Terbit: 4 April 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Saraf memegang peran penting terhadap rasa nyeri di tubuh, yaitu dengan mengirimkan sinyal ke otak. Salah satu prosedur yang dianggap bisa memutuskan pengiriman sinyal nyeri ini adalah ablasi radiofrekuensi. Kenali lebih jauh seputar tindakan medis ini dalam artikel berikut.

Ablasi Radiofrekuensi: Manfaat, Persiapan, Prosedur, dan Risiko

Apa Itu Ablasi Radiofrekuensi?

Ablasi radiofrekuensi atau radiofrequency ablation (RFA) adalah prosedur non-bedah yang dapat membantu mengatasi nyeri kronis. Prosedur ini juga dikenal dengan rhizotomy (ablasi/neurotomi).

Radiofrequency ablation memanfaatkan panas dari arus listrik yang dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Hal ini kemudian dapat membantu meredakan nyeri.

Panas yang dihasilkan akan menghancurkan area saraf yang mengirimkan rasa nyeri ke otak. Dengan begitu, rasa sakit tidak akan terasa kembali.

Prosedur ini dapat meredakan nyeri cukup lama bagi orang-orang dengan nyeri kronis, terutama di punggung bagian bawah, leher, dan sendi rematik.

Siapa yang Membutuhkan Tindakan Ini?

Melansir Mayo Clinic, ablasi radiofrekuensi adalah tindakan yang berguna bagi pasien dengan kondisi sebagai berikut:

  • Nyeri kronis akibat kondisi, termasuk radang sendi tulang belakang (spondylosis) dan nyeri sendi sakroiliaka (SI).
  • Nyeri di leher, punggung, dan lutut.
  • Kanker.
  • Nyeri wajah yang disebabkan oleh trigeminal neuralgia.
  • Nyeri saraf perifer.
  • Masalah irama jantung.
  • Tumor.

Selain itu, kondisi-kondisi berikut dapat diatasi menggunakan prosedur RFA:

  • Ablasi saraf.
  • Insufisiensi vena.

Sementara itu, prosedur ini sebaiknya tidak dilakukan oleh pasien dengan berbagai kondisi berikut:

  • Hamil.
  • Memiliki infeksi.
  • Masalah perdarahan.

Baca JugaMengenal Turbinektomi, Prosedur untuk Mengatasi Gangguan pada Hidung

Manfaat Ablasi Radiofrekuensi

Ablasi radiofrekuensi dapat mendatangkan sejumlah manfaat berikut:

  • Meredakan sakit.
  • Tidak membutuhkan operasi.
  • Membutuhkan waktu pemulihan yang singkat.
  • Mengurangi penggunaan obat pereda nyeri.
  • Meningkatkan fungsi tubuh.
  • Pasien dapat melakukan aktivitas rutin setelah satu atau dua hari istirahat.
  • Komplikasi akibat tindakan ini lebih rendah ketimbang prosedur bedah.

Persiapan Sebelum Ablasi Radiofrekuensi

Persiapan untuk melakukan prosedur ini mencangkup lokasi, pakaian, pantangan makanan dan minuman, penggunaan obat-obatan, dan sejumlah kebutuhan yang diperlukan. Berikut ini penjelasannya untuk Anda.

1. Lokasi prosedur

Pasien yang melakukan prosedur ablasi radiofrekuensi termasuk pasien rawat jalan. Ini artinya, pasien akan langsung pulang setelah prosedur dilakukan, tanpa perawatan di rumah sakit.

Hal tersebut berlaku jika tidak ada komplikasi pascaprosedur atau keadaan darurat yang tidak terduga lainnya.

Prosedur ini dapat dilakukan di fasilitas kesehatan, pusat bedah, ataupun di tempat dokter praktik.

2. Pakaian yang digunakan

Radiofrequency ablation adalah salah satu prosedur invasif minimal. Namun, pasien tetap perlu mengenakan pakaian khusus yang diberikan oleh pihak rumah sakit.

Penggunaan pakaian khusus ini akan memudahkan dokter atau tim medis memeriksa tanda-tanda vital dan mengakses area suntikan.

Selain itu, pasien akan diminta untuk  melepaskan segala jenis perhiasan dan tindik di badan. Pasalnya, logam yang ada di tubuh bisa menghambat arus listrik yang digunakan pada prosedur ini.

3. Pantangan makanan dan minuman

Dokter dan tim medis akan memberitahukan kepada pasien untuk tidak makan dan minum setelah 6 jam prosedur. Namun, pasien diperbolehkan untuk mengonsumsi cairan bening (air putih, kaldu, dan agar-agar) selama 2 jam sebelum prosedur.

Lebih lanjut, dokter dan tim medis akan menginstruksikan kapan waktu bagi pasien untuk makan dan minum secara normal. Sebab, hal ini akan bergantung pada waktu pasien melakukan prosedur.

4. Penggunaan obat-obatan

Sebelum hari pelaksanaan prosedur, beritahukan kepada dokter dan tim medis jika Anda sedang menggunakan obat-obatan.

Dengan begitu, Anda bisa mengetahui obat-obatan yang aman digunakan pada saat akan melakukan ablasi radiofrekuensi.

5. Perlengkapan yang harus dibawa

Selain membawa kartu identitas (KTP), Anda bisa membawa kartu asuransi kesehatan, dan dokumen lain yang diperlukan.

Pastikan seseorang mendampingi Anda. Pasalnya, efek dari obat penenang selama prosedur mungkin akan menyebabkan kantuk.

Oleh karena itu, Anda juga tidak disarankan untuk mengoperasikan mesin selama 24 jam setelah prosedur.

Prosedur Ablasi Radiofrekuensi

Prosedur radiofrequency ablation mirip dengan needle aspiration biopsy (FNAB), yaitu memasukkan probe (serupa jarum) ke dalam tubuh. Namun sebelumnya, pasien akan diberikan obat bius lokal melalui suntikan di area saraf yang menjadi target.

Obat bius akan membuat pasien mati rasa sehingga tidak merasakan sakit selama prosedur berlangsung.

Setelah pasien menerima bius lokal, dokter akan memasukkan probe ke tubuh. Nah, probe ini lalu mengirimkan gelombang radiofrekuensi ke lokasi target.

Panas dari gelombang radiofrekuensi kemudian akan mencegah saraf mengirimkan rasa nyeri ke otak.

Selama proses memasukkan probe, dokter menggunakan sinar-X khusus bernama fluroskopi. Alat ini akan memberikan gambaran kepada dokter sehingga probe berada pada posisi seharusnya

Dokter atau tenaga medis mungkin akan menanyakan sensasi yang Anda rasakan selama prosedur. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah probe sudah terletak di lokasi yang sesuai atau belum.

Baca JugaIntubasi Endotrakeal: Prosedur, Manfaat, dan Risikonya

Risiko yang Mungkin Terjadi Pascatindakan

Melansir Very well health, ablasi radiofrekuensi umumnya tergolong aman. Pasalnya, tindakan ini termasuk perawatan rawat jalan dan tidak menggunakan anestesi umum.

Kendati begitu, terdapat efek samping umum yang bisa hilang setelah beberapa hari, di antaranya:

  • Mati rasa sementara.
  • Nyeri sementara.
  • Bengkak dan memar.

Selain itu, ada juga sejumlah efek samping yang lebih serius, yaitu:

  • Pendarahan parah.
  • Kerusakan saraf.
  • Infeksi di tempat penyisipan.

Sebelum menjalankan ablasi radiofrekuensi, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter atau tim medis mengenai prosedur Anda. Tanyakan juga berapa lama pereda nyeri bisa bertahan sehingga Anda bisa mengantisipasi efek setelahnya.

 

  1. Anonim. Clear Liquid Diet. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/clear-liquid-diet/art-20048505.(Diakses pada 4 April 2022).
  2. Anonim. Radiofrequency Ablation (RFA) / Microwave Ablation (MWA) of Liver Tumors. https://www.radiologyinfo.org/en/info/rfaliver.(Diakses pada 4 April 2022).
  3. Anonim. Radiofrequency Ablation for Pain Management. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/17411-radiofrequency-ablation. (Diakses pada 4 April 2022).
  4. Anonim. Radiofrequency Ablation. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/radiofrequency-ablation#. (Diakses pada 4 April 2022).
  5. Mutchler, Cristina. 2021. Radiofrequency Ablation: Everything You Need to Know. https://www.verywellhealth.com/radiofrequency-ablation-5096619. (Diakses pada 4 April 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi