virus atau bakteri untuk masuk ke dalam tubuh. Jika alat kerokan yang dipakai juga kurang bersih, bisa jadi virus dan bakteri yang ada di dalam alat tersebut masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan datangnya masalah kesehatan.

  1. Membuat gejala masuk angin menjadi lebih parah

Pakar kesehatan menyebut kerokan sebenarnya tidak akan mengatasi masuk angin. Justru hal ini bisa memperparah gejalanya. Memang, setelah mendapatkannya tubuh akan terasa lebih nyaman, namun lama-kelamaan kita akan mengalami gejala seperti pusing kepala, mual-mual, atau muntah.

  1. Berbahaya bagi ibu hamil

Cukup banyak ibu hamil yang juga tertarik untuk mendapatkan kerokan, apalagi jika kondisi tubuhnya kurang fit akibat kondisi kehamilan. Sayangnya, pakar kesehatan menyebut kerokan bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur. Hal ini disebabkan oleh kemampuan terapi ini dalam menyebabkan kontraksi dini.

Setelah dikerok, tubuh akan melepaskan zat bernama prostaglandin yang ternyata bisa memicu kontraksi dini. Hal ini tentu bisa berbahaya karena kelahiran prematur bisa cukup berisiko bagi kesehatan, pertumbuhan, hingga nyawa bayi.

Melihat fakta-fakta ini, sebaiknya memang kita tidak sembarangan mengobati masuk angin dengan cara kerokan. Jika gejala masuk angin terasa berat, segeralah mendatangi dokter untuk mendapatkan solusi medis yang tepat.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi