DokterSehat.Com- Teror bom di Surabaya masih berlanjut. Pagi tadi, Senin, 14 Mei 2018, Polrestabes Surabaya menjadi sasaran bom setelah sebelumnya bom meledak di beberapa gereja dan rumah susun di Sidoarjo.

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek yang mengunjungi korban bom menyebutkan bahwa ada 3 korban yang berada dalam kondisi kritis karena mengalami luka bakar 90 persen. Sebagai informasi, perhitungan besaran luka bakar in memakai metode ruler of nine yang diperkenalkan oleh AB Wallace pada tahun 1951 silam.
Metode ruler of nine ini dilakukan dengan cara memberikan skor luka bakar pada bagian tubuh yang berbeda. Sebagai contoh, bagian kepala dan leher diberi angka 9 persen. Pada lengan kanan dan lengan kiri masing-masing diberi 9 persen, dan badan diberi angka 18 persen karena ukurannya lebih besar. Angka-angka ini kemudian dikombinasikan.
Metode lain yang bisa dipakai untuk mengukur ukuran luka bakar adalah dengan menggunakan telapak tangan. Jika luka bakar berukuran setara dengan satu telapak tangan, maka akan dihitung sebagai 1 persen. Sementara itu, ukuran luka bakar yang setara dengan dua telapak tangan dihitung setara dengan 2 persen.
Dengan memakai ruler of nine, maka tenaga medis yang membantu pengobatan korban akan mampu memperkirakan seberapa luas luka bakar pada permukaan tubuh sehingga bisa memberikan pengobatan atau terapi yang tepat.
Luka bakar hingga 90 persen seperti yang dialami oleh korban bom Surabaya membutuhkan perawatan khusus karena luka bakar ini dianggap sangat parah. Mereka bahkan harus ditempatkan dalam ruangan khusus yang bisa diatur kelembapan udaranya. Jika tidak, maka luka bakar ini bisa saja terkontaminasi kuman yang tentu bisa memicu infeksi berbahaya.
Semoga saja korban luka dari aksi teror di Surabaya bisa segera sembuh dan tidak ada lagi kasus terorisme di Tanah Air.