Terbit: 17 January 2019 | Diperbarui: 9 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah masalah kesehatan yang bisa berujung pada komplikasi yang mematikan pada jantung dan pembuluh darah. Masalahnya adalah, jika kondisi ini terus dibiarkan, besar kemungkinan akan merembet pada ginjal dan akhirnya membuat kita harus menjalani cuci darah atau hemodialisis di kemudian hari. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Awas! Hipertensi Bisa Berujung Pada Cuci Darah

Beberapa hal tentang hipertensi

Sebagaimana sebutannya, tekanan darah tinggi bisa dijelaskan sebagai kondisi tekanan darah di dalam pembuluh darah yang melebihi batas normal yang aman. Hipertensi telah dikenal luas sebagai pembunuh diam-diam karena seringkali tidak memberikan gejala yang jelas. Karena alasan ini pulalah banyak penderita hipertensi yang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kondisi ini dan baru mengetahuinya saat kondisinya sudah sangat parah.

Seringkali, hipertensi terjadi pada mereka yang sudah berusia lanjut, namun karena gaya hidup masyarakat yang semakin tidak sehat, kasus hipertensi pada mereka yang berusia produktif atau muda juga semakin meningkat.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, disebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8 persen. Hal ini berarti, sekitar 1 dari 4 orang di Indonesia menderita penyakit ini. Karena alasan inilah kita harus memperhatikan kondisi kesehatan kita agar tidak termasuk dalam orang yang mengidapnya.

Bagaimana bisa hipertensi menyebabkan dampak buruk bagi ginjal?

Ginjal dan sistem peredaran darah memang memiliki kaitan erat. Hal ini disebabkan oleh fungsi utama dari ginjal yang menyaring berbagai kotoran atan zat yang ada di dalam darah. Karena alasan inilah, jika kondisi sirkulasi darah bermasalah, ginjal juga akan terkena imbasnya.

Sebagai contoh, jika sampai pembuluh darah mengalami kerusakan akibat tekanan darah tinggi, maka bagian ginjal bernama nefron yang berperan dalam menyaring darah mengalami kondisi kekurangan oksigen dan nutrisi yang ada pada darah. Hal ini akan berimbas pada kondisi hipertensi yang semakin memburuk. Hal ini juga akan membuat ginjal rentan mengalami kerusakan. Bahkan, jika kondisi ini terus dibiarkan begitu saja, maka risiko terkena gagal ginjal akan meningkat.

Hipertensi seringkali terkait dengan konsumsi garam yang berlebihan. Hal ini akan menyebabkan gejala berupa edema atau pembengkakan pada beberapa bagian tubuh. Masalahnya adalah edema ini dipicu oleh kelebihan cairan yang sulit untuk disaring oleh ginjal. Hal ini pun akan membuat ginjal akan lebih mudah rusak. Padahal, jika sampai ginjal kehilangan fungsinya, maka kita pun harus menjalani hemodialisis atau cuci darah demi bisa bertahan hidup.

Mencegah masalah ginjal yang terkait dengan hipertensi

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, pakar kesehatan menyarankan kita untuk menjaga kondisi tekanan darah dengan normal demi mencegah kerusakan pada ginjal. Caranya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat secara keseluruhan seperti menjaga pola makan yang sehat dengan kadar gizi yang seimbang setiap hari, menjaga berat badan tetap normal, rajin berolahraga, tidak mudah terkena stres, dan menghindari kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol.

Bagi mereka yang sudah mengidap masalah hipertensi. Penerapan gaya hidup sehat ini harus benar-benar dilakukan dengan baik. Bahkan, jika diperlukan, mereka juga sebaiknya meminta saran dari dokter agar bisa menerapkan gaya hidup yang sehat. Selain itu, jika memang diberi obat pengendali tekanan darah, sebaiknya mereka juga mengonsumsinya secara rutin.

Memang, terdapat beberapa jenis terapi yang bisa membantu mengembalikan fungsi ginjal, namun pakar kesehatan menyebutkan bahwa ginjal yang sudah rusak tentu tidak akan bisa berperan sebaik ginjal yang masih sehat. Karena alasan inilah kita harus benar-benar menjaga tekanan darah dan kondisi kesehatan ginjal sebaik mungkin.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi