Terbit: 29 March 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Sabun kewanitaan memang ditujukan untuk membersihkan vagina bagian luar. Namun, bisa berbahaya bagi organ intim wanita jika digunakan tidak benar. Apa bahaya sabun kewanitaan? Lebih lanjut ketahui dalam ulasan di bawah ini!

6 Bahaya Menggunakan Sabun Kewanitaan untuk Vagina

Apa itu Sabun Kewanitaan?

Sabun kewanitaan adalah produk pembersih yang dibuat untuk membersihkan area genital luar wanita. Sabun dalam bentuk cair ini untuk menjaga kebersihan, mencegah infeksi, menghilangkan keputihan, dan mengurangi bau busuk pada vagina.

Sabun kewanitaan diformulasikan untuk menjaga keseimbangan pH alami vagina, yang sedikit asam. Meskipun untuk mencuci vulva (bagian terluar vagina) dengan sabun kewanitaan, tetapi tidak dengan bagian dalam vagina karena mengandung banyak bakteri baik yang tidak boleh dihilangkan.

Haruskah Menggunakan Sabun Kewanitaan Setiap Hari?

Tidak dianjurkan menggunakan sabun kewanitaan setiap hari, karena memberikan efek tidak baik bagi tubuh.

Para ahli menjelaskan bahwa penggunaan sabun mandi kewanitaan secara rutin dapat mengganggu keseimbangan alami bakteri di vagina dan kemudian menyebabkan iritasi atau infeksi.

Menggunakan sabun kewanitaan secara rutin bahkan dapat membuat kulit menjadi alergi. Itulah alasan mengapa Anda harus mengurangi penggunaannya.

Tidak ada batasan usia tertentu di mana perempuan atau anak perempuan dapat mulai menggunakan sabun kewanitaan. Ini karena sabun kewanitaan umumnya dianggap aman untuk digunakan ketika gadis mulai menstruasi dan menjadi lebih sadar akan kebersihan pribadinya.

Bahaya Penggunaan Sabun Kewanitaan

Meskipun sabun mandi wanita diklaim sebagai produk yang aman untuk kulit sensitif, memiliki pH seimbang, alami, atau melembapkan, tetapi produk ini memiliki efek buruk bagi organ intim wanita.

Berikut ini beberapa bahaya dari penggunaan sabun kewanitaan, antara lain:

1. Mengganggu Bakteri Bermanfaat

Ada jutaan bakteri sehat bernama lactobacilli yang berfungsi menjaga dan mengembalikan keseimbangan pada vagina, termasuk setelah berhubungan intim atau menstruasi. Bakteri ini juga menjaga keseimbangan pH yang sehat, dan aroma yang ringan, serta mempertahankan dan melawan organisme bermasalah.

Apa pun yang mengganggu keseimbangan lactobacilli di area vagina dapat meningkatkan peluang Anda terkena infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi menular seksual (IMS) jika terpapar.

Penggunaan sabun kewanitaan adalah salah satu yang menganggu keseimbangkan bakteri lactobacilli. Alasannya karena sabun ini diketahui mengandung pewangi tinggi dan mengandung zat aditif serta bahan kimia lainnya.

Bahan-bahan tersebut dapat menghilangkan dan mengganggu bakteri alami di area genital wanita. Hal ini dapat menyebabkan iritasi, peradangan, dan bahkan reaksi alergi.

2. Infeksi Jamur dan ISK

Kandungan gliserin yang terkandung dalam sabun kewanitaan juga dapat meningkatkan risiko masalah lainnya pada vagina. Gliserin adalah turunan gula dan dapat berfermentasi di dalam tubuh. Dengan fermentasi dapat menjadi sumber makanan bagi jamur dan meningkatkan infeksi jamur dan infeksi saluran kemih (ISK) pada wanita.

3. Mengganggu Kehamilan

Memanjakan diri saat hamil dengan membersihkan vagina menggunakan sabun kewanitaan dapat membuat bayi terkena bahan kimia berbahaya, seperti gliserin.

Gliserin adalah bahan ketiga yang paling sering digunakan dalam kosmetik. Namun bahan kimia ini dapat mengganggu hormon. Gliserin sintetis tidak aman selama kehamilan. untuk itu, tingkatkan rutinitas perawatan kecantikan dengan produk lain yang aman untuk kehamilan.

Baca Juga: 8 Tips Membersihkan Vagina setelah Berhubungan Intim

4. Vagina Kering

Bahan kimia atau wewangian keras dalam produk sabun kewanitaan dapat membuat vagina menjadi kering.

Selain menyebabkan ketidaknyamanan, vagina kering juga dapat menyebabkan rasa gatal, sensasi terbakar, rentan terluka, dan  membuat hubungan intim terasa menyakitkan.

5. Iritasi dan Alergi

Sabun kewanitaan dapat menyebabkan efek samping seperti reaksi alergi atau infeksi.

Penting untuk diketahui bahwa sensitivitas dapat berkembang seiring berjalannya waktu bahkan ketika menggunakan produk yang sama. Dalam banyak kasus, terjadi masalah pada kulit vulva. Oleh sebab itu, menghindari penggunaan sabun kewanitaan pada vulva adalah hal pertama yang yang dianjurkan oleh ahli kesehatan.

Namun bagi orang yang tidak memiliki kulit sensitif, sabun kewanitaan mungkin aman digunakan.

Agar lebih aman, gunakan sabun lembut yang bebas pewangi, waslap, dan air hangat yang mengalir karena bekerja dengan baik untuk membersihkan vulva.

6. Meningkatkan Risiko Penyakit Menular Seksual

Penelitian yang dilakukan oleh Johns Hopkins University, sebuah lembaga penelitian medis terkemuka mengungkapkan penemuan inovatif pada hewan dan manusia bahwa bahan kimia tertentu seperti gliserin (gliserol), bahan dasar umum untuk pelumas, dapat merusak atau mengiritasi sel epitel vagina dan rektum.

Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan penularan penyakit menular seksual (IMS) seperti herpes dan human immunodeficiency virus (HIV).

Itulah beberapa bahaya dari sabun kewanitaan yang perlu diwaspadai. Untuk mencegah risiko yang telah dijelaskan di atas, hindari terlalu sering mencuci vagina dengan menggunakan sabun. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

 

  1. Anonim. 2023. Women’s Health: Know The Benefits And Side Effects Of Using Feminine Hygiene Wash. https://www.netmeds.com/health-library/post/womens-health-know-the-benefits-and-side-effects-of-using-feminine-hygiene-wash#:~:text=What%20Are%20The%20Side%20Effects,or%20fragrances%20in%20the%20product. (Diakses pada 20 Desember 2023)
  2. Anonim. 2019. 3 Reasons why Glycerin can be Dangerous in Feminine Wash products. https://www.kushae.com/blogs/news/why-glycerin-can-be-dangerous-in-feminine-wash-products (Diakses pada 20 Desember 2023)
  3. Ningthoujam, Natalia. Tanpa Tahun. Intimate hygiene: Is it good to use vaginal wash every day. https://www.healthshots.com/intimate-health/feminine-hygiene/intimate-hygiene-is-it-good-to-use-vaginal-wash-every-day/ (Diakses pada 20 Desember 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi