Terbit: 5 June 2020
Ditulis oleh: dr. Ajrina Rarasrum | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Orang lanjut usia atau lansia merupakan salah satu populasi yang rawan dalam pandemi Covid-19 ini. Lansia adalah semua orang yang berusia di atas 60 tahun. Menurut sebuah penelitian di Cina, proporsi pasien COVID-19 yang berusia di atas 60 tahun adalah 31,2% dari total pasien yang ada di negara tersebut.

Risiko COVID-19 pada Lansia dan Cara Mencegah Penularannya

Data tersebut sesuai dengan hasil penelitian CDC (Center for Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat per 16 Maret, total 4.226 kasus COVID-19 telah dilaporkan di Amerika Serikat, dengan laporan meningkat menjadi 500 atau lebih kasus per hari mulai 14 Maret 2020.

Di antara 2.449 pasien dengan usia yang diketahui, 6% berusia 85 tahun, 25% berusia 65-84 tahun, 18% masing-masing berusia 55-64 tahun dan 45-54 tahun, serta 29% berusia 20-44 tahun. Hanya 5% dari kasus terjadi pada orang berusia 0-19 tahun.

Penyakit yang Banyak Diderita oleh Lansia

Semakin menua, kondisi kesehatan yang berkaitan dengan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker, penyakit metabolik, serta penyakit autoimmun probabilitasnya akan semakin meningkat. Selain itu, ditambah juga dengan respons imun yang tidak sebaik dulu, maka tentu akan memengaruhi respons tubuh terhadap penyakit infeksi. Salah satu penyakit yang paling sering di temui di usia tua adalah hipertensi.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 penyakit yang banyak diderita oleh lansia adalah hipertensi yaitu sebesar 63.5%. Dalam beberapa seri kasus terbesar dari Cina yang telah dirilis selama pandemi Covid-19, hipertensi adalah kondisi yang paling sering terjadi bersamaan pada 1099 pasien, dengan perkiraan prevalensi 15%.

Salah satu jenis obat hipertensi yang paling sering di gunakan di Indonesia adalah ACE-inhibitor dan ARB. Muncul beberapa pembahasan bahwa pengobatan dengan ACE inhibitor atau angiotensin-receptor blocker (ARB) dapat meningkatkan risiko COVID-19 setelah terpapar dengan SARS-CoV-2 karena COVID-19, dapat menginfeksi sel inang melalui interaksi dengan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) pada epitel saluran pernapasan.

ACE2 adalah bagian dari sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) dan jalur neurohormonalnya; pengobatan dengan inhibitor RAAS dapat meningkatkan ekspresi jaringan ACE2 dan presentasi di permukaan sel.

Di sisi lain pada model hewan, ACE2 terbukti bisa melindungi dari cedera paru akut. Sehingga teori tentang penggunaan obat ini perlu di teliti lebih lanjut karena masih merupakan penelitian awal dan perlu lebih banyak bukti.

Saat ini pemakaian obat ini terbukti lebih besar manfaatnya daripada risikonya, sehingga bila obat ini sudah menjadi obat rutin yang di konsumsi lansia, maka tetap di konsumsi sesuai anjuran dokter.

Penyakit Kronis yang Meningkatkan Risiko COVID-19 pada Lansia

Selain hipertensi, faktor risiko lain pada kasus COVID-19 adalah penyakit-penyakit kronis yang sering di derita lansia seperti diabetes, gagal ginjal kronis, penyakit jantung kronis dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis).

Diabetes atau secara spesifik yaitu DM tipe 2 sebagai salah satu penyakit yang paling umum di derita lansia di Indonesia juga menjadi faktor risiko dalam kasus COVID-19. Ini disebabkan sistem imun penderita diabetes terganggu, sehingga lebih sulit melawan virus ini. Selain itu, virus ini mampu berkembang di lingkungan glukosa yang tinggi.

Belum ada mekanisme yang lebih jelas mengapa penderita DM risikonya lebih tinggi daripada mereka yang bukan penderita DM. Fluktuasi gula darah yang terus menerus jelas terbukti meningkatkan risiko komplikasi yang terkait diabetes seperti diabetes retinopati, kaki diabetes dan ketoasidosis diabetik. Walaupun ketoasidosis diabetik jarang terjadi di DM tipe 2, namun risikonya dapat meningkat bila terjadi infeksi pada penderita.

Cara Mencegah Penularan COVID-19 pada Lansia

Pandemi COVID1-9 tentu sebuah masa yang mengkhawatirkan bagi lansia yang memiliki DM. Oleh karena itu, lansia perlu melakukan pencegahan ekstra dalam masa pandemi ini.

Langkah yang paling penting yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan lansia di tengah pandemi COVID-19 adalah  tetap di rumah. Virus ini bisa menyebar melalui kontak dekat dari orang ke orang melalui droplet pernafasan saat  bersin, batuk, dan berbicara. Sebaiknya lansia tetap di rumah untuk mengurangi kemungkinan berinteraksi dengan banyak orang.

Lebih baik bila lansia mengurangi kontak sosial dengan keluarga dan teman yang tidak perlu dan menggunakan fasilitas jasa pengiriman ke rumah untuk membeli kebutuhan pokok dan obat-obatan vital. Jika memungkinkan, sediakan ruang tersendiri bagi anggota rumah tangga yang rentan.

Penyebaran yang masih mungkin adalah menyetuh permukaan atau benda yang memiliki virus di atasnya lalu menyentuh mata, hidung, dan mulut. Oleh karena itu, mencuci tangan secara berkala, memastikan semua peralatan dan permukaan dibersihkan secara teratur, dan menghindari menyentuh wajah bisa mengurangi kemungkinan penyebaran virus.

Di saat genting seperti ini jangan mengubah medikasi rutin tanpa konsultasi dengan dokter. Walau banyak informasi tentang obat-obatan yang bisa bermanfaat maupun merugikan lansia di masa pandemi ini, namun informasi ini perlu kita saring secara kritis dan jangan bertindak sendiri.

Jika mengalami gejala demam, batuk, dan sesak nafas segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat dan jangan lupa memakai masker bila sedang sakit atau dalam keadaan darurat yang memerlukan bepergian keluar.

 

Artikel kesehatan ini disponsori:
logo-cimsa-ugm-doktersehat

 

  1. Epidemiology Group of the New Coronavirus Pneumonia Emergency Response Mechanism of the Chinese Center for Disease Control and Prevention. Epidemiological characteristics of the new coronavirus pneumonia [J / OL]. Chinese Journal of Epidemiology, 2020,41 (2020-02-17 ) .http: //rs.yiigle.com/yufabiao/1181998.htm. DOI: 10.3760 / cma.j.issn.0254-6450.2020.02.003. [Pre-published online].
  2. International Diabetes Federation.2020.Covid-19 and Diabetes.IDF. https://idf.org/aboutdiabetes/what-is-diabetes/covid-19-and-diabetes/1-covid-19-and-diabetes.html
  3. Kemenkes RI.2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta.
  4. Reynolds, Harmony.R, et al. 2020.Renin–Angiotensin–Aldosterone System Inhibitors and Risk of Covid-19.. N Engl J Med 2020
  5. Severe Outcomes Among Patients with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) — United States, February 12–March 16, 2020. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2020;69:343-346. DOI: http://dx.doi.org/10.15585/mmwr.mm6912e2
  6. Vaduganathan, Muthiah, et al.Renin–Angiotensin–Aldosterone System Inhibitors in Patients with Covid-19. N Engl J Med 2020; 382:1653-1659
    DOI: 10.1056/NEJMsr2005760


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi