Kemacetan sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Meskipun wajar dialami, terjebak macet ternyata berisiko terhadap kanker paru-paru. Bagaimana keduanya saling berkaitan? Simak penjelasannya berikut ini.

Mengapa Kemacetan Bisa Sebabkan Kanker Paru?
Kanker paru sering kali dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Dalam realitanya, kebiasaan ini bertanggung jawab pada 1,6 juta kasus tewasnya penderita kanker paru setiap tahun.
Vikas Maurya, peneliti yang berasal dari Fortins Shalimar Bagh Hospital menyebut, kanker paru bisa menyerang orang-orang yang tidak pernah merokok. Sebagai contoh, jika Anda sering terjebak kemacetan dan terpapar polusi udara, risiko terkena penyakit ini akan naik.
Sebagai catatan, polusi udara tidak melulu karena gas buang kendaraan. Paparan polusi dalam ruangan seperti asap rokok, asbes, hingga gas radon juga bisa menyebabkan kanker paru.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Science: Processes and Impact, sering terjebak kemacetan bisa meningkatkan risiko kanker paru dengan drastis.
Penyebabnya adalah peningkatan kadar polusi di dalam mobil yang mencapai angka 40 persen atau sekitar 29 kali dibandingkan dengan saat terkena polusi dalam kondisi lalu lintas normal.
Saat terjebak kemacetan, Anda cenderung tidak membuka jendela kendaraan karena menggunakan air conditioner (AC). Masalahnya, AC tidak benar-benar menyaring polusi udara di luar kendaraan. Tetap saja, udara yang kotor akan masuk ke dalam kendaraan.
Kondisi tersebut diperparah dengan sirkulasi udara di dalam mobil yang cenderung buruk sehingga menyebabkan kualitas udara menurun. Bila hal ini sering terjadi, risiko terkena gangguan pernapasan dan kanker paru akan meningkat.
Baca Juga: Beragam Jenis Pemeriksaan untuk Mendeteksi Kanker Paru-paru
Sejumlah penelitian sudah membuktikan bahwa gas buangan kendaraan menyumbang hingga sekitar 25-40 persen dari polusi udara secara keseluruhan.
Gas buangan kendaraan mengandung nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan berbagai polutan berbahaya lainnya. Jika sering terpapar polutan tersebut, risiko untuk terkena kanker akan semakin meningkat.
Partikel polusi udara cenderung jauh lebih kecil dari yang diduga. Hal ini membuat banyak penyaring tidak benar-benar bisa menahan polusi ini sebelum akhirnya terhirup.
Lalu, bagaimana jika Anda membuka jendela saat macet melanda? Ternyata, dampak kesehatannya bisa jauh lebih parah dari saat Anda menutup jendela.
Dampak Buruk Terjebak Kemacetan Lainnya
Terjebak macet tidak hanya berisiko terhadap kejadian kanker paru, tetapi juga masalah kesehatan lain. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menghubungan polusi udara dengan penyebab 3.7 juta kematian dini di seluruh dunia tahun 2012 lalu.
Polusi udara dapat mengganggu masalah pernapasan dan berkaitan dengan kejadian penyakit jantung dan stroke. Dampaknya bisa berakibat fatal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Annette Peters dan rekan-rekannya di Institute of Epidemiology Helmholtz Center, Munich, Jerman, terdapat sekitar 8 persen kasus serangan jantung berkaitan dengan kemacetan.
Salah satu faktor yang diduga menjadi pencetusnya adalah polusi udara dan suara knalpot dari kendaraan lain. Namun, bisa jadi stres juga ikut andil dalam kejadian ini.
Dampak polusi udara terhadap kesehatan tidak sampai di situ saja. Penelitian di Denmark mengungkapkan, paparan terhadap polusi udara jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Risiko meningkat pada orang yang sudah menderita asma dan diabetes.
Baca Juga: Waspada, Polusi Udara Bisa Sebabkan Penyakit Diabetes!
Bukan hanya polusi udara, kebisingan lalu lintas juga turut andil dalam peningkatan tekanan darah di dalam darah. Pada akhirnya, hal ini bisa berujung pada kejadian stroke.
Selain menyerang fisik, terjebak macet juga bisa berdampak terhadap kesehatan mental. Seorang asisten profesor di Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Austin Frakt, mengungkapkan hal ini.
Melalui artikel yang terbit di New York Times pada 21 Januari 2019 lalu, Frakt menyebutkan bahwa terdapat penelitian yang membuktikan bahwa terjebak dalam kemacetan bisa memunculkan rasa tidak berdaya yang akhirnya bisa berdampak pada masalah psikologis.
Nah, itu dia fakta seputar terjebak macet yang berisiko terhadap kejadian kanker paru. Mengetahui dampak dari polusi udara terhadap kesehatan, mulailah untuk meminimalkan paparannya.
Anda bisa mulai memilih kendaraan umum atau menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan bila memungkinkan. Selain itu, menggunakan masker juga bisa turut membantu mengurangi paparan polusi.
- American Lung Association. 2022. Living Near Highways and Air Pollution. https://www.lung.org/clean-air/outdoors/who-is-at-risk/highways. (Diakses pada 8 Maret 2023).
- Anonim. Is Traffic a Public Health Problem? https://www.hsph.harvard.edu/news/hsph-in-the-news/is-traffic-a-public-health-problem/. (Diakses pada 8 Maret 2023).
- Brazier, Yvette. 2016. How Sitting in Traffic Jams Can Harm Your Health. https://www.medicalnewstoday.com/articles/312570. (Diakses pada 8 Maret 2023).
- DeNoon, Daniel J. 2009. Traffic Triples Heart Attack Risk. https://www.webmd.com/heart-disease/news/20090313/traffic-triples-heart-attack-risk. (Diakses pada 8 Maret 2023).
- Le Net, Solen. 2022. Stroke: Exposure to Traffic Noise May Increase Risk – Millions Exposed to Unhealthy Levels. https://www.express.co.uk/life-style/health/1586573/stroke-traffic-exposure-increases-risk. (Diakses pada 8 Maret 2023).
- Lifestyle Desk. 2020. Not Just Air Pollution, Sitting in Traffic Jams Could Cause Lung Cancer Too; Here’s How. https://indianexpress.com/article/lifestyle/health/world-cancer-day-lung-cancer-air-pollution-traffic-jam-6241366/. (Diakses pada 8 Maret 2023).
- United States Environmental Protection Agency. 2022. What You Can Do to Reduce Pollution from Vehicles and Engines. https://www.epa.gov/transportation-air-pollution-and-climate-change/what-you-can-do-reduce-pollution-vehicles-and. (Diakses pada 8 Maret 2023).
- United States Environmental Protection Agency. Actions You Can Take to Reduce Air Pollution. https://www3.epa.gov/region1/airquality/reducepollution.html. (Diakses pada 8 Maret 2023).