Terbit: 29 November 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Rubella atau sering disebut sebagai campak Jerman adalah infeksi yang disebabkan virus Rubella. Gejala Rubella yang utama ditandai dengan ruam merah pada kulit. Pada umumnya, Rubella menyerang anak-anak dan remaja.

Mengenali Gejala Rubella pada Anak

Ciri-Ciri Rubella pada Anak yang Harus Diwaspadai

Meski gejala Rubella sama dengan gejala cacar air, yaitu sama-sama menyebabkan ruam merah, Rubella disebabkan oleh virus yang berbeda dan tidak terlalu menular seperti cacar air. Penularan utama virus Rubella dapat melalui butiran liur di udara yang dikeluarkan lewat bersin atau batuk.

Selain itu, berbagi makanan dan minuman dalam piring atau gelas yang sama dengan penderita juga dapat menularkan virus Rubella. Sama halnya jika Anda menyentuh mulut, hidung atau mata setelah Anda memegang benda yang sudah terkontaminasi virus Rubella.

Pada umumnya, Rubella pada anak dan dewasa dapat membaik dengan cepat, tidak berbahaya, dan jarang menyebabkan komplikasi. Virus Rubella hanya berbahaya jika terjadi pada wanita hamil. Jika wanita hamil terinfeksi virus ini, khususnya selama bulan-bulan pertama kehamilan, janin berisiko mengalami kecacatan, keguguran hingga lahir mati.

Komplikasi dari virus Rubella juga bisa menyebabkan nyeri sendi. Sedangkan, komplikasi virus Rubella pada bayi bisa menyebabkan kelainan jantung, mata, pendengaran, gangguan hati dan limpa, hingga gangguan kognitif.

Gejala Rubella pada anak cenderung mengalami gejala-gejala yang lebih ringan daripada orang dewasa. Namun, ada juga penderita Rubella yang tidak mengalami gejala apa pun, namun tetap dapat menularkan virus Rubella. Ciri-ciri campak Rubella pada anak umumnya membutuhkan waktu sekitar 14-21 hari sejak terjadi paparan sampai menimbulkan gejala Rubella.

Tanda Rubella pada Anak yang Sudah Terinfeksi

Gejala Rubella anak yang sudah terinfeksi virus Rubella adalah demam yang ringan, sakit kepala, rasa nyeri pada tenggorokan, pilek, sesak napas, mata kemerahan, dan ruam-ruam kemerahan pada wajah, lengan, hingga kaki.

Ruam-ruam ini cenderung menyebar dengan sangat cepat. Biasanya, gejala Rubella ini muncul setelah 2 atau 3 pekan setelah terpapar virus. Gejala Rubella juga bisa terjadi selama 2 hingga 3 hari. Potensi tertinggi penderita untuk menularkan virus Rubella biasanya pada hari pertama sampai hari ke-5 setelah ruam muncul.

Jika Anda atau anak Anda mengalami beberapa gejala Rubella seperti di atas, segera periksakan diri ke dokter.

Penanganan Rubella

Rubella tidak membutuhkan penanganan medis khusus. Pengobatan Rubella dapat dilakukan di rumah dengan beberapa langkah sederhana. Tujuannya adalah untuk meringankan gejala, namun bukan untuk mempercepat penyembuhan Rubella. Berikut ini sejumlah langkah sederhana yang bisa Anda lakukan, antara lain:

  • Memperbanyak waktu istirahat.
  • Perbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
  • Anda dapat mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri pada sendi.
  • Hindari kontak dengan orang lain khususnya dengan ibu hamil hingga gejala Rubella membaik.

Pencegahan Virus Rubella

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyebaran virus Rubella adalah dengan imunisasi atau vaksinasi, terutama bagi wanita yang berencana hamil. Pakar kesehatan menyarankan pemberian vaksin MR diberikan sejak anak usia 9 bulan hingga kurang dari 15 tahun.

Sementara orang dewasa dan anak-anak yang hanya mendapatkan satu kali suntikan vaksin MMR, dapat mendapatkan vaksin MR pada usia berapa pun. Jika anak sudah pernah mendapat vaksin MMR, vaksin MR masih boleh diberikan.

Pada umumnya vaksin MR tidak memiliki efek samping yang berarti. Meskipun ada, efek samping yang ditimbulkan cenderung ringan seperti nyeri di bagian kulit bekas suntikan, demam, atau ruam kulit. Ini adalah reaksi normal dan bisa menghilang dalam waktu 2-3 hari.

Pemberian parasetamol sesuai dosis anjuran dapat membantu mengurangi keluhan demam. Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, seseorang anak juga bisa mengalami reaksi alergi sebagai efek samping vaksin MR.

Karena proses vaksinasi adalah suatu tindakan pemberian zat yang berasal dari kuman, baik yang sudah mati ataupun yang dilemahkan, diharapkan dengan pemberian vaksin ini, sistem pertahanan tubuh mengenali kuman tersebut, sehingga tubuh bisa mengatasinya apabila suatu saat terinfeksi.

Pada beberapa anak yang lebih sensitif, mungkin mereka akan menampakkan reaksi alergi berat dari cairan yang terkandung dalam vaksin tersebut. Di dunia media kondisi ini disebut dengan anafilaksis

Namun, jika kondisi ini segera ditangani, kondisi anak akan segera membaik. Meskipun penggunaan vaksin MR adalah sesuatu yang aman, lebih baik berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk menghindari risiko reaksi alergi sebagai efek samping vaksin MR.

Selain itu, tidak ditemukan komplikasi berarti pada pemberian vaksin MR. Adanya autisme, kejang, bukanlah merupakan efek samping dari pemberian MR. Dengan demikian, pemberian vaksin MR adalah tindakan yang aman.

Mereka yang Tidak Disarankan Mendapatkan Vaksin MR

Mewaspadai terjadinya komplikasi dari pemberian vaksin MR yang tidak diinginkan, sebaiknya jangan dulu memberikan suntik MR pada kelompok orang-orang berikut ini.

  • Setelah melakukan transfusi darah.
  • Kelainan fungsi ginjal berat.
  • Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya.
  • Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn).
  • Ibu hamil (namun wanita yang berencana hamil sangat disarankan untuk imunisasi MR).
  • Pemberian vaksin MR harus ditunda jika pasien sedang mengalami batuk-pilek, demam, atau diare (dalam kondisi yang tidak sehat).
  • Anak atau orang dewasa yang sedang mengonsumsi obat tertentu seperti kortikosteroid dan imunosupresan atau melakukan radioterapi.

Pada akhirnya, setelah Anda mampu mengenali gejala Rubella secara lengkap, sebagai orang tua Anda tidak perlu ragu untuk mendaftarkan anak untuk mendapatkan vaksinasi. Manfaat yang dirasakan jauh lebih besar dibanding kemungkinan efek samping yang belum tentu akan terjadi.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi