Terbit: 27 June 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Menyusui menjadi momen yang penting karena tumbuh kembang bayi sangat bergantung pada ASI yang diproduksi ibu.

Awas, Ini 3 Mitos seputar ASI yang Berbahaya Jika Dipercayai!

Akan tetapi, di masyarakat momen menyusui justru rentan mendapatkan banyak paparan kepercayaan atau mitos yang salah.

Hal ini menjadi sering dilakukan dan seakan telah membentuk suatu kebiasaan, sayangnya tidak semua kepercayaan terkait ASI dan menyusui adalah hal yang benar, sebagian besar justru bisa berbahaya jika dipercayai, lho.

Penyebab banyaknya kepercayaan yang salah tentang ASI dan menyusui

Setelah bayi lahir, orang tua dan keluarga tentu sangat memerhatikan asupan gizi dan makanan untuk tumbuh kembang bayi.

jam-tidur-bayi-doktersehatPerhatian yang besar kerap menimbulkan kekhawatiran, apalagi jika orang tua baru memiliki anak pertama, maka kekhawatiran yang terjadi bisa jadi berlebihan dan membuat anggapan bahwa bayi tidak tercukupi kebutuhan gizinya hanya dari ASI.

Hal ini membuat berbagai asumsi dan mitos yang justru bisa mengganggu tumbuh kembang bayi.

Padahal, selama kesehatan fisik dan psikis serta pemilihan makanan ibu adalah makanan yang padat gizi, maka produksi ASI bisa dikontrol dan terproduksi dengan optimal.

Untuk itu, ibu menyusui haruslah cermat dalam memerhatikan asupan makanan dan kesehatan tubuhnya. Serta, ibu harus mampu menyaring mana informasi yang tepat dan harus dipercai serta informasi yang hanya sekedar mitos belaka.

Mitos seputar ASI dan menyusui yang tak perlu dipercayai

Beberapa mitos yang bisa mengganggu kesehatan dan tumbuh kembang tubuh bayi, adalah mitos yang membuat bayi jadi harus mengonsumsi makanan selain ASI, padahal ibu masih bisa mengusahakan produksi ASI dengan maksimal.

Beberapa mitos tersebut adalah:

1. Ibu tidak perlu melakukan IMD karena lelah atau kondisi ruangan persalinan yang tidak memungkinkan

Salah satu penyebab utama produksi ASI ibu setelah kelahiran semakin lancar dan bayi terbiasa menyusu adalah dilakukannya IMD atau Insisiasi Menyusu Dini.

Hal ini bisa merangasang terbentuknya berbagai hormon dalam tubuh ibu sehingga tercipta perasaan tenang dan rileks dan terbentuk hormon optimal dan bisa menghasilkan ASI kolostrum dengan baik.

menyusui setelah caesar

Designed by Freepik

Meskipun ibu sedang lelah dan kondisi ruangan persalinan yang padat atau sibuk, IMD bisa dilakukan dengan pertolongan keluarga, suami, dan tenaga medis.

Perlu diketahui, pemerintah telah menganjurkan agar setiap setelah melakukan persalinan, ibu harus melalui proses IMD terlebih dahulu untuk mendukung ASI eksklusif bagi bayi.

2. Produksi ASI kolostrum yang sedikit harus mendapat tambahan dari makanan selain ASI

Meskipun sedikit, asupan kolostrum tetap cukup untuk memenuhi asupan gizi bayi saat baru lahir.

Ibu hanya perlu lebih sering menyusui, paling tidak satu hingga satu setengah jam setiap kali saat bayi baru lahir, agar bayi tidak kelaparan.

Hal ini juga akan bermanfaat karena ASI pada hari pertama adalah ASI kolostrum yang penting untuk kekebalan tubuh dan mendukung fungsi organ dan sistem tubuh bayi semakin optimal.

Perlu diketahui, mitos membuang ASI yang berwarna kuning, yang sebenarnya adalah ASI kolostrum juga tidak perlu dipercayai, ya.

3. Bayi menangis berarti bayi lapar dan produksi ASI kurang

Mitos yang satu ini jika dipercayai akan membuat program ASI eksklusif menjadi gagal. Bayi memiliki kondisi tubuh yang sensitif sehingga rentan bereaksi menangis saat mengalami banyak hal, misalnya sakit, tidak nyaman, mengantuk, mengompol dan sebagainya.

doktersehat-bayi-menangis

Terlalu cepat menyimpulkan bahwa bayi lapar atau haus membuat bayi kerap mendapatkan makanan selain ASI, misalnya madu atau pisang lumat. Hal ini justru bisa mengganggu kesehatan pencernaan bayi karena belum siap memperoleh makanan selain ASI.

Selama ibu mampu memproduksi ASI dan memberikan ASI paling tidak dua jam sekali dengan durasi yang cukup, maka bayi menangis bukanlah tanda bayi lapar yang harus diatasi dengan memberikan makanan selain ASI, ya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi