Terbit: 13 April 2021 | Diperbarui: 24 June 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Ada banyak sekali jenis gangguan sistem pada pencernaan manusia, termasuk diare, sembelit, wasir, GERD, tukak lambung, dll. Sistem pencernaan manusia tersusun dari beberapa organ dan jaringan. Setiap penyusun sistem pencernaan manusia ini dapat mengalami masalah dan menyebabkan penyakit pada sistem pencernaan. Pelajari tentang apa saja faktor penyebab gangguan pada sistem pencernaan dan penyebabnya pada pembahasan ini.

16 Gangguan Sistem Pencernaan Manusia yang Paling Umum

Gangguan Sistem Pencernaan Paling Umum

Ada beberapa gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem pencernaan manusia. Berikut adalah macam-macam gangguan sistem pencernaan yang perlu Anda ketahui perbedaannya:

1. Diare

Diare adalah salah satu gangguan pada sistem pencernaan yang paling umum. Gejala diare mengacu pada kondisi di mana feses memiliki konsentrasi yang lebih encer dengan frekuensi buang air besar yang terkadang juga meningkat.

Penyebab gangguan pencernaan satu ini beragam, bahkan diare sering kali menjadi salah satu gejala dari penyakit pencernaan lainnya. Penyebab diare meliputi virus, bakteri, efek samping obat, intoleransi makanan, hingga efek samping operasi.

Gejala diare dapat meliputi feses yang berair, sakit perut, dan frekuensi buang air besar meningkat. Diare juga dapat menimbulkan gejala yang lebih parah seperti mual, kembung, hingga adanya lendir dan darah dalam kotoran.

Penanganan untuk diare disesuaikan dengan penyebab diare. Minum air putih dan menghindari makanan yang dapat memperburuk diare seperti makanan tinggi serat, makanan berlemak, makanan pedas, dan lainnya dapat membantu penyembuhan diare.

2. Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah kondisi di mana seseorang buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu. Feses juga mungkin keras sehingga membuat Anda kesulitan buang air besar.

Penyebab sembelit karena kurangnya konsumsi serat, kurang konsumsi cairan, efek samping obat, atau perubahan pada rutinitas (seperti melakukan perjalanan). Sembelit juga umum terjadi pada ibu hamil, karena perubahan hormon saat kehamilan yang membuat sistem pencernaan bekerja lebih lambat.

Umumnya, obat pencahar dapat membantu mengatasi sembelit. Cara mengatasi gangguan sistem pencernaan lainnya dengan mencukupi konsumsi serat, mencukupi kebutuhan cairan tubuh, berolahraga, dan tidak membiasakan menahan buang air bisa menjadi langkah untuk mencegah sembelit datang kembali.

3. Wasir

Wasir adalah kondisi di mana terdapat pembengkakan pada pembuluh darah di anus dan rektum bagian bawah. Penyakit ambeien atau wasir sering kali terjadi sebagai komplikasi dari sembelit, tapi dapat juga terjadi karena penyebab lain seperti diare kronis, mengejan terlalu keras, duduk lama di toilet, obesitas, kehamilan, dan hubungan seks anal.

Secara umum wasir terbagi menjadi dua jenis, yaitu wasir eksternal dan wasir internal. Wasir eksternal umumnya memiliki gejala seperti iritasi dan gatal daerah anal, nyeri, anus bengkak, dan berdarah saat buang air besar. Sedangkan wasir internal biasanya tanpa gejala atau tidak pasien rasakan, tapi dapat menyebabkan pendarahan ketika buang air besar.

Wasir dapat diatasi dengan prosedur minimal invasif hingga prosedur invasif berupa operasi. Apabila ketidaknyamanan akibat wasir masih dapat ditoleransi, maka wasir cukup diatasi dengan perawatan di rumah seperti menggunakan obat topikal, menggunakan obat penghilang rasa sakit oral, konsumsi makanan tinggi serat, dan berendam air panas.

4. Irritable bowel syndrome (IBS)

Irritable bowel syndrome (IBS) adalah gangguan sistem pencernaan yang umum menyerang usus besar. Penyebab Irritable bowel syndrome (IBS)  adalah kontraksi otot di usus, kelainan pada saraf pencernaan, peradangan di usus, dan perubahan bakteri baik dalam usus.

Gejala IBS umumnya meliputi kram dan sakit perut, kembung, gas di perut, dan diare atau sembelit. Kondisi ini termasuk dalam kondisi kronis yang memerlukan penanganan jangka panjang.

IBS jarang menyebabkan gejala yang parah. Penanganan seperti mengatur pola makan, menerapkan hidup sehat, dan mengelola stres umumnya dapat membantu. Gejala yang lebih parah harus dikonsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan.

5. GERD

Gastroesophageal reflux disease (GERD) atau dikenal juga dengan penyakit asam lambung adalah kondisi ketika asam lambung sering kali naik ke saluran yang menghubungkan lambung dan mulut (kerongkongan/esofagus). Naiknya asam lambung ini kemudian menyebabkan iritasi di lapisan esofagus.

GERD terjadi akibat refluks asam sering terjadi. Hal ini terjadi saat otot sfingter yang memungkinkan makanan mengalir ke perut melemah sehingga asam dapat naik ke kerongkongan. Padahal otot ini seharusnya menutup ketika tidak ada makanan yang perlu turun ke perut.

GERD dapat menimbulkan gejala seperti heartburn, sakit dada, kesulitan menelan, regurgitasi makanan atau cairan asam, serta benjolan di tenggorokan. Refluks asam yang terjadi di malam hari bisa menimbulkan gejala seperti batuk kronis, radang tenggorokan, asma, dan gangguan tidur.

Penanganan GERD dapat menggunakan obat-obatan yang terkait dengan asam lambung. Selain itu, kondisi ini juga dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup seperti menjaga berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring setelah makan, mengunyah makanan perlahan sebelum ditelan, dan menghindari makanan dan minuman yang dapat memicu refluks.

6. Esofagitis

Esofagitis adalah peradangan yang dapat merusak jaringan kerongkongan. Penyakit pencernaan ini paling sering disebabkan oleh refluks asam, tapi dapat juga disebabkan faktor lain seperti pengaruh obat, alergi, hingga infeksi bakteri, virus, maupun jamur.

Esofagitis menimbulkan beberapa gejala seperti nyeri, kesulitan menelan, dan nyeri dada. Perawatan yang dapat dilakukan untuk gangguan pada sistem pencernaan ini bergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya.

Pengobatan esofagitis dapat meliputi pengobatan dengan obat resep maupun non-resep dan juga perubahan gaya hidup yang kurang lebih sama seperti untuk mengatasi GERD.

7. Dispepsia

Dispepsia atau gangguan pencernaan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan rasa sakit atau ketidaknyamanan di perut bagian atas. Pada dasarnya dispepsia bukan merupakan penyakit, melainkan sekelompok gejala yang sering terjadi pada gangguan pencernaan seperti kembung, mual, dan sendawa.

Penanganan dispepsia dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti menggunakan obat yang memengaruhi asam lambung, obat prokinetik, antibiotik, antidepresan, hingga menggunakan terapi psikologis seperti terapi perilaku kognitif.

8. Gastritis

Gastritis adalah gangguan sistem pencernaan yang yang digunakan untuk menggambarkan peradangan pada lapisan lambung. Penyakit pada sistem pencernaan satu ini paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri, namun dapat juga disebabkan oleh penggunaan penghilang rasa sakit jangka panjang atau penggunaan alkohol.

Gejala gastritis meliputi rasa sakit pada perut bagian atas yang biasanya memburuk setelah makan, mual, muntah, perasaan kenyang atau begah.

Penangangan gastritis selain menggunakan obat-obatan juga dengan perubahan gaya hidup seperti membagi porsi makan menjadi porsi kecil, menghindari makanan yang dapat mengiritasi pencernaan, menghindari alkohol, dan menghindari obat pereda nyeri yang dapat memicu gastritis.

9. Tukak Lambung

Tukak lambung adalah kondisi di mana terdapat luka yang menyakitkan di lapisan lambung. Penyakit pencernaan ini termasuk ke dalam tukak saluran pencernaan, yaitu segala jenis luka yang memengaruhi lambung dan usus halus.

Tukak lambung paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid jangka panjang. Gejala umum tukak lambung meliputi nyeri perut, penurunan berat badan, mual dan muntah, kembung, sendawa, dan heartburn.

Penanganan untuk tukak lambung bergantung pada tingkat keparahannya mulai dari terapi obat hingga tindakan operasi.

10. Tukak Duodenum

Tukak duodenum pada dasarnya merupakan kondisi yang mirip dengan tukak lambung, hanya saja luka yang dimaksud muncul di bagian usus dua belas jari. Gejala, penyebab, hingga pengobatan untuk tukak duodenum kurang lebih sama dengan tukak lambung.

11. Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus yang menyebabkan peradangan dan luka yang bertahan lama di saluran pencernaan. Gangguan sistem pencernaan ini memengaruhi lapisan terdalam usus besar dan rektum.

Penyebab kondisi ini sering tidak diketahui, namun gangguan pada sistem kekebalan tubuh dicurigai merupakan salah satu penyebab. Faktor lain seperti pola makan dan stres diduga dapat memperburuk kondisi ini.

Pengobatan kolitif ulseratif dapat menggunakan obat antiinflamasi, imunosupresan, dan obat-obatan lain bergantung pada kondisi dan gejala lain yang dialami. Prosedur operasi juga mungkin dilakukan apabila diperlukan.

12. Divertikulitis

Divertikulitis adalah peradangan atau infeksi pada kantong kecil pada saluran pencernaan yang disebut divertikula. Divertikula biasanya muncul dan berkembang secara alami di tempat-tempat lemah di usus. Divertikulitis terjadi ketika divertikula sobek.

Tanda dan gejala divertikulitis meliputi nyeri perut (biasanya di sisis kiri perut bawah), mual dan muntah, demam, nyeri perut, dan sembelit atau diare. Divertikulitis tanpa komplikasi dapat diatasi dengan antibiotik atau obat pereda nyeri.

Sedangkan untuk divertikulitis yang mengalami komplikasi penanganannya menggunakan antibiotik yang diberikan melalui intrevana atau dengan prosedur operasi.

13. Radang Usus Buntu

Radang usus buntu disebut dengan apendisitis dalam istilah medis. Apendisitis adalah gangguan sistem pencernaan yang disebabkan oleh usus buntu, yang merupakan kantong berbentuk jari pada usus besar mengalami peradangan.

Radang usus buntu menyebabkan gejala seperti nyeri mendadak yang dimulai di sisi kanan perut bagian bawah, rasa sakit yang memburuk ketika batuk atau berjalan, mual dan muntah, hilang selera makan, demam ringan, sembelit atau diare, dan perut kembung. Radang usus buntu umumnya diatasi dengan prosedur operasi.

14. Penyakit Cronh

Penyakit Cronh adalah penyakit peradangan pada usus. Masalah pada sistem kekebalan dan faktor keturunan diduga menjadi penyebab gangguan sistem pencernaan ini.

Penyakit Cronh dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, diare parah, kelelahan, penurunan berat badan, hingga malnutrisi. Pengobatan penyakit Cronh biasanya hanya dapat dilakukan untuk mengatasi gejala dan mencegah agar penyakit ini tidak semakin parah.

Pengobatannya dapat berupa penggunaan obat antiinflamasi, obat imunosupresan, antibiotik, dan obat-obatan lain yang terkait dengan gejala. Apabila obat-obatan dan perubahan gaya hidup tidak membantu, prosedur operasi mungkin dapat menjadi pilihan.

15. Penyakit Celiac

Penyakit Celiac merupakan kelainan pada sistem pencernaan di mana seseorang tidak dapat mengonsumsi gluten karena dapat merusak usus kecil mereka. Gangguan pencernaan ini bersifat genetik.

Gejala penyakit Celiac pada orang dewasa meliputi diare, kelelahan, penurunan berat badan, perut kembung, sakit perut, mual dan muntah, serta sembelit. Penanganan penyakit Celiac adalah dengan memerhatikan konsumsi makanan serta konsumsi suplemen untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

16. Kanker Saluran Pencernaan

Kanker juga bisa muncul di saluran pencernaan. Salah satu kanker saluran pencernaan adalah kanker kolorektal yang merupakan kanker rektum atau usus besar. Umumnya kanker ini dimulai dengan polip, yaitu pertumbuhan jaringan abnormal di usus besar.

Skrining rutin dapat dilakukan untuk mendeteksi polip dan polip dapat dihilangkan sebelum berkembang menjadi kanker.

Gejala dan tanda kanker kolorektal dapat meliputi perubahan kebiasaan buang air besar, pendarahan saat BAB, ketidaknyamanan perut, kehilangan selera makan, lemah dan lelah. Gejala-gejala ini juga dapat menunjukkan masalah pencernaan lainnya, sehingga pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk memastikan diagnosis kanker sistem pencernaan.

Cara Mengatasi Gangguan Sistem Pencernaan

Cara mengatasi gangguan pencernaan tentunya harus disesuaikan dengan jenis gangguan yang dialami. Jika melihat dari berbagai masalah pencernaan di atas, dapat dikatakan bahwa sembelit dan diare adalah dua kondisi yang paling sering dialami.

Kedua kondisi yang berlawanan ini memang terdengar ringan, namun jika dibiarkan, tentu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Baik sembelit maupun diare harus mendapatkan penanganan tepat agar tidak menjadi lebih parah.

Anda dapat mengatasi diare dengan cara mengonsumsi oralit. Ini dapat membantu menggantikan cairan tubuh agar tidak mengalami dehidrasi akibat diare. Jangan lupa juga untuk menyesuaikan pola makan seperti yang disebutkan di atas.

Nah, sedangkan untuk sembelit, Anda dapat mengonsumsi makanan tinggi serat dan pencahar jika perlu. Obat pencahar alami dapat membantu melunakkan feses dan melancarkan BAB.

laxing doktersehat

Salah satu rekomendasi pencahar alami yang ampuh mengatasi sembelit adalah Laxing. Terbuat dari bahan alami seperti daun senna, aloe vera, dan daun adas, Laxing teruji klinis mampu melancarkan BAB yang mampet.

 

  1. ACOG. 2014. Problems of the Digestive System. https://www.acog.org/Patients/FAQs/Problems-of-the-Digestive-System?IsMobileSet=false. (Diakses 2 Oktober 2019).
  2. Johnson, Shannon. 2018. Stomach Ulcers and What You Can Do About Them. https://www.healthline.com/health/stomach-ulcer. (Diakses 2 Oktober 2019).
  3. Mayo Clinic. 2019. Diarrhea. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diarrhea/symptoms-causes/syc-20352241. (Diakses 2 Oktober 2019).
  4. Mayo Clinic. 2019. Hemorrhoids. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hemorrhoids/symptoms-causes/syc-20360268. (Diakses 2 Oktober 2019).
  5. Mayo Clinic. 2018. Irritable bowel syndrome. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/irritable-bowel-syndrome/symptoms-causes/syc-20360016.(Diakses 2 Oktober 2019).
  6. Mayo Clinic. 2018. Gastroesophageal reflux disease (GERD). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gerd/symptoms-causes/syc-20361940. (Diakses 2 Oktober 2019).
  7. Mayo Clinic. 2017. Esophagitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/esophagitis/symptoms-causes/syc-20361224. (Diakses 2 Oktober 2019).
  8. Mayo Clinic. 2018. Gastritis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gastritis/symptoms-causes/syc-20355807. (Diakses 2 Oktober 2019).
  9. Mayo Clinic. 2019. Ulcerative colitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ulcerative-colitis/symptoms-causes/syc-20353326. (Diakses 2 Oktober 2019).
  10. Mayo Clinic. 2019. Diverticulitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diverticulitis/symptoms-causes/syc-20371758. (Diakses 2 Oktober 2019).
  11. Mayo Clinic. 2019. Appendicitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/appendicitis/symptoms-causes/syc-20369543. (Diakses 2 Oktober 2019).
  12. Mayo Clinic. 2019. Crohn’s disease. mayoclinic.org/diseases-conditions/crohns-disease/symptoms-causes/syc-20353304. (Diakses 2 Oktober 2019).
  13. Mayo Clinic. 2019. Celiac disease. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/celiac-disease/symptoms-causes/syc-20352220. (Diakses 2 Oktober 2019).
  14. Newman, Tim. 2017. What to know about indigestion or dyspepsia. https://www.medicalnewstoday.com/articles/163484.php. (Diakses 2 Oktober 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi