Terbit: 26 May 2016
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Penggunaan lensa kontak semakin meluas pada saat ini dan pilihan lensa kontak yang ada juga semakin menarik. Seseorang dapat bermata biru suatu hari, lalu bermata keemasan di hari berikutnya. Ada juga lensa kontak sekali pakai yang harus dibuang setelah dipakai sehingga penggunanya tidak perlu repot untuk membersihkan dan merawatnya.

Macam-Macam Lensa Kontak

Untuk orang-orang dengan gangguan penglihatan, lensa kontak tetap merupakan pilihan alat bantu yang efektif. Lensa kontak yang tipis terasa nyaman dan pas ditempelkan di kornea mata (bagian depan mata yang jernih) untuk memperbaiki gangguan penglihatan seperti rabun dekat, rabun jauh, atau astigmatisma. Ada juga lensa kontak bifokal untuk orang dengan presbiopia.

Konsultasikan dengan dokter mengenai lensa kontak yang tepat, serta periksakan mata secara teratur.

Soft Contact Lense

Soft contact lense terbuat dari semacam plastik yang dicampur dengan air. Air akan memungkinkan aliran oksigen melewati lensa kontak ke kornea, sehingga meningkatkan kenyamanan, mengurangi gejala mata kering, dan menjaga kesehatan kornea. Jika kornea tidak mendapatkan oksigen dalam jumlah cukup, akan terjadi penglihatan kabur atau masalah penglihatan lain yang lebih serius.

Banyak soft lense yang sekali pakai, sehingga bisa langsung dibuang setelah dipakai walaupun hanya sebentar. Mengenakan soft lense yang selalu baru dapar menurunkan risiko infeksi, menghemat waktu karena tidak perlu dibersihkan, dan memberikan kenyamanan lebih.

Ada juga soft lense yang dapat dipakai berulang kali. Lensa kontak ini dapat digunakan selama sekitar satu tahun dan harus dibersihkan dan dicuci setiap hari. Biasanya desain lensa kontak jenis ini biasa saja atau kurang menarik.

Dibandingkan dengan rigid gas-permeable lense, soft lense ini lebih nyaman dikenakan. Sebagai bonus, ada juga soft lense yang memberikan perlindungan terhadap sinar UV.

Kelemahannya, soft lense ini lebih mudah menyerap kotoran daripada hard lense ataupun rigid gas-permeable lense. Soft lense menyerap kotoran dari luar sehingga dapat menyebabkan iritasi mata, misalnya asap, make up, atau sabun yang tidak sengaja masuk ke mata. Soft lense juga lebih rapuh dan lebih mudah rusak daripada hard atau gas-permeable lense.

Rigid Gas-permeable Lense

Seperti namanya, lensa kontak jenis ini lebih keras dan kaku (rigid) daripada soft lense. Lensa jenis ini terbuat dari bahan silikon sehingga memungkinkan oksigen melewati lensa menuju ke kornea.

Pengguna lensa kontak ini biasanya merasa bisa melihat lebih jelas daripada jika menggunakan soft lense. Lensa jenis ini juga bisa membantu pada astigmatisma ringan. Lensa ini mudah perawatannya dan cukup tahan lama.

Kelemahannya, lensa ini sedikit tidak nyaman dipakai, terutama saat pertama kali. Namun, jika rutin dipakai, lama-kelamaan akan terbiasa sehingga terasa lebih nyaman.

Pada orang dengan rabun jauh berat atau rabun jauh yang disertai astigmatisma, koreksinya akan lebih baik dengan gas-permeable lense. Namun, setiap orang tentunya berhak memilih yang paling sesuai untuk kenyamanannya.

Lensa Bifokal

Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan mata untuk memfokuskan benda yang jauh dan dekat semakin menurun, suatu kondisi yang disebut presbiopia. Jika mengalami gangguan penglihatan jauh dan dekat, lensa bifokal adalah jawabannya. Lensa ini merupakan gabungan dari lensa negatif dan positif. Lensa ini tersedia dalam bentuk soft lense maupun rigid gas-permeable lense. Konsultasikan dengan dokter mengenai lensa bifokal yang sesuai.

Lensa Torik

Penderita astigmatisma yang ingin menggunakan lensa kontak membutuhkan lensa torik. Lensa torik ini terbuat dari bahan yang sama dengan lensa lain, tersedia dalam bentuk soft maupun rigid gas-permeable, tahan lama, dan ada juga yang berwarna-warni. Sebagaimana lensa bifokal, lensa torik juga terdiri dari 2 macam lensa: satu lensa untuk astigmatisma dan satu lensa untuk rabun jauh atau dekat.

Source: WebMD Medical Reference


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi