DokterSehat.Com- Kondisi gangguan hati pada bayi merupakan salah satu kondisi yang perlu diwaspadai oleh orang tua. Gangguan ini sering ditemukan pada bayi namun banyak orang tua yang tidak menyadari hal ini sehingga menyebabkan kondisi ini terlambat ditangani.
Photo Credit: Flickr.com/Rockyjia
Jenis gangguan hati pada bayi baru lahir
Beberapa gangguan fungsi hati pada bayi baru lahir umumnya disebabkan oleh masalah pada kehamilan. Salah satu gangguan fungsi hati adalah atresia bilier, yaitu kondisi dimana saluran empedu bayi baru lahir tidak berkembang secara normal.
Dilihat dari waktu terjadinya, atresia bilier dibagi menjadi dua jenis, yaitu gangguan hati saat bayi masih di dalam kandungan (atresia bilier fetal) dan gangguan hati setelah bayi baru lahir (atresia bilier perinatal). Umumnya yang sering terjadi adalah atresia bilier perinatal yang baru dapat didiagnosa ketika bayi berusia 2-4 minggu. Kondisi ini lebih rentan dialami oleh bayi prematur.
Gejala atresia bilier pada bayi baru lahir
Bayi yang baru lahir sering mengalami sakit kuning yang ditandai dengan kulit dan bagian matanya berwarna kekuningan. Kuning pada bayi sebenarnya adalah hal yang wajar, namun menjadi tidak wajar jika terjadi lebih dari dua minggu dan disertai warna kotoran yang pucat.
Beberapa gejala lainnya adalah:
1. Urine bayi berwarna coklat seperti teh
2. Terjadi pembengkakan di perut
3. Pembesaran organ hati dan limpa
4. Penurunan berat badan atau pertumbuhan bayi lambat
5. Bayi rewel
Cara mendiagnosis dan menangani atresia bilier
Untuk memastikan kondisi atresia bilier, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, yaitu foto rontgen, cholangiography, yaitu memasukkan zat kontras pada saluran empedu, dan tes darah. Jika diperlukan akan dilakukan tes biopsi hati untuk mengetahui penyebab lain pada penyakit kuning.
Setelah mendapat diagnosis yang tepat untuk atresia bilier, penanganan akan disesuaikan dengan kondisi pasien. Salah satu pengobatan yang umum adalah prosedur kasai, yaitu mengangkat saluran empedu yang tersumbat pada bayi dan menggantinya dengan usus. Cara ini akan membuat cairan empedu langsung mengalir ke usus kecil. Prosedur ini bekerja paling optimal jika dilakukan pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan. Jika dengan prosedur kasai kondisi bayi tidak membaik, maka dokter mungkin akan merekomendasikan transplantasi hati.