Terbit: 2 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Intubasi endotrakeal adalah tindakan medis yang dilakukan jika seseorang tidak sadar atau kesulitan bernapas. Tindakan ini diperlukan untuk mencegah gagal napas. Simak penjelasan lengkap mengenai manfaat hingga risiko yang bisa dihadapi saat melakukan prosedur ini. 

Intubasi Endotrakeal: Prosedur, Manfaat, dan Risikonya

Apa itu Intubasi Endotrakeal?

Intubasi endotrakeal atau endotracheal tube (ETT) adalah teknik membuat saluran pernapasan darurat dengan menempatkan sebuah selang plastik yang lentur ke dalam trakea melalui mulut atau hidung. Dalam kondisi darurat, teknik ini dilakukan dari mulut.

Prosedur medis ini dapat dilakukan saat pasien sadar maupun tidak sadar. Jika dilakukan dalam keadaan tidak sadar, pasien akan mendapatkan obat bius atau penghilang rasa sakit untuk mengurangi ketidaknyamanan.

Setelah itu, tenaga medis akan memasukan alat yang disebut laringoskopi agar dapat melihat pita suara dan bagian atas saluran napas.

Jika prosedur dilakukan untuk membantu pernapasan, sebuah tabung akan disisipkan ke saluran napas dan melewati pita suara tepat di atas titik di mana cabang trakea berada. Tabung ini tersambung dengan ventilator untuk membantu pasien bernapas.

Trakea atau saluran napas sendiri adalah terowongan yang menyambungkan mulut dan hidung dengan paru-paru. Saluran ini berfungsi sebagai saluran oksigen  dan ukurannya tergantung usia serta lebar tenggorokan.

Trakea bermula dari bawah kotak suara, terus ke bawah di belakang tulang dada, lalu bercabang dua dalam bentuk saluran yang lebih kecil lagi. Saluran ini disebut batang paru kanan dan kiri. Setiap saluran tersambung ke paru-paru, lalu terbagi-bagi lagi menjadi banyak sekali saluran udara di dalam paru-paru.

Kesulitan bernapas dapat diakibatkan oleh tersumbatnya atau rusaknya salah satu saluran udara tadi. Saat itulah tindakan ini diperlukan.

Manfaat Intubasi Endotrakeal

Secara rinci, manfaat prosedur ini adalah:

  • Membuka saluran napas agar seseorang dapat menerima anestesi, obat, atau oksigen.
  • Melindungi paru-paru.
  • Membantu kesulitan bernapas atau pasien yang tiba-tiba berhenti bernapas.
  • Membantu pasien yang membutuhkan bantuan mesin untuk bernapas.
  • Tindakan darurat saat pasien mengalami luka di kepala dan tidak bisa bernapas sendiri.
  • Tindakan darurat saat pasien harus dibuat tidak sadar selama waktu tertentu untuk tindakan medis dan pengobatan luka serius.

Prosedur Intubasi Endotrakeal

Berikut adalah beberapa hal penting sebelum prosedur medis darurat ini dilakukan:

Persiapan menjelang tindakan

Sebelum prosedur ini dilakukan, pasien dibius dan diberi obat untuk merilekskan otot agar tidak terasa sakit. Usai tindakan, pasien mungkin akan merasakan sakit di tenggorokan dan sulit menelan, tetapi keluhan ini tidak akan lama.

Segera periksakan kondisi ke dokter jika Anda mengalami:

  • Sakit tenggorokan parah
  • Sakit dada.
  • Sulit menelan atau berbicara.
  • Napas menjadi pendek-pendek.

Prosedur tindakan

Pertama-tama, pasien akan diberi anestesi total. Setelah pasien tak sadarkan diri, dokter akan membuka mulut pasien dan memasukkan alat kecil dengan lampu yang disebut laringoskopi. 

Setelah kotak suara ditemukan, sebuah tabung plastik elastis akan ditempatkan pada mulut dan didorong melewati kotak suara menuju trakea. Dalam situasi sulit, laringoskopi dengan kamera video dapat dipakai untuk mempermudah prosedur. 

Dokter kemudian mendengarkan suara napas pasien melalui stetoskop untuk memastikan tabung masuk ke tempat yang tepat. Jika pasien sudah bisa bernapas sendiri dengan baik, tabung dilepaskan. 

Selama prosedur bedah dan di ICU, tabung disambungkan ke ventilator atau mesin pembantu napas. Pada situasi lain, tabung juga disambungkan ke sebuah kantong udara yang digunakan dokter untuk memompa oksigen ke dalam paru-paru pasien.

Risiko Intubasi Endotrakeal

Meski prosedur darurat medis ini diperlukan untuk mencegah keparahan kondisi, tindakan ini juga memiliki sejumlah risiko, di antaranya:

Risiko anestesi

Berikut ini adalah faktor risiko terjadinya komplikasi akibat anestesi saat pelaksanaan ETT.

  • Masalah kronis pada paru-paru, ginjal, dan jantung.
  • Diabetes.
  • Faktor berat badan.
  • Riwayat alergi atau reaksi negatif terhadap anestesi di keluarga.
  • Alergi makanan atau obat tertentu.
  • Merokok.
  • Usia.

Risiko yang mungkin terjadi adalah:

  • Serangan jantung.
  • Infeksi paru.
  • Stroke.
  • Kematian.

Risiko di atas memang terkesan berat, tetapi sangat jarang terjadi. Menurut Mayo Clinic, dua dari 1.000 pasien mendadak sadar dari anestesi total. Jika ini terjadi pasien akan sadar pada situasinya tetapi tidak merasa sakit.

Pada kasus yang jarang terjadi, pasien terbangun dan merasakan sakit seperti tanpa bius. Hal ini dapat mengakibatkan post traumatic stress disorder. Pasien yang mengalami hal-hal diatas biasanya:

  • Menjalani operasi gawat darurat.
  • Memiliki masalah jantung atau paru-paru.
  • Memakai kokain atau zat yang sejenis dalam waktu lama.
  • Perokok berat.
  • Kecanduan alkohol.

Risiko intubasi

  • Luka pada gigi atau organ mulut lainnya.
  • Luka pada tenggorokan atau saluran napas.
  • Henti jantung mendadak karena refleks vagal. 
  • Pendarahan.
  • Komplikasi dan luka pada paru.
  • Aspirasi (isi dan asam lambung naik ke paru-paru)

Meski begitu, pasien yang mengalami risiko akibat anestesi atau intubasi adalah sesuatu yang jarang terjadi, apalagi jika prosedur dilakukan dengan benar. 

 

  1. Anonim. 2021. Endotracheal intubation. https://medlineplus.gov/ency/article/003449.htm. (Diakses pada 28 Maret 2022).
  2. Alvarado, Andrea dan Patricia Panakos. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560730/. (Diakses pada 28 Maret 2022).
  3. Underwood, Corinna. 2021. Endotracheal Intubation. https://www.healthline.com/health/endotracheal-intubation. (Diakses pada 28 Maret 2022).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi