DokterSehat.Com– Belakangan ini di media sosial dan aplikasi pesan ponsel pintar viral kabar yang menyebut bubuk cabai bisa memicu difteri. Masalahnya adalah bubuk cabai sering dikonsumsi anak-anak saat mengonsumsi jajanan di pinggir jalan. Sebenarnya, apakah anggapan bahwa bubuk cabai bisa menyebabkan difteri ini memang benar?
Isu Bubuk Cabai Bisa Menyebabkan Difteri
Dalam pesan yang viral ini, disebutkan bahwa Ibu Kota Jakarta sedang berada dalam kondisi Kejadian Luar Biasa penyakit difteri. Telah ada ratusan orang yang harus dirawat akibat masalah kesehatan ini. Pemicunya adalah bubuk cabai kering yang sering dijadikan bumbu jajanan ini ternyata sudah tercemar oleh urine tikus.
Pesan ini bahkan diklaim berasal dari Dinas Kesehatan DKI. Isinya juga mengimbau masyarakat dari Jakarta, Jawa Barat, dan tempat-tempat lain di Indonesia untuk menghindari jajanan yang mengandung bubuk cabai seperti tahu bulat, cilok, otak-otak, sotong, dan lain-lain. Bubuk cabai ini disebut-sebut berasal dari gudang yang juga menjadi sarang tikus sehingga terpapar urine tikus yang bisa memicu penyakit ini.
Dalam pesan ini, disebutkan bahwa sudah ada 600 pasien di DKI dan Jawa Barat. Dinkes DKI Jakarta juga sudah mengadakan imunisasi massal terkait dengan hal ini.
Dinkes DKI Jakarta menyebut informasi ini sebagai hoaks belaka. Dinkes mengaku tidak pernah mengeluarkan informasi yang tidak benar tersebut.
Mengenal Difteri
Sebenarnya, difteri sempat menghilang dari Indonesia dalam waktu yang cukup lama, namun pada 2017 silam, masalah kesehatan ini kembali muncul di Indonesia. Bahkan, pada Desember 2017, wabah difteri terjadi di 20 provinsi di Indonesia.
Difteri bisa dijelaskan sebagai infeksi yang muncul di saluran pernapasan. Penyebabnya adalah bakeri berjenis corynebacterium diphtheria. Tak hanya menyerang saluran pernapasan, hal ini juga bisa menyebabkan masalah pada jantung, sistem saraf, otak, dan kulit. Penyakit ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal usia, namun anak-anak dengan usia kurang dari 12 tahun memiliki risiko yang lebih besar terkena masalah kesehatan ini.
Gejala Difteri
Gejala awal dari difteri adalah badan yang melemah, mengalami radang tenggorokan parah, dan demam tinggi hingga membuat penderitanya menggigil. Saluran pernapasan kemudian akan mengalami kerusakan jaringan serta sel.
Setelah itu, di saluran pernapasan akan muncul semacam lapisan lendir tebal dengan warna abu-abu atau dalam dunia medis disebut sebagai pseudomembrane. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernapasan atau kesulitan menelan yang sangat parah.
Penyebab Difteri
Pakar kesehatan menyebut difteri bisa menular melalui udara. Jika kita berada di dalam satu ruangan atau dekat dengan pengidap difteri, maka bakteri penyebab penyakit ini bisa saja menular hanya lewat batuk-batuk atau bersin yang dilakukan oleh pengidap tersebut.
Proses penularan lainnya dari penyakit ini adalah jika kita menggunakan benda-benda seperti peralatan makan, mainan, atau bahkan kain yang digunakan bersama dengan pengidap difteri.
Mengapa anak-anak lebih rentan tertular difteri? Hal ini ternyata disebabkan oleh sistem kekebalan tubuhnya yang masih belum sekuat orang dewasa. Jika anak juga masih belum mendapatkan vaksinasi dengan cukup, maka risiko untuk terkena penyakit ini juga meningkat dengan signifikan.
Jika kita juga tinggal di pemukiman yang cenderung sangat padat, kurang bersih, dan tidak terjaga kondisi lingkungannya, besar kemungkinan kita juga bisa terkena difteri jika masalah kesehatan ini mewabah di area tempat tinggal kita. Berkunjung ke tempat yang sedang mengalami wabah difteri juga bisa membuat kita lebih berisiko tertular.
Sumber:
- Putri, Frieda Isyana. 2019. Viral KLB Difteri Gara-gara Cabe Bubuk, Dinkes DKI Pastikan Hoax!. health.detik.com/berita-detikhealth/d-4746497/viral-klb-difteri-gara-gara-cabe-bubuk-dinkes-dki-pastikan-hoax. (Diakses pada 15 Oktober 2019).