Terbit: 1 November 2019 | Diperbarui: 14 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Kabar duka datang dari dunia olah raga Indonesia. Pemain bertahan Timnas U-16, Alfin Lestaluhu dikabarkan meninggal dunia. Alfin mengalami ensefalitis dan hypoalbuminemia dan dirawat di rumah sakit setelah sempat menjadi korban luka dari gempa yang terjadi di Ambon, beberapa saat lalu.

Ensefalitis, Penyebab Alfin Lestaluhu Meninggal

Alfin Lestaluhu Meninggal Karena Ensefalitis

PSSI menyebut Alfin mengembuskan napasnya yang terakhir pada Kamis, 31 Oktober 2019 pukul 22.11 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita, DKI Jakarta. Selain mengucapkan bela sungkawa, PSSI juga mengungkap hasil diagnosa dokter yang menyebut Alfin telah berjuang melawan ensefalitis atau infeksi otak yang disertai dengan hypoalbuminemia.

Alfin adalah salau satu korban gempa yang melanda Ambon pada 26 September 2019 silam. Kondisi kesehatannya semakin menurun di pengungsian sehingga membuat pemain yang dikenal sebagai bek kanan handal ini dirawat di Rumah Sakit Tentara, Ambon. Karena tak kunjung membaik, ia kemudian dirujuk ke Jakarta.

Beberapa saat lalu, Alfin dan rekan-rekannya di Timnas Indonesia U-16 mampu menorehkan prestasi lolos ke putaran final Piala Asia 2020 di Bahrain. Mengingat dirinya adalah salah satu dari pemain andalan pelatih Bima Sakti, kematiannya tentu menjadi kehilangan besar bagi dunia sepak bola Indonesia.

Mengenal Ensefalitis

Pakar kesehatan menyebut ensefalitis sebagai kondisi yang membuat jaringan otak mengalami peradangan yang dipicu oleh infeksi virus. Hanya saja, dalam beberapa kasus, hal ini juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur.

Masalahnya adalah ensefalitis bisa menyebabkan dampak yang sangat serius dan mematikan seperti gangguan sistem kekebalan tubuh, kejang-kejang, hingga kematian. Meskipun begitu, bukan berarti pengidapnya hanya bisa pasrah. Dalam realitanya cukup banyak orang yang bisa selamat dari penyakit ini dan kembali hidup dengan normal.

Proses penyembuhan penyakit ini sangat bergantung dari faktor usia, jenis virus yang memicu peradangan, atau tingkat keparahannya.

Gejala dari Ensefalitis

Karena penyakit ini bisa memicu peradangan pada otak, maka penderitanya tentu akan mengalami masalah atau gangguan fungsi pada organ ini. Sebagai contoh, mereka bisa mengalami gejala berupa sakit kepala, demam, atau flu. Selain itu, jika kondisi ini sudah cukup parah, bisa jadi akan menyebabkan gangguan berpikir atau kerusakan sistem indera.

Gejala ensefalitis yang ringan biasanya berupa demam, sakit kepala, sering mual dan muntah, sensasi kaku pada leher, tubuh yang terus mengalami kelelahan, hingga sensasi nyeri pada otot dan persendian. Jika masalah kesehatan ini sudah parah, maka demam akan berlangsung dengan suhu yang sangat tinggi, menyebabkan kebingungan atau bahkan halusinasi, hilang kesadaran, kejang-kejang, lebih sensitif pada cahaya, sulit berbicara atau mendengar, hingga kelumpuhan pada beberapa bagian tubuh.

Penyebab dari Ensefalitis

Ensefalitis bisa dibagi menjadi dua jenis, yakni radang otak primer dan radang otak sekunder. Radang otak primer menyerang satu bagian otak dan kemudian menyebar ke bagian lainnya. Penyebabnya bisa berupa virus herpes simpleks atau virus Epstein-barr.

Jika penyebabnya adalah virus herpes, bisa jadi akan memicu kerusakan otak yang bisa saja berujung pada kematian. Beberapa jenis virus lain yang bisa memicu hal ini adalah HIV, sitomegalovirus, hingga arbovirus.

Sementara itu, radang otak sekunder biasanya dipicu oleh terganggunya sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik dan justru menyerang sel-sel sehat yang ada di dalam otak. Jika kita mengalami infeksi sebelumnya, termasuk karena mengalami luka yang tak ditangani dengan baik, maka hal ini bisa menjadi penyebabnya. Selain itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh masalah autoimun atau HIV.

 

Sumber:

  1. 2019. PSSI: Alfin Lestaluhu Meninggal karena Encephalitis. cnnindonesia.com/olahraga/20191101043354-142-444723/pssi-alfin-lestaluhu-meninggal-karena-encephalitis. (Diakses pada 1 November 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi