Terbit: 18 April 2016 | Diperbarui: 6 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Konstipasi memiliki makna yang beragam. Beberapa orang berpendapat bahwa konstipasi artinya buang air besar tidak teratur. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa konstipasi adalah buang air besar sulit, keras, atau tidak tuntas. Penyebabnya pun bermacam-macam sehingga pengobatannya juga berbeda pada tiap individu.

Konsumsi Serat untuk Mengatasi Konstipasi

Konstipasi juga bisa diselingi oleh diare. Hal ini biasanya terjadi pada penyakit Irritable Bowel Syndrome (IBS). Pada puncak konstipasi terjadi impaksi fekal, yaitu suatu kondisi dimana tinja mengeras di dalam rektum dan menghalangi pengeluaran tinja selanjutnya. Diare dapat terjadi karena hanya cairan lah yang bisa merembes melewati tinja yang mengaras tersebut.

Frekuensi buang air besar menurun seiring dengan bertambahnya usia. Mayoritas orang dewasa buang air besar 3-21 kali dalam seminggu, dan dianggap normal. Umumnya, buang air besar satu kali sehari, tetapi tidak semua orang memiliki frekuensi buang air besar yang sama, dan bahkan setiap satu orang tidak selalu memiliki frekuensi buang air besar yang sama dari hari ke hari.

Secara medis, konstipasi didefinisikan sebagai buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu. Konstipasi berat didefinisikan sebagai buang air besar kurang dari satu kali seminggu. Tidak ada alasan medis mengapa kita harus buang air besar setiap hari. Berbeda dengan kepercayaan banyak orang, tidak buang air besar selama dua atau tiga hari bukanlah hal yang berbahaya, kecuali jika menimbulkan gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, berat badan ,menurun drastis, atau BAB bercampur darah. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa BAB tidak teratur akan menyebabkan terkumpulnya zat racun dalam tubuh atau menimbulkan kanker.

Apa yang menyebabkan konstipasi?

Penyebab konstipasi yang seringkali terlewatkan adalah obat-obatan. Berikut ini beberapa obat yang sering menyebabkan konstipasi.

  • Analgesik narkotik, misalnya kodein, oksikodon, dan hidromorfon.
  • Antidepresan, misalnya amitriptilin dan imipramin.
  • Antikejang, misalnya fenitoin dan karbamazepin.
  • Suplemen zat besi.
  • Obat penghambat kanal kalsium, misalnya diliazem dan nifedipin.
  • Antasid yang mengandung aluminium.

Selain obat-obatan, ada juga penyebab konstipasi yang lain, di antaranya:

  • Kebiasaan menahan buang air besar.
  • Diet rendah serat.
  • Penggunaan obat-obatan pencahar secara berlebihan sehingga merusak serabut saraf dan otot di usus besar.
  • Kelainan hormon, misalnya hipotiroid (kekurangan hormon tiroid), menstruasi, dan kehamilan.
  • Penyakit pada usus besar, misalnya diabetes, skleroderma, penyakit Hirschsprung, dan Chagas serta kanker.
  • Penyakit susunan saraf pusat yang mengganggu pengendalian BAB oleh otak.
  • Inersia kolon, yaitu suatu kondisi dimana serabut saraf atau otot di usus besar tidak bekerja secara normal.
  • Disfungsi otot-otot panggul yang berada di sekita rektum dan anus.

Apa sajakah gejala konstipasi itu?

Gejala konstipasi meliputi:

  • Buang air besar tidak teratur.
  • Tinja keras dan/atau kecil-kecil.
  • Merasa tidak tuntas setelah BAB.
  • Perut kembung, terutama bagian bawah.
  • BAB bercampur darah atau keluar darah dari lubang anus.
  • Kadang-kadang juga disertasi diare.
  • Cemas karena belum BAB.

Bagaimanakah pengobatan konstipasi?

Terdapat berbagai cara untuk mengatasi konstipasi. Pendekatan yang terbaik adalah dengan mengetahui penyebabnya terlebih dahulu, lalu diobati sesuai dengan penyebab tersebut. Penggunaan obat-obat pencahar sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan dokter.

Konsumsi serat untuk mengatasi konstipasi

Cara terbaik untuk meningkatkan konsumsi serat adalah dengan menambah jumlah buah dan sayuran yang dimakan. Artinya minimal lima sajian buah atau sayur per hari. Namun, bagi kebanyakan orang, jumlah sajian tersebut dirasakan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Dalam hal ini, suplemen serat dapat membantu.

Serat merupakan bahan yang dibuat oleh tanaman dan tidak dicerna oleh sistem pencernaan manusia. Serat mengikat air dan mempertahankan air tersebut agar tetap dalam rongga usus sehingga meningkatkan volume tinja dan tinja akan lebih lunak.

Terdapat berbagai sumber serat dan jenis serat dari sumber makanan tersebut bervariasi. Sumber dan jenis serat yang paling banyak ditemui antara lain:

  • Buah dan sayur
  • Gandum atau oat bran
  • Psyllium seed
  • Methylcellulose
  • Polycarbophil

Peningkatan flatulensi (buang angin) merupakan salah satu efek samping diet tinggi serat. Angin atau gas muncul karena adanya bakteri-bakteri yang mencerna serat. Bakteri tersebut menghasilkan gas sebagai produk sampingan dari pencernaan serat di dalam usus besar.

Serat tidak bekerja dalam satu malam. Konsumsi serat harus dilakukan selama beberapa minggu sampai didapatkan efek yang diharapkan. Jika muncul efek samping buang angin yang dirasa mengganggu, turunkan konsumsi serat atau ganti dengan jenis serat yang lain. Tidak ada salahnya juga berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui jenis serat yang sesuai.

Kapan kita harus menghubungi dokter?

Jika konstipasi terjadi secara terus-menerus dalam waktu lama serta tidak merespon dengan peningkatan konsumsi serat atau obat-obat pencahar sederhana, segera hubungi dokter. Jika muncul gejala yang mengkhawatirkan seperti keluarnya darah dari lubang anus, mual, muntah, nyeri perut, dan penurunan berat badan secara drastis, segera hubungi dokter. Dokter akan mencari tahu penyebab konstipasi dan memberikan terapi sesuai penyebabnya. Dokter juga mungkin akan memerlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologi dan mungkin juga akan merujuk ke dokter spesialis.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi