Terbit: 14 March 2019 | Diperbarui: 7 July 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com –  Beberapa waktu yang lalu, publik tanah air digemparkan oleh berita kasus sodomi di sejumlah daerah di Indonesia. Mirisnya, anak-anak yang menjadi korban tindak kejahatan asusila ini. Aktivitas sodomi sangat berbahaya dan bisa merusak, baik fisik maupun mental korbannya. Apa itu sodomi? Apa bahaya sodomi? Mengapa seseorang melakukan sodomi?

5 Bahaya Sodomi Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

Apa Itu Sodomi?

Sodomi adalah tindak pelecehan seksual yang dilakukan dengan cara memasukkan penis ke dalam lubang anus. Sodomi disebut juga dengan seks anal. Meskipun anal sex juga bisa dikategorikan sebagai variasi dalam hubungan seksual, namun dilihat dari perspektif medis, cara berhubungan seks ini tidak sehat dan cenderung menyimpang.

Terlebih lagi jika sodomi dilakukan secara paksa, seperti yang diperbuat oleh pelaku sodomi terhadap korbannya. Dampaknya, korban harus menanggung, tak hanya masalah kesehatan fisik, namun juga masalah psikologis.

Bahaya Sodomi Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

Melakukan tindakan sodomi, jika dilakukan secara paksa, atau atas dasar mau sama mau sekalipun, akan menimbulkan sejumlah dampak negatif nan berbahaya, terutama bagi sang korban. Berikut ini bahaya sodomi yang penting untuk Anda ketahui dan waspadai.

1. Infeksi Anus

Infeksi anus adalah salah satu bahaya sodomi. Siapapun yang menjadi objek sodomi akan sangat berpotensi untuk mengalami infeksi anus ini. Infeksi anus ditandai oleh gejala rasa sakit di daerah anus yang dibarengi dengan pembengkakan di area yang sama.

Tak hanya itu, infeksi anus juga mengakibatkan penderitanya mengalami sejumlah gejala khas lainnya, seperti:

  • Perdarahan pada anus
  • Susah buang air besar (sembelit)
  • Demam
  • Keringat dingin
  • Kulit di sekitar anus melunak

Para korban sodomi juga sangat mungkin untuk mengalami kesulitan atau sakit manakala buang air kecil.

2. Inkontinensia Alvi

Inkontinensia alvi adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat mengontrol frekuensi buang air besar (BAB). Penderita inkontinensia alvi bisa saja mengeluarkan feses dari dubur tanpa disadari, misalnya saat malam hari ketika sedang tertidur.

Melansir detikHealth, Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, dokter spesialis Gastroenterologi dari Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), mengungkapkan bahwa inkontinensia alvi adalah salah satu bahaya sodomi.

Hal ini karena penetrasi yang dilakukan penis ke lubang anus berpotensi mengakibatkan sftinger anus mengalami kerusakan. Sftinger adalah otot yang ada di area anus. Fungsi sftinger untuk menahan, pun merenggang mengikuti ‘komando’ dari otak Anda, sehingga ketika mengalami kerusakan, otomatis sftinger ini tidak dapat mengendalikan feses yang  keluar.

3. Proctitis

Proctitis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang diakibatkan oleh hubungan seksual secara anal atau sodomi salah satunya.

Proctitis adalah penyakit radang yang terjadi pada lubang anus, pun lapisan rektum yang merupakan penghubung antara anus dan usus besar (kolon). Penyakit proctitis menimbulkan efek nyeri pada rektum, terutama saat sedang buang air besar (BAB). Selain itu, penderita proctitis juga akan mengalami perasaan atau sensasi ingin BAB terus menerus.

Selain menjadi bahaya sodomi, proctitis juga bisa disebabkan oleh sejumlah faktor lainnya, seperti:

  • Herpes
  • Gonore
  • Chlamydia
  • HIV/AIDS
  • Infeksi bakteri

4. Trauma

Bahaya sodomi juga terkait dengan kesehatan mental korban, salah satunya korban sodomi akan mengalami trauma berkepanjangan atas peristiwa tak menyenangkan yang telah dialaminya tersebut.

Tak hanya itu, korban juga berpotensi mengalami sejumlah dampak psikologis lainnya, seperi rasa minder atau malu, pemurung, bahkan jika sang korban tidak mampu mengontrol emosinya, bisa saja ia melakukan tindakan bunuh diri.

5. Korban Sodomi Bisa Ketagihan

Selain trauma, bahaya sodomi dari segi kesehatan mental adalah, perubahan perilaku dari si korban sodomi, dari tadinya tidak menyukai aktivitas sodomi, menjadi suka dan bahkan ketagihan ingin terus mengulanginya.

Setidaknya hal ini lah yang dirasakan oleh para pelaku sodomi. Melansir detikHealth, Andri Sobari alias Emon (24), pelaku sodomi yang sempat menggegerkan masyarakat Indonesia pada tahun 2014 akibat perbuatannya menyodomi lebih dari 100 anak di Sukabumi, mengaku jika dulunya ia juga pernah mengalami nasib serupa, yakni disodomi oleh teman bermainnya.

Bukan tidak mungkin, anak-anak yang menjadi korban sodomi, di masa mendatang akan menjadi pelaku aktivitas seksual menyimpang ini. Oleh sebab itu, bimbingan konseling penting sekali dilakukan guna memperbaiki mental korban sodomi, dan mencegahnya untuk berbuat hal serupa saat sudah dewasa kelak.

Penyebab Seseorang Melakukan Tindakan Sodomi

Hasrat seksual seseorang yang tak tertahankan, tetapi tidak ada pasangan yang bisa diajak berhubungan badan, menjadi penyebab mengapa ia akhirnya melampiaskan nafsu birahinya tersebut kepada orang lain (baik pria maupun wanita), terutama anak-anak karena mudah untuk ‘dikuasai’.

Data dari Kemenkominfo yang dirilis pada tahun 2014, di Indonesia terdapat 1.380 kekerasan seksual pada anak per tahun 2013, di mana 30 persen di antaranya merupakan kasus kekerasan seksual dalam bentuk sodomi. Anak-anak memang memiliki risiko menjadi korban sodomi 3 kali lebih besar ketimbang orang dewasa.

Mirisnya, tindakan sodomi ini kerap dilakukan oleh orang terdekat, seperti tetangga, guru, bahkan keluarga sendiri.

Pentingnya Pendidikan Seks Guna Mencegah Perilaku Seksual Menyimpang

Melihat bahaya sodomi yang sedemikian rupa, maka penting sekali untuk memberikan edukasi mengenai seks terhadap anak, dan tak terkecuali pada orang dewasa.

Para orang tua dan lembaga pendidikan dituntut untuk lebih memerhatikan pentingnya pendidikan seks dan diharapkan mampu melihat ini dari sisi kesehatan dan keamanan, alih-alih masih terpaku pada konservatisme, lalu beranggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan tidak etis.

Banyaknya kasus kekerasan seksual seperti sodomi ini tak bisa dipungkiri jadi salah satu akibat dari kurangnya edukasi mengenai seks, termasuk informasi bahaya sodomi dan perilaku seks menyimpang lainnya, pun pengertian dasar seks itu sendiri.

Jadi, mulai sekarang jangan ragu untuk mengajarkan anak dan anggota keluarga lainnya soal seks yang sehat. Jangan lupa juga untuk mengawasi anak-anak Anda di manapun dan kapan pun mereka berada.

Sementara itu bagi para pasangan suami-istri, hendaknya menghindari kegiatan seks anal seperti ini, ya. Masih banyak kok variasi gaya berhubungan seks lainnya yang tak kalah nikmat dan seru, tapi tetap aman. Semoga bermanfaat!


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi