Terbit: 24 March 2018 | Diperbarui: 27 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Pernahkah Anda perhatikan “nama lain” dari gula yang ada pada kemasan makanan ? Ya, gula memang seakan mempunyai seribu nama. Gula tidak hanya dituliskan “gula” saja namun ada cukup banyak nama pengganti gula, utamanya gula buatan.

Apa Saja Sih Yang Disebut Gula Buatan?

Gula buatan bisa terbentuk dari gula alkohol, gula buatan semi alami dari ekstrak stevia atau gula dari bahan alami misalnya madu dan buah. Namun gula buatan yang kerap digunakan pada industri makanan adalah jenis artificial sweeteners.

Menurut Mayo Clinic, artificial sweeteners, adalah bentuk lain gula yang terbuat dari bahan sintetis, meskipun ada pula yang menggunakan tambahan bahan dasar bahan alami, misalnya stevia. Artificial sweeteners ini memiliki rasa manis yang berkali-kali lipat dibandingkan gula biasa.

Meskipun kerap dianggap berbahaya, sebenarnya artificial sweeteners ini tidak menambahkan banyak kalori pada tubuh kita.

Namun, beberapa asosiasi kesehatan dunia menyebutkan bahwa penggunaan artificial sweeteners harus mendapatkan ijin dari Food Drug Administration (FDA) karena meskipun aman dalam batas tertentu, FDA telah menggolongkan artificial sweeteners sebagai bahan tamabahan pangan kimia yang diatur penggunaannya. Untuk itu kita perlu mengetahui apa saja yang disebut artificial sweeteners yang telah aman untuk dikonsumsi, yaitu diantaranya:

 

  • Acesulfame potassium, atau sunner, sweet one

 

  • Aspartame, atau equal, nutrasweet

 

  • Neotame

 

  • Saccharin, atau sugar twin, dan

 

  • Sucralosa, atau splenda

 

Artificial sweeteners tersebut banyak digunakan pada produk kemasan yang diproses, misalnya minuman bersoda, minuman serbuk manis, permen, pudding, makanan kaleng, selai dan jeli.

Meskipun aman dan terbukti nol kalori, FDA menganjurkan agar asupan artificial sweeteners tetap kita atursehingga berada pada batas aman konsumsi harian tubuh kita.

Jadi meskipun si manis ini tidak berkalori, kita tetap harus membatasi asupannya ya.


DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi