Terbit: 10 June 2019 | Diperbarui: 7 March 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI, jumlah penderita radang usus buntu atau apendisitis yang ada di Indonesia mencapai 3,53 persen dari total populasi Indonesia pada 2010. Hal ini berarti, kasus radang usus buntu cukup sering terjadi di Indonesia sehingga harus kita waspadai.

5 Pemicu Radang Usus Buntu yang Harus Diwaspadai

Gejala radang usus buntu

Pakar kesehatan menyebut fungsi dari usus buntu memang belum begitu jelas bagi kondisi pencernaan kita, namun jika bagian tubuh ini sampai mengalami peradangan, maka kita akan mengalami gejala kesehatan yang cukup parah seperti nyeri perut pada bagian kanan bawah yang sangat terasa, demam tinggi, penurunan nafsu makan dengan drastis, mual-mual, muntah, hingga gangguan buang air besar seperti diare atau susah buang air besar.

Beberapa penyebab dari masalah peradangan usus buntu

Terdapat banyak sekali penyebab masalah peradangan usus buntu yang patut untuk kita waspadai.

Berikut adalah berbagai macam penyebab tersebut.

  1. Adanya sumbatan akibat penumpukan kotoran

Penyebab paling sering dari masalah peradangan usus buntu adalah penyumbatan akibat fekalit atau penumpukan tinja. Biasanya, hal ini terkait dengan masalah susah buang air besar yang berlangsung hingga berhari-hari atau kebiasaan gaya hidup kurang gerak yang membuat kotoran tidak bisa dikeluarkan dengan lancar.

Jika sampai tinja semakin menumpuk di dalam usus, maka bakteri pun akan berkembang biak hingga sangat banyak. Keberadaan bakteri inilah yang akhirnya bisa memicu datangnya peradangan, termasuk di dalam usus buntu.

Pakar kesehatan menyebut peradangan usus buntu akibat penumpukan kotoran ini lebih sering terjadi pada anak-anak atau meereka yang sudah berusia lanjut. Selain itu, mereka yang kurang gerak juga rentan mengalami masalah kesehatan ini.

  1. Adanya infeksi akibat parasit

Beberapa jenis parasit seperti cacing gelang, cacing benang, cacing kremi, dan amoeba berjenis entameoba histolica ternyata juga bisa memicu datangnya radang usus buntu. Keberadaan berbagai macam parasit ini lebih sering disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti sering mengonsumsi makanan mentah atau makanan yang tidak dimasak hingga benar-benar matang, dan  kebiasaan malas mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

Berbagai hal ini bisa membuat parasit masuk ke dalam saluran pencernaan dan akhirnya menginfeksi bagian usus buntu. Usus buntu pun akhirnya mengalami infeksi yang memicu peradangan.

  1. Keberadaan tumor

Sebenarnya, kasus radang usus buntu yang disebabkan oleh tumor cukup jarang terjadi, namun dalam beberapa kasus, peradangan usus buntu memang bisa disebabkan oleh hal ini. Biasanya, tumor ini muncul di saluran pencernaan bawah yang akhirnya memicu penyumbatan pada usus buntu. Penyumbatan inilah yang akhirnya berkembang menjadi peradangan.

  1. Munculnya jaringan fibrosis atau jaringan parut

Peradangan usus buntu memang bisa diatasi dengan prosedur operasi, namun jika hal ini menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis atau yang lebih dikenal sebagai jaringan parut, maka hal ini bisa membuat kasus peradangan bisa muncul kembali di masa depan.

Biasanya, kemunculan jaringan fibrosis ini disebabkan oleh proses pemulihan pasca operasi yang kurang baik. Karena alasan inilah biasanya pasien yang baru menjalani operasi diminta melakukan kontrol secara rutin demi mencegahnya.

  1. Hiperplasia limfoid

Dalam dunia medis, hyperplasia limfoid bisa dijelaskan sebagai pembengkakan jaringan limfoid. Kondisi ini sering memicu peradangan usus buntu pada anak-anak. Kondisi kesehatan ini biasanya terkait dengan masalah kesehatan tertentu seperti penyakit radang usus atau inflammatory bowel diseases, penyakit Crohn, dan masalah gastroenteritis.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi