Terbit: 1 February 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Selain pengobatan konvensional, banyak orang yang juga menggunakan pengobatan alternatif untuk mengatasi masalah kesehatannya. Salah satu dari pengobatan alternatif yang paling sering digunakan masyarakat Indonesia adalah bekam. Hal ini disebabkan oleh bekam yang disebut-sebut bisa mengatasi berbagai macam penyakit, termasuk hipertensi atau tekanan darah tinggi. Sebenarnya, apakah memang bekam bisa memberikan manfaat kesehatan ini?

Benarkah Bekam Ampuh Mengatasi Hipertensi?

Dampak melakukan bekam bagi kondisi hipertensi

Hipertensi jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi yang berbahaya layaknya penyakit jantung, stroke, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Mengingat perubahan gaya hidup demi menurunkan tekanan darah terkadang terasa berat untuk dilakukan, banyak penderita hipertensi yang akhirnya memilih untuk menggunakan pengobatan alternatif seperti bekam.

Metode pengobatan tradisional ini tidak hanya dikenal di Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Selain disebut-sebut bisa menyembuhkan penyakit, bekam juga disebut-sebut bisa memperbaiki keseimbangan fungsi tubuh.

Pasien bekam akan mendapatkan semacam gelas yang sudah dipanaskan agar mengalami kondisi vakum yang kemudian ditempelkan di beberapa bagian tubuh sehingga membuat kulit seperti tersedot. Setelahnya, kulit yang dibekam akan terlihat menonjol atau memar dan muncul bintik-bintik kemerahan. Bagian kulit yang membengkak ini kemudian ditusuk dengan jarum atau pisau yang steril demi membuang berbagai darah kotor di dalam tubuh.

Sebenarnya, tujuan utama dari bekam adalah mengeluarkan darah yang dianggap sudah tercampur dengan berbagai zat berbahaya atau darah kotor. Dengan mengeluarkan berbagai hal ini, diharapkan tubuh akan menjadi lebih sehat. Menariknya adalah bekam dianggap bisa membantu menurunkan kadar lemak dan kolesterol jahat yang bisa ditemukan di dinding pembuluh darah. Dengan kadar lemak dan kolesterol jahat yang semakin menurun, diharapkan sirkulasi darah bisa menjadi semakin lancar dan hal ini akan membuat tekanan darah menurun.

Selain itu, bekam juga disebut-sebut bisa membuat produksi zat nitrit oksida meningkat dan hal ini dianggap mampu membantu pembuluh darah menjadi lebih lebar dan rileks. Hal inilah yang disebut-sebut bisa membantu menurunkan tekanan darah.

Belum ada penelitian yang membuktikan manfaat bekam bagi hipertensi

Hanya saja, pakar kesehatan menyebut hingga saat ini belum ada penelitian yang benar-benar membuktikan manfaat bekam bagi kondisi hipertensi. Memang, telah ada beberapa studi yang terkait dengan pengobatan tradisional ini, namun hasilnya belum benar-benar valid atau menunjukkan hasil yang jelas sehingga pakar kesehatan belum benar-benar bisa menyatakan manfaat bekam bagi penderita hipertensi.

Sebagai contoh, terdapat sebuah studi yang mengeluarkan hasil berupa sebagian partisipan mengalami penrunan tekanan darah meskipun belum jelas bagaimana efeknya dalam jangka panjang. Hanya saja, ada penelitian lain yang justru menghasilkan fakta yang berbeda, yakni penggunaan bekam tidak memberikan dampak yang signifikan bagi partisipan yang menderita hipertensi.

Lantas, apakah masih bisa dijadikan pengobatan alternatif bagi hipertensi?

Pakar kesehatan menyebut penderita hipertensi untuk memeriksakan kondisi kesehatannya kepada dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat. Jika perlu, mereka juga bisa mengonsumsi obat penurun tekanan darah. Hanya saja, penderita hipertensi memang harus mengubah gaya hidup secara keseluruhan menjadi lebih sehat seperti dengan cara menghindari asap rokok, menurunkan asupan garam, rajin berolahraga, mencegah stres, dan lain-lain. Dengan melakukannya, diharapkan tekanan darah bisa dijaga tetap dalam kondisi stabil.

Menggunakan terapi bekam juga tidak ada salahnya dilakukan karena bisa jadi akan memberikan sugesti positif yang tentu akan membantu memperbaiki kondisi kesehatan tubuh. Hanya saja, pastikan bahwa terapi ini dilakukan oleh ahli yang sudah berpengalaman.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi