Terbit: 30 July 2017 | Diperbarui: 7 February 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Seorang bocah yang masih berusia 10 tahun bernama Caden Benjamin mengalami sebuah kondisi yang sangat tidak biasa. Bocah yang berasal dari Standerton, Afrika Selatan ini, memiliki berat badan 90 kg. Jauh lebih banyak dari rata-rata berat badan anak seusianya. Ternyata kondisi berat badan berlebihan ini disebabkan oleh sebuah kondisi genetik langka yang membuatnya terus makan tanpa bisa menghentikannya.

Terkena Kondisi Langka, Bocah Ini Tidak Bisa Berhenti Untuk Terus Makan

Sang ibu, Zola Benjamin, menyebutkan bahwa Caden terkena sindrom Prader-Willi. Gara-gara kelainan inilah Caden terus menerus makan dan mengunyah meskipun di rumah terkadang tidak ada lagi makanan yang bisa disantap. Tak hanya bisa menghabiskan semua makanan, Caden ternyata juga bisa melahap tisu toilet, kertas, atau bahkan debu dan tanah.

Selain berat badannya yang terus naik, Caden juga mengalami gangguan pernafasan. Bahkan, karena kondisinya ini, Ia terpaksa harus melakukan operasi trakeostomi yang bertujuan untuk melubangi tenggorokannya agar Ia bisa bernafas dengan lebih baik.

Sejak usianya 3 tahun, Caden ternyata sudah memiliki bobot yang luar biasa, tepatnya 40 kg. Zola dan suaminya sendiri sangat khawatir dengan nafsu makan buah hatinya yang sangat tidak biasa ini dan akhirnya memeriksakannya ke dokter yang ada di Steve Biko Academic Hospital. Disinilah Caden didiagnosis terkena sindrom Prader-Willi yang sangat langka ini.

Zola bercerita bahwa kini, Caden harus mengkonsumsi 4 potong roti bakar keju sebagai sarapan pagi. Namun, sejam kemudian ia akan mengkonsumsi minuman bersoda dan apapun yang tersedia di meja makan. Di siang hari, Caden bahkan bisa menghabiskan 2 potong ayam dengan ukuran yang besar. Kebiasaan makan yang luar biasa ini pun membuatnya terkena obesitas yang sangat parah sehingga sulit untuk bergerak. Bahkan, Caden juga mengalami depresi akibat kondisinya yang sangat berbeda dari anak-anak lainnya, termasuk ketidakmampuannya untuk bermain dengan leluasa dengan teman-temannya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi