Terbit: 7 December 2015
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Parfum atau pewangi telah digunakan sejak zaman dahulu kala terutama oleh kaum wanita. Penggunaanya mulai dari upacara keagamaan, pernikahan atau bahkan kematian dimana setiap moment memiliki aroma tersendiri.

Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan ini semakin berkembang. Pewangi atau parfum digunakan pada setiap produk, mulai dari produk kebutuhan wanita, hingga produk kebutuhan rumah tangga seperti cairan pembersih bahkan obat anti nyamuk.

Produk yang memiliki wewangian yang khas dan menarik memang cukup digemari oleh masyarakat, karena memang kesan bersih, segar dan menyenangkan akan ditimbulkan dari wewangian tersebut.

Namun sayangnya, parfum tidak hanya memberikan aroma harum, tetapi juga mengandung bahan kimia yang membahayakan kulit Anda. Temuan ini didasarkan pada laporan yang dipublikasikan dua kelompok advokasi di Kanada.

Dua kelompok advokasi itu melakukan uji laboratorium independen yang mengidentifikasi sejumlah bahan kimia yang berpotensi membahayakan di sejumlah produk parfum. Parfum itu juga termasuk yang keluaran merek ternama seperti Acqua Di Gio dari Giorgio Armani dan Seventy Seven dari American Eagle.

Mengutip The Globe and Mail, laporan itu memaparkan, kedua parfum itu mengandung lilial. Lilial adalah bahan kimia yang bersifat menyebabkan alergi atau alergen yang mungkin memicu efek seperti estrogen di tubuh. Selain lilial, parfum itu juga mengandung benzyl salicylate yang juga bersifat alergen dan sejumlah bahan kimia lainnya.

Sementara, parfum lainnya, yaitu Light Blue dari Dolce & Gabbana juga mengandung sejumlah bahan kimia berbahaya. Salah satunya adalah butylated hydroxytoluene (BHT), bahan pengawet dan stabilizer yang telah dikaitkan dengan efek buruk pada tiroid dan kemungkinan merupakan karsinogen.

Apapun yang ada di rumah yang berbau seperti hutan hujan atau kebun stoberi atau pohon pinus pasti mengandung bahan kimia, ungkap Rick Smith, direktur eksekutif Environmental Defence, yang mengeluarkan laporan itu bersama Campaign for Safe Cosmetics yang berbasis di California.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi