Terbit: 6 December 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Cephalgia adalah nama lain dari sakit kepala. Keluhan sakit kepala ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di kepala hingga leher. Apakah kondisi ini berbahaya? Simak penjelasan mengenai penyebab hingga cara mengobatinya di bawah ini.

Cephalgia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Cephalgia?

Cephalgia adalah istilah yang dikenal sebagai sakit kepala, termasuk semua jenis nyeri yang memengaruhi kepala, kulit kepala, wajah, atau leher. Sakit kepala dapat dikategorikan menjadi tipe primer atau sekunder. Biasanya sakit kepala bersifat jangka pendek dan ringan, tetapi beberapa bisa melemahkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Gejala Cephalgia

Gejala yang lebih spesifik dapat dibedakan berdasarkan jenisnya. Berikut adalah beberapa gejala yang paling umum terjadi, di antaranya:

1. Gejala Tension Headache

Tension headache atau sakit kepala tegang merupakan jenis sakit kepala yang paling umum. Jenis ini sering digambarkan seperti adanya pita ketat yang melilit kepala.

Rasa sakit muncul akibat mengencangnya otot-otot leher dan kulit kepala. Gejala tension headache antara lain:

  • Leher kaku.
  • Nyeri tumpul dan sakit.
  • Kulit kepala lebih sensitif terhadap rasa sakit.
  • Bahu terasa kaku.
  • Dahi terasa tertekan dan kencang dan rasa ini dapat meluas hingga belakang kepala.

Terkadang gejala tension headache mirip dengan migrain, namun tidak menyebabkan gangguan penglihatan seperti migrain.

Jenis yang satu ini umumnya berlangsung beberapa menit atau sebagian dapat bertahan selama beberapa hari dan cenderung berulang.

2. Gejala Cluster Headache

Cluster headache adalah sakit kepala tidak berdenyut-denyut yang menyebabkan rasa sakit di satu sisi kepala atau di belakang mata.

Jenis sakit kepala ini dapat berlangsung lama (periode cluster), yakni bisa berlangsung hingga enam minggu. Gejalanya ditandai dengan:

  • Rasa sakit muncul di bagian belakang mata.
  • Rasa sakit muncul di satu sisi.
  • Mata berair dan hidung tersumbat.
  • Terjadi satu hingga dua jam setelah tidur.

Beberapa gejala cephalgia jenis ini juga mirip migrain, tapi umumnya cluster headache tidak menyebabkan mual.

3. Gejala Migrain

Migraine headache atau migrain dapat ditandai dengan gejala berikut ini:

  • Perasaan berdenyut di kepala.
  • Mual.
  • Rasa sakit di satu sisi kepala.
  • Sensitif terhadap suara dan cahaya.
  • Muntah.

Sakit kepala migrain dapat sangat parah hingga seseorang menjadi sulit berkonsentrasi dan sulit untuk beraktivitas sehari-hari.

4. Gejala Rebound Headache

Rebound headache merupakan jenis cephalgia yang terjadi akibat seseorang berhenti mengonsumsi obat tertentu yang digunakan secara teratur untuk mengatasi sakit kepala. Gejalanya meliputi:

  • Mudah marah.
  • Mual.
  • Gelisah.
  • Kesulitan mengingat detail penting.

Gejala dapat berbeda tergantung pada obat yang dikonsumsi. Sakit kepala ini cenderung terjadi setiap hari dan umumnya lebih buruk di pagi hari. Kondisi ini dapat membaik dengan obat, tetapi dapat muncul kembali setelah obat habis.

5. Gejala Thunderclap Headache

Sakit kepala jenis ini adalah sakit kepala parah yang terjadi dengan sangat cepat. Kemunculannya dapat tiba-tiba dan dapat bertahan hingga lima menit.

Sakit kepala ini dapat mengindikasikan masalah dengan pembuluh darah di otak. Gejala dari thunderclap headache adalah durasinya yang pendek, namun sifatnya intens.

6. Gejala Sakit Kepala Alergi atau Sinus

Sakit kepala alergi atau sinus terjadi akibat reaksi alergi. Sakit kepala ini juga sering tertukar dengan migrain. Sakit kepala sinus atau alergi adalah jika sakit kepala dibarengi dengan gejala seperti:

  • Rasa sakit dan tekanan pada pipi, alis, atau dahi.
  • Rasa sakit yang bertambah ketika membungkuk ke depan atau berbaring.
  • Hidung tersumbat.
  • Kelelahan.
  • Sakit gigi bagian atas.

7. Gejala Sakit Kepala Hormonal

Sakit kepala hormonal adalah sakit kepala yang disebabkan oleh naik turunnya hormon dalam tubuh. Wanita umumnya mengalami ini ketika menstruasi, akibat konsumsi pil KB, atau akibat kehamilan. Sakit kepala hormonal biasanya dibarengi dengan gejala berikut:

  • Nafsu makan menurun.
  • Kelelahan.
  • Jerawat.
  • Nyeri sendi.
  • Sembelit.
  • Koordinasi tubuh menurun.
  • Intensitas buang air kecil menurun.

8. Gejala Sakit Kepala Akibat Kafein

Kafein memberikan pengaruh terhadap aliran darah ke otak. Hal ini menyebabkan terlalu banyak kafein menyebabkan Anda sakit kepala. Sakit kepala akibat kafein biasanya dibarengi dengan gejala seperti berikut ini:

  • Kelelahan.
  • Cemas.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Gangguan mood.
  • Mudah marah.
  • Energi menurun.
  • Tremor.

9. Gejala Sakit Kepala Darah Tinggi

Sakit kepala memang dikenal sebagai salah satu gejala darah tinggi. Jika mengalami kondisi ini, gejala yang mungkin dirasakan antara lain:

  • Sakit di kedua sisi kepala hingga kesulitan beraktivitas.
  • Lelah dan kebingungan.
  • Gangguan penglihatan.
  • Nyeri dada.
  • Kesulitan bernapas.
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Darah dalam urine.
  • Berdebar di dada, leher, dan telinga.

10. Gejala Exertion Headache

Exertion headache adalah sakit kepala yang terjadi dengan cepat setelah melakukan aktivitas fisik yang intens, seperti berolahraga. Sakit kepala ini umumnya tidak bertahan terlalu lama. Berikut ini gejala dari exertion headache, antara lain:

  • Sakit kepala di kedua sisi.
  • Muntah.
  • Leher kaku.
  • Penglihatan ganda.
  • Hilang kesadaran.

11. Gejala Post-traumatic Headache

Post-traumatic headache atau sakit kepala pasca-trauma adalah sakit kepala yang terjadi setelah adanya cedera kepala. Gejala sakit kepala ini terasa seperti migrain atau tension headache. Gejala lain yang mungkin muncul, meliputi:

  • Sakit leher.
  • Sakit kepala yang semakin kuat ketika bergerak, batuk, membungkuk, atau menggerakkan kepala.
  • Penglihatan ganda.
  • Mata lelah.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Gelisah.
  • Depresi.
  • Hilang selera makan.
  • Kesulitan mendengar.
  • Sulit tidur.
  • Gelisah.
  • Gangguan pendengaran.
  • Mual dan muntah.
  • Sensitif terhadap kebisingan.
  • Sensitif terhadap cahaya.
  • Telinga berdengung.

Baca Juga: Sakit Kepala Berulang: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Penyebab Cephalgia

Penyebab kondisi ini dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, berikut di antaranya:

1. Sakit Kepala Primer

Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa sakit kepala primer adalah penyakit yang berdiri sendiri dan tidak dipicu oleh penyakit lain.

Penyebabnya adalah akibat aktivitas berlebihan atau akibat dari masalah pada struktur atau bagian kepala yang sensitif terhadap rasa sakit.

Bagian kepala yang sensitif meliputi pembuluh darah, otot, dan saraf di kepala serta leher. Penyebab lainnya adalah karena adanya aktivitas kimia di otak.

2. Sakit Kepala Sekunder

Secondary headache atau sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang disebabkan oleh penyakit dan kondisi lain. Beberapa penyebabnya antara lain:

  • Mabuk akibat minuman beralkohol.
  • Tumor otak.
  • Pendarahan di otak atau sekitarnya.
  • Brain freeze.
  • Gegar otak.
  • Dehidrasi.
  • Glaukoma.
  • Influenza.
  • Penggunaan obat penghilang rasa sakit berlebihan.
  • Serangan panik.
  • Stroke.

Sakit kepala dapat menjadi indikasi penyakit serius. Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui penyebab sakit kepala yang Anda alami untuk mengetahui langkah medis apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

Jenis Cephalgia

Secara umum cephalgia dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu primary headache dan secondary headache, kedua jenis ini juga dibagi lagi menjadi beberapa tipe yang berbeda.

Berikut ini jenis penyakit cephalgia, antara lain:

1. Primary Headache

Primary headache atau sakit kepala primer adalah kondisi sakit kepala yang tidak dipicu oleh penyakit atau kondisi tubuh lainnya. Sakit kepala ini dapat bersifat episodik yaitu terjadi sering atau sesekali; dan dapat bertahan mulai dari 30 menit hingga beberapa jam.

Selain itu, kondisi ini juga dapat bersifat kronis; dapat muncul setiap hari dan selama berhari-hari atau bahkan hingga satu bulan.

Tipe sakit kepala primer yang paling umum adalah:

  • Tension headache atau sakit kepala tegang.
  • Cluster headache.
  • Migrain.

2. Secondary Headache

Secondary headache atau sakit kepala sekunder adalah jenis cephalgia yang dipicu oleh penyakit lain. Hal ini dapat diartikan bahwa sakit kepala yang dialami merupakan gejala dari penyakit tertentu. Tipe sakit kepala sekunder yang paling umum adalah:

  • Rebound headache.
  • Thunderclap headache.
  • Sakit kepala alergi atau sinus.
  • Sakit kepala hormon.
  • Sakit kepala akibat kafein.
  • Sakit kepala darah tinggi.
  • Exertion headache.
  • Post-traumatic headache.

Diagnosis Cephalgia

Pertama-tama dokter umumnya akan bertanya pada Anda tentang riwayat medis, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan harus mencakup evaluasi neurologis yang lengkap.

Riwayat berhentinya pasien dari obat dan makanan juga harus diketahui, karena sebagian orang dapat mengalami sakit kepala akibat berhenti menggunakan obat. Terdapat juga kasus di mana peminum kopi berat merasakan sakit kepala akibat berhenti mengonsumsi kopi.

Jika sakit kepala dibarengi dengan gejala lain yang mungkin mengindikasikan penyakit lain, dokter akan melakukan tes untuk memastikan penyakit tersebut. Beberapa tes yang mungkin dilakukan adalah seperti:

  • Complete blood count (CBC). Tes darah lengkap ini dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
  • Rontgen tengkorak. Tes pencitraan ini dilakukan untuk melihat gambar detail dari tulang-tulang tengkorak.
  • Rontgen sinus. Tes ini dilakukan jika dicurigai adanya sinusitis.
  • CT scan atau MRI. Merupakan tes yang dilakukan jika sakit kepala dicurigai pemicunya adalah seperti stroke, trauma, atau adanya pembekuan darah di otak.

Pengobatan Cephalgia

Jika cephalgia adalah jenis sakit kepala sekunder, maka tentu pengobatannya adalah dengan cara mengobati penyebabnya. Namun, jika penyebabnya tidak didasari kondisi medis serius, berikut adalah beberapa pengobatan  yang dapat dilakukan:

1. Terapi Alternatif

Pengobatan dapat melalui beberapa terapi alternatif seperti berikut ini:

  • Biofeedback. Sebuah teknik relaksasi yang dapat membantu dalam mengelola nyeri.
  • Mengelola stres. Melalui kelas manajemen stres, Anda dapat belajar cara mengatasi stres dan menghilangkan ketegangan.
  • Terapi perilaku kognitif. Sebuah terapi bicara yang menunjukkan pada Anda bagaimana cara mengenali situasi yang membuat Anda stres dan cemas.
  • Akupuntur. Terapi alternatif untuk mengurangi stres dan ketegangan dengan cara memasang jarum halus ke area tubuh tertentu.
  • Olahraga. Melakukan olahraga ringan hingga sedang yang dapat meningkatkan zat kimia tertentu dalam otak yang bisa membuat Anda lebih rileks dan bahagia.
  • Terapi dingin atau panas. Menerapkan bantalan pemanas atau menempelkan kompres es ke kepala selama 5 hingga 10 menit, lakukan beberapa kali sehari.
  • Mandi air hangat. Tujuannya adalah untuk membantu merelaksasi otot yang tegang.

2. Pengobatan Alami

Selain menggunakan terapi alternatif, Anda juga bisa menggunakan pengobatan alami seperti vitamin dan herbal untuk mengatasi kondisi ini. Berikut adalah beberapa pengobatan alami untuk mengurangi sakit kepala:

  • Koenzim Q10. Dosis 100 mg enzim ini dan dikonsumsi tiga kali sehari, atau dosis tunggal 150 mg per hari dapat mengurangi frekuensi sakit kepala migrain.
  • Magnesium. Mineral ini diberikan melalui infus pada pasien migrain parah. Selain itu, pasien dengan tipe sakit kepala yang lain juga dapat dibantu oleh suplemen magnesium.
  • Vitamin B12. Konsumsi 200 mg vitamin B12 atau riboflavin dua kali sehari dapat membantu mengurangi sakit kepala.
  • Butterbur. Ekstrak tumbuhan ini terbukti dapat mengurangi frekuensi migrain, namun Anda harus waspada dengan reaksi alergi yang mungkin timbul, karena terdapat beberapa laporan alergi pada tumbuhan yang sejenis dengan butterbur.
  • Air putih. Dehidrasi bisa menjadi salah satu penyebab sakit kepala. Oleh sebab itu, penting untuk cukup minum air putih.

3. Obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan bebas seperti aspirin, paracetamol, dan ibuprofen sering kali dijadikan sebagai pilihan pertama untuk mengatasi sakit kepala.

Jenis obat-obatan lain yang digunakan untuk mengatasi sakit kepala seperti migrain kronis dan cluster headache adalah seperti berikut ini:

  • Beta-blocker (propranolol, atenolol).
  • Verapamil.
  • Methysergide maleate.
  • Amitriptyline.
  • Asam valproat.
  • Dihydroergotamine.
  • Litium.
  • Topiramate.
  • Aimovig.

Jika menggunakan obat bebas, pastikan Anda mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan. Sedangkan untuk penggunaan obat lain, harus melalui resep dan petunjuk dokter.

Jika sakit kepala sering terjadi dan dengan jangka waktu yang lama, sebaiknya konsultasikan lebih dahulu ke dokter sebelum memilih pengobatan yang tepat.

Baca Juga: 10 Obat Sakit Kepala di Apotek yang Efektif

Pencegahan Cephalgia

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan sakit kepala adalah seperti berikut ini:

  • Hindari makanan pemicu sakit kepala. Setiap orang mungkin memiliki makanan pemicu yang berbeda, namun makanan yang umum dapat menyebabkan sakit kepala adalah seperti keju tua, wine, kacang mede, bawang merah, cokelat, daging olahan, bir hitam, susu, dan gandum.
  • Hindari asupan kafein berlebih. Kafein merupakan salah satu penyebab sakit kepala, terlalu banyak konsumsi kafein dapat menyebabkan sakit kepala ketika dosis kafein diturunkan.
  • Tidur cukup. Kurang tidur dapat menyebabkan sakit kepala, sehingga Anda diharuskan untuk tidur cukup setiap malamnya agar dapat segar bangun di pagi hari.
  • Melatih tubuh dan pikiran. Teknik ini mengharuskan untuk Anda memfokuskan pikiran pada tubuh, pernapasan dalam, dan membayangkan otot yang tegang di tubuh menjadi rileks.
  • Terapi pijat. Mendapatkan terapi dapat menjadi pencegahan sakit kepala yang ampuh bagi sebagian orang. Sebaiknya diskusikan dengan dokter jika ingin melakukan pijat atau terapi manual lainnya.
  • Olahraga rutin. Olahraga sebaiknya dilakukan selama 30 menit dan dilakukan seminggu 3 kali. Namun, jika hanya memiliki waktu singkat, cobalah olahraga selama 10 hingga 15 menit.

 

  1. McIntosh, James. 2022. Why do I have a headache? Causes, types, and remedies. https://www.medicalnewstoday.com/articles/73936.php. (Diakses pada  5 Desember 2022)
  2. Nall, Rachel, e al. 2022. Everything You Need to Know About Headaches. https://www.healthline.com/health/headache. (Diakses pada  5 Desember 2022)
  3. Syed, Ali. Tanpa Tahun. Cephalgia. https://www.osmosis.org/answers/cephalgia. (Diakses pada  5 Desember 2022)
  4. Watson, Kathryn dan David R. 2021. 14 Types of Headaches and How to Treat Them. https://www.healthline.com/health/headache/types-of-headaches. (Diakses pada  5 Desember 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi