Terbit: 16 July 2022 | Diperbarui: 22 July 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Diare adalah gangguan pencernaan yang membuat seseorang buang air besar lebih sering dengan feses yang encer. Salah satu penyebab kondisi ini adalah infeksi bakteri. Kenali bakteri penyebab diare dalam ulasan berikut!

5 Bakteri Penyebab Diare yang Perlu Anda Waspadai

Sejumlah Bakteri Penyebab Diare

Secara umum, terdapat tiga jenis diare yaitu akut, kronis, dan persisten. Diare tergolong akut jika kondisinya berlangsung kurang dari dua minggu, untuk diare kronis berlangsung lebih dari satu bulan, sedangkan diare tergolong persisten jika berlangsung selama 2 sampai 4 minggu.

Selain jenis, penyebab diare juga berbeda-beda, bisa karena intoleransi laktosa, penggunaan obat-obatan tertentu, infeksi virus, dan infeksi bakteri.

Selain virus, diare juga sering terjadi akibat bakteri. Apa saja bakteri penyebab diare? Berikut di antaranya:

1. Escherichia coli atau E. coli

Bakteri Escherichia coli atau E. coli hidup di dalam usus manusia dan hewan. Umumnya, bakteri ini tidak mengakibatkan kondisi medis yang berarti. Namun, ada beberapa jenis bakteri E. Coli penyebab diare.

Infeksi bakteri ini bisa terjadi melalui makanan yang sudah terkontaminasi bakteri.

Agar Anda terhindar dari infeksi dan keracunan makanan, perhatikan kembali makanan yang akan dikonsumsi. Pastikan untuk mencuci bersih daging, buah, dan sayur sebelum dikonsumsi. Selain itu, hindari juga susu atau jus yang tidak melalui proses pasteurisasi.

Mengingat infeksi tidak selalu lewat makanan, Anda juga sebaiknya mewaspadai kontaminasi lewat kotoran. Sebagai contoh, Anda tidak sengaja menelan air kolam renang yang sudah terkontaminasi oleh kotoran manusia.

Infeksi E. coli biasanya akan sembuh dalam 5 hingga 10 hari tanpa pengobatan khusus.

Baca JugaMeski Mirip, Ini Perbedaan Diare Hepatitis dengan Diare Biasa

2. Shigella

Shigella adalah salah satu bakteri penyebab diare yang dapat mengontaminasi makanan. Orang yang terinfeksi bakteri ini dapat mengeluarkan bakteri melalui feses, air, makanan, atau langsung menularkannya ke orang lain.

Wabah shigella bisa terjadi akibat sanitasi yang buruk, makanan dan air yang terkontaminasi, serta lingkungan yang padat penduduk.

Setelah terinfeksi, gejala akan muncul sekitar 1 sampai 7 hari. Namun, paling sering terjadi pada hari ke-3 setelah terpapar.

Jika terinfeksi, perbanyaklah konsumsi cairan untuk mencegah dehidrasi. Namun, jika diare dibarengi dengan feses yang berdarah, dokter akan meresepkan obat diare dan antibiotik.

Agar tidak terinfeksi, rajinlah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Selain itu, jagalah selalu kebersihan lingkungan Anda.

3. Salmonella

Bakteri penyebab diare selanjutnya adalah Salmonella. Bakteri ini biasanya hidup di usus manusia dan hewan, lalu dikeluarkan melalui feses. Penularan sering terjadi melalui makanan yang terkontaminasi dan air.

Infeksi bisa terjadi lewat makanan, misalnya daging mentah atau setengah matang, unggas, telur serta produk olahannya, dan susu yang tidak dipasteurisasi.

Infeksi dapat menyebabkan diare, demam, dan kram perut. Biasanya gejala akan dirasakan setelah 8 sampai 72 jam setelah terpapar.

Dalam beberapa kasus, diare akibat infeksi Salmonella dapat mengakibatkan dehidrasi yang parah. Kondisi ini harus segera mendapatkan penanganan medis.

Namun, beberapa kasus lain, orang yang terinfeksi tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya akan sembuh dalam beberapa hari.

4. Campylobacter

Infeksi bakteri dapat terjadi melalui makanan yang dikonsumsi. Makanan yang berisiko menyimpan bakteri Campylobacter adalah unggas yang masih mentah atau setengah matang.

Bakteri ini juga dapat mengontamonasi air minum atau susu mentah. Selain itu, seseorang juga bisa terinfeksi bakteri jika berkontak dengan kotoran hewan yang terinfeksi.

Infeksi ini lebih sering menimpa anak-anak. Jika diduga terinfeksi, tenaga medis dapat melakukan tes tinja untuk mendiagnosis kondisi.

Biasanya, keadaan seseorang yang terinfeksi akan membaik tanpa pengobatan khusus. Pastikan untuk mencukupi kebutuhan cairan harian selama diare berlangsung.

Namun, jika kondisi cukup parah atau seseorang yang terinfeksi memiliki daya tahan tubuh lemah, penggunaan antibiotik bisa diperlukan.

Cara mencegah infeksi bakteri penyebab diare ini bisa Anda lakukan dengan berbagai cara berikut:

  • Pastikan untuk memasak unggas hingga matang menyeluruh.
  • Gunakan peralatan makan terpisah untuk daging.
  • Bersihkan peralatan masak dan makan sampai bersih menggunakan air hangat dan sabun. Lakukan dengan hati-hati.

Baca Juga13 Obat yang Bantu Hentikan Diare, dari yang Alami hingga Medis

5. Yersinia

Yersinia merupakan salah satu infeksi yang sangat jarang terjadi. Namun, sekalinya menginfeksi, bakteri ini bisa menyebabkan masalah kesehatan, salah satunya diare.

Anak-anak yang daya tahan tubuhnya masih lemah lebih rentan terinfeksi. Selain diare, gejala lain yang dapat menimpa yaitu feses berdarah. Gejala bisa terjadi selama 1 sampai 3 minggu, atau bahkan lebih lama.

Infeksi bakteri penyebab diare ini bisa terjadi dari makanan yang sudah terkontaminasi, terutama daging babi mentah atau tidak melalui proses memasak yang benar. Konsumsi susu tanpa pasteurisasi juga bisa meningkatkan risiko infeksi.

Selain lewat makanan dan minuman, seseorang dapat terinfeksi dari hewan yang terinfeksi, air, serta transfusi darah.

Biasanya gejala akan hilang dengan sendirinya. Namun, pada beberapa kasus, infeksi Yersinia harus ditangani dengan antibiotik.

Itulah beberapa bakteri penyebab diare yang sebaiknya Anda ketahui. Cegah diare dengan menjaga kebersihan lingkungan dan mengolah dengan baik makanan yang akan dikonsumsi. Jika diare tidak membaik dalam beberapa hari, segera periksakan kondisi ke dokter untuk pengobatan yang tepat.

 

  1. Akhondi, Hossein. & Simonsen, Kari A. 2022. Bacterial Diarrhea. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551643/. (Diakses pada 15 Juli 2022).
  2. Anonim. 2015. Rare Infections: Yersinia Enterocolitica and Yersinia Pseudotuberculosis. healthychildren.org/English/health-issues/conditions/abdominal/Pages/Rare-Infections-Yersinia-Enterocolitica-and-Yersinia-Pseudotuberculosis.aspx. (Diakses pada 15 Juli 2022).
  3. Anonim. 2020. Diarrhea. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4108-diarrhea. (Diakses pada 15 Juli 2022).
  4. Anonim. Campylobacter Infections. https://medlineplus.gov/campylobacterinfections.html. (Diakses pada 15 Juli 2022).
  5. Anonim. E. Coli Infections. https://medlineplus.gov/ecoliinfections.html. (Diakses pada 15 Juli 2022).
  6. Anonim. Shigella – Shigellosis. https://www.cdc.gov/shigella/index.html#. (Diakses pada 15 Juli 2022).
  7. Anonim. Shigellosis. https://medlineplus.gov/ency/article/000295.htm. (Diakses pada 15 Juli 2022).
  8. Anonim. Symptoms & Causes of Diarrhea. https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/diarrhea/symptoms-causes#. (Diakses pada 15 Juli 2022).
  9. Anonim. 2022. Salmonella infection. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/salmonella/symptoms-causes/syc-20355329. (Diakses pada 15 Juli 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi