Keluarnya darah setelah berhubungan seksual adalah kondisi yang bisa menimbulkan kekhawatiran pada wanita. Apa saja hal-hal yang bisa menyebabkan hal ini? Simak penjelasan lengkapnya dalam ulasan berikut.
Penyebab Perdarahan Vagina setelah Berhubungan Seksual
Pendarahan setelah berhubungan seks secara medis disebut pendarahan postcoital atau postcoital bleeding. Kondisi yang bisa terjadi pada berbagai usia ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, dari yang ringan hingga serius.
Berikut ini beberapa penyebab perdarahan vagina usai berhubungan intim, di antaranya:
1. Vagina Kering
Kekeringan pada vagina adalah salah satu penyebab paling umum dari perdarahan setelah berhubungan seks. Vagina yang kering menjadi sangat rentan terhadap kerusakan karena jaringan penghasil lendir alami pada vagina sangat rentan.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
- Berhubungan intim sebelum terangsang sepenuhnya.
- Gesekan saat berhubungan intim
- Bahan kimia dalam produk kebersihan kewanitaan, deterjen, dan kolam renang
- Douching.
- Menyusui.
- Persalinan.
- Obat-obatan tertentu, seperti obat flu, obat asma, beberapa antidepresan, dan obat antiestrogen.
- Kemoterapi dan terapi radiasi.
- Pengangkatan indung telur.
- Sindrom Sjögren, penyakit peradangan pada sistem imun yang mengurangi kelembapan.
2. Cedera
Gesekan dan abrasi saat berhubungan intim sangat rentan menyebabkan robekan kecil dan luka pada jaringan sensitif di alat kelamin.
Selain itu, persalinan juga bisa menyebabkan jaringan vagina meregang dan robek, sehingga terkadang membuatnya lebih rentan mengalami cedera.
Sementara itu, keluar darah setelah berhubungan seks juga bisa terjadi karena baru pertama kali melakukannya. Hal ini bisa terjadi karena lipatan kecil kulit vagina atau disebut selaput dara biasanya meregang dan pecah. Pendarahan kecil bisa berlangsung 1 hingga 2 hari.
3. Displasia Serviks
Displasia serviks adalah kondisi yang terjadi ketika sel-sel prakanker abnormal tumbuh di lapisan saluran serviks, yaitu lubang yang memisahkan vagina dan rahim.
Pertumbuhan tersebut bisa mengiritasi dan akhirnya akan merusak jaringan di sekitarnya, terutama ketika berhubungan intim.
4. Infeksi
Berbagai jenis infeksi bisa menyebabkan peradangan di jaringan vagina sehingga lebih rentan terhadap kerusakan yang rentan mengakibatkan perdarahan setelah berhubungan intim.
Infeksi ini biasanya termasuk infeksi jamur, penyakit radang panggul, servisitis, vaginitis, dan infeksi menular seksual (PMS), seperti klamidia dan gonore.
Baca Juga: Infeksi Menular Seksual (IMS): Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
5. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi yang menyebabkan jaringan endometrium, yaitu jaringan yang melapisi rahim tumbuh di luar rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan, biasanya di daerah panggul dan perut bagian bawah.
6. Gangguan Perdarahan
Penyakit yang menyebabkan perdarahan atau pembekuan tidak normal bisa meningkatkan risiko pendarahan postcoital. Ini adalah kondisi yang mengacu pada bercak atau pendarahan setelah hubungan seksual dan tidak terkait dengan menstruasi. Obat pengencer darah juga mungkin mempunyai efek ini.
7. Polip
Polip adalah pertumbuhan non-kanker yang terkadang ditemukan di leher rahim (serviks) atau di lapisan endometrium rahim.
Polip berbentuk bulat atau oval dengan tangkai menjuntai yang tampak seperti liontin. Pergerakan polip dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan menyebabkan pendarahan di pembuluh darah kecil.
8. Ektropion Serviks
Ektropion serviks atau erosi serviks merupakan kondisi yang dianggap jinak atau tidak berbahaya. Kondisi ini terjadi ketika jenis sel yang biasanya tumbuh di bagian dalam serviks malah tumbuh di bagian luar.
Kondisi yang dapat menyebabkan peradangan ini dapat disebabkan oleh tingginya kadar estrogen. Estrogen adalah hormon yang berperan dalam sistem reproduksi.
Perlu diketahui juga, kondisi ini cenderung terjadi pada remaja, wanita hamil, orang yang menggunakan kontrasepsi hormonal, dan sedang menstruasi.
9. Kanker
Pertumbuhan kanker yang berdampak pada sistem reproduksi atau saluran urogenital dapat mengubah jaringan vagina dan kadar hormon. Perdarahan setelah berhubungan intim merupakan kondisi yang dianggap sebagai gejala umum kanker serviks dan rahim.
Baca Juga: Radang Vagina (Vaginitis): Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan
Cara Mencegah Perdarahan Vagina setelah Berhubungan Intim
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah vagina berdarah usai berhubungan seks, di antaranya:
- Lakukan foreplay yang benar sebelum melakukan penetrasi. Memberikan rangsangan pada wanita berguna agar cairan pelumas alami dari vagina bisa keluar.
- Apabila vagina tetap terlalu kering saat akan berhubungan intim, coba gunakan pelumas buatan yang banyak dijual di pasaran. Pastikan cairan pelumas yang digunakan berbahan dasar air.
- Jaga kebersihan organ kewanitaan secara rutin setiap hari untuk menghindari penyakit-penyakit berbahaya yang bisa menurunkan fungsi seksual dan reproduksi.
- Tetap terhidrasi dengan memperbanyak minum cairan untuk menghindari kekeringan pada vagina.
- Menghindari penggunaan produk kewanitaan yang beraroma dapat memperburuk aroma alami vagina dan merusak keseimbangan pH vagina.
Jika perdarahan setelah berhubungan masih terjadi, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
- Huizen, Jennifer. 2020. Is it normal to bleed after intercourse?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/321032. (Diakses pada 24 Oktober 2023)
- Morris, Susan Y. 2022. What Causes Bleeding After Sex?. https://www.healthline.com/health/womens-health/bleeding-after-sex. (Diakses pada 24 Oktober 2023)
- Machalinski, Anne. 2022. Bleeding After Sex. https://www.webmd.com/women/bleeding-after-sex. (Diakses pada 24 Oktober 2023)