Terbit: 27 July 2020 | Diperbarui: 29 July 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Hemiplegia adalah suatu kondisi di mana satu sisi tubuh mengalami kelumpuhan. Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa disebabkan oleh kerusakan otak atau cedera saraf tulang belakang. Simak penjelasan selengkapnya mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya di bawah ini.

Hemiplegia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa Itu Hemiplegia?

Seperti penjelasan sebelumnya, hemiplegia adalah istilah kedokteran untuk menyebutkan gejala berupa kelemahan pada satu sisi tubuh (misal hilangnya kekuatan pada tangan dan kaki kiri secara bersamaan). 

Hemiplegia dapat terjadi karena adanya gangguan di otak ataupun saraf tulang belakang. Jika kelainan terjadi pada sisi kiri otak hal itu akan menyebabkan tubuh sebelah kanan terpengaruh, sementara cedera pada sisi kanan otak, tubuh sebelah kiri yang terpengaruh.

Gejala Hemiplegia

Hemiplegia dapat memengaruhi sisi kiri atau kanan tubuh. Kelainan pada otak yang terkena dapat menyebabkan gejala di sisi berlawanan dari tubuh. Setiap orang memiliki gejala yang berbeda-beda tergantung pada lokasi kerusakan otak atau saraf tulang belakang.

Tanda dan gejala yang bisa dikenali, antara lain:

  • Tangan dan kaki tidak dapat digerakkan
  • Otot yang berkontraksi secara permanen (spastik) apabila kerusakan di otak
  • Otot yang lemah dan lembek (flaccide) apabila kerusakan di tulang belakang
  • Sulit berjalan
  • Keseimbangan tubuh yang buruk
  • Tidak dapat untuk memegang atau meraih benda

Hemiparesis dan Hemiplegia

Hemiparesis mendahului hemiplegia. Seseorang dengan hemiparesis mengalami kelumpuhan ringan pada satu sisi tubuhnya dan dapat disertai rasa kesemutan. Sementara seseorang dengan hemiplegia dapat mengalami kelumpuhan penuh pada satu sisi tubuhnya dan bisa tidak merasakan tangan atau kakinya sama sekali.

Penyebab Hemiplegia

Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hemiplegia, di antaranya:

  • Stroke

Stroke adalah penyumbatan pada pembuluh darah otak sehingga menyebabkan kematian sel otak. Tingkat keparahan kelemahan otot yang dialami tergantung pada ukuran dan lokasi stroke.

  • Infeksi Otak

Infeksi otak semisal abses (kantong nanah yang tumbuh di dalam jaringan otak) dapat menyebabkan penekanan pada jaringan otak yang sehat sehingga menimbulkan gejala hemiplegia. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri, tetapi beberapa infeksi juga bisa disebabkan oleh virus, parasit, atau jamur.

  • Perdarahan otak

Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan kematian sel otak seperti terjadi pada stroke karena sumbatan. Selain itu, gumpalan perdarahan yang terjadi juga menimbulkan tekanan terhadap jaringan otak yang sehat.

  • Trauma Otak

Cedera tiba-tiba pada kepala dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Jika trauma hanya mempengaruhi satu sisi otak, hemiplegia dapat berkembang. Penyebab umum trauma adalah benturan kepala karena kecelakaan kendaraan, terpeleset, jatuh pada lansia, hingga cedera olahraga.

  • Genetik

Mutasi gen ATP1A3 yang sangat langka dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai hemiplegia bolak-balik (alternating hemiplegia) pada anak-anak. Kondisi ini menyebabkan gejala datang dan pergi dengan sementara.

  • Tumor Otak

Tumor otak adalah pertumbuhan jaringan abnormal pada otak, semakin besar ukuran tumor, semakin banyak jaringan otak yang terdesak dan dapat menyebabkan gejala hemiplegia.

Faktor Risiko

Setelah Anda mengetahui berbagai penyebab seperti di atas, hal penting lainnya yang harus diketahui adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan kondisi ini. Beberapa faktor tersebut, antara lain:

  • Masalah kardiovaskular, terutama aneurisma otak.
  • Beberapa infeksi serius, terutama sepsis dan abses di leher dapat menyebar ke otak jika tidak diobati.
  • Kondisi yang menyebabkan demielinasi otak, termasuk multiple sclerosis dan beberapa penyakit autoimun lainnya.
  • Kelainan bawaan, termasuk cerebral palsy dan penyakit neonatal-onset multi-inflammatory.
  • Hipertensi.
  • Diabetes melitus.

Pemeriksaan Penunjang Hemiplegia

Apabila Anda mengalami hemiplegia maka dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyakit yang menyebabkan kondisi ini.

  • Tes Darah

Tes ini dapat mencakup hitung darah lengkap (CBC), gula darah, profil lipid, asam urat, Thrombocyte Aglutination Test (TAT), dan tumor marker. Tes ini dapat menentukan penyebab mendasar seperti infeksi, kelainan darah, dan kanker.

  • CT Scan

Ini adalah prosedur pencitraan noninvasif yang menggabungkan sinar-X dengan teknologi komputer sehingga memungkinkan gambar diambil dari berbagai sudut otak. Gambar disajikan sebagai irisan di semua tingkatan otak.

CT scan otak yang komprehensif dapat secara akurat mendiagnosis kelainan struktural seperti tumor otak, aneurisma, vaskulitis, dan cedera otak.

  • Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Ini adalah prosedur noninvasif yang sangat akurat karena menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mendapatkan gambar rinci dari jaringan. MRI dapat secara akurat mengidentifikasi setiap kelainan di otak.

Jenis Hemiplegia

Kelainan gerakan tubuh dapat menandakan gejala yang khas dari kondisi ini. Berikut adalah berbagai jenis yang sebaiknya Anda kenali, di antaranya:

  • Sindrom Brown-Sequard, yaitu hemiplegia yang terjadi karena kerusakan pada salah satu segmen medula spinalis (saraf tulang belakang). Sindrom ini menyebabkan kelumpuhan pada satu sisi dan mati rasa (gangguan sensorik) pada sisi yang lain. Misal tangan dan kaki sebelah kiri lumpuh tetapi mati rasa terjadi pada sisi kanan.
  • Hemiplegia kontralateral. Kondisi ini mengacu pada kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan dengan kerusakan otak.
  • Alternating Hemiplegia. Kondisi yang terjadi pada masa anak-anak ini biasanya memengaruhi anak di bawah 18 bulan. Jenis ini menyebabkan episode berulang yang memengaruhi satu atau kedua sisi tubuh.

Pengobatan Hemiplegia

Pilihan pengobatan untuk kondisi ini tergantung pada penyebab dan beratnya gejala. Orang dengan gangguan ini sering menjalani rehabilitasi multidisiplin yang melibatkan terapis fisik, terapis rehabilitasi, dan profesional kesehatan jiwa.

Beberapa perawatan yang bisa dilakukan adalah:

  • Terapi Fisik

Latihan dilakukan di bawah pengawasan seorang fisioterapis berpengalaman untuk dapat meningkatkan kekuatan otot, koordinasi otot, serta meningkatkan mobilitas. Jika kelumpuhan membuat pasien sulit untuk bergerak, kursi roda digunakan untuk memungkinkan mobilitas.

  • Terapi Okupasi

Tujuan utama terapi okupasi adalah untuk menanamkan rasa kemandirian untuk melakukan tugas sehari-hari seperti berpakaian, makan, menyikat gigi, dan merawat diri. Terapi ini membantu meningkatkan mobilitas tangan yang terkena dan meningkatkan kekuatan otot-otot bahu serta punggung.

  • Psikoterapi

Ini adalah aspek penting dari proses rehabilitasi, terutama dalam kasus pasien cedera kepala traumatis. Teknik ini membantu dalam mengatasi efek psikologis dari cedera parah dan kecacatan.

  • Obat-obatan

Obat-obatan dapat digunakan untuk mengobati gejala serta penyebab yang mendasarinya. Sebagai contoh, obat yang digunakan untuk mengobati upper motor neuron syndrome. Librium dapat diberikan untuk menenangkan pasien.

Sementara itu, antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi otak dan pengencer darah seperti warfarin atau heparin dapat diberikan untuk membersihkan bekuan darah serta mencegah stroke.

  • Neuromuscular electrical stimulation (NMES)

Prosedur ini menggunakan stimulasi listrik intensitas tinggi untuk mempertahankan ukuran dan fungsi otot. Selain itu, prosedur juga ini mengurangi kelenturan dan meningkatkan kesadaran akan keberadaan anggota tubuh.

  • Pembedahan

Prosedur ini dilakukan terutama berfokus pada pengobatan masalah sekunder. Ini termasuk kerusakan tulang belakang, kontraktur, kerusakan pada ligamen atau tendon.

Pencegahan Hemiplegia

Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah kondisi ini, di antaranya:

  • Mengendalikan tekanan darah, kadar gula darah, asam urat dan kolesterol.
  • Menghindari jatuh, kecelakaan, dan olahraga berisiko.
  • Menghindari HIV dan konsumsi kortikosteroid jangka panjang.
  • Menghindari toksoplasma, yaitu parasit pada kotoran kucing yang dapat menyebabkan abses otak.

 

  1. Anonim. Hemiplegia. https://www.spinalcord.com/hemiplegia. (Diakses pada 27 Juli 2020).
  2. Bharati, Kaushik. 2018. Hemiplegia. https://www.medindia.net/patientinfo/hemiplegia.htm#5. (Diakses pada 27 Juli 2020).
  3. Eyvazzadeh, Aimee. 2020. Hemiplegia: Causes and Treatments for Partial Paralysis. https://www.healthline.com/health/hemiplegia#symptoms. (Diakses pada 27 Juli 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi