Terbit: 10 January 2024
Ditulis oleh: dr. Lovira Ladieska | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Muncul kista saat hamil merupakan hal yang mungkin membuat ibu hamil cemas. Namun, Anda tidak perlu panik karena kondisi ini bisa diatasi dengan menjalani pengobatan tertentu. Simak penjelasan mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya.

Kista saat Hamil: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Gejala Kista saat hamil

Kasus kista pada kehamilan biasanya asimptomatik atau tidak menimbulkan gejala, namun beberapa gejala dapat muncul apabila terjadinya torsio ovarium (terpuntirnya ovarium), ruptur kista ovarium (pecahnya kista ovarium), atau kista dengan ukuran yang terlalu besar (diameter diatas 5 cm).

Berikut ini beberapa gejala kista yang terjadi ketika kehamilan:

  1. Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia).
  2. Sakit di bagian perut hingga punggung bagian bawah.
  3. Mual dan muntah.
  4. Nyeri atau perasaan tertekan saat buang air kecil atau besar.
  5. Sulit mencerna makanan.
  6. Susah menahan buang air kecil.
  7. Perut terasa penuh dan begah.

Selain gejala tersebut, Anda juga perlu waspada terhadap tanda-tanda serius lainnya seperti demam, terasa lemah, pingsan, hingga sakit perut yang parah. Gejala tersebut bisa menjadi tanda bahwa kista ovarium  pecah atau ovarium terputar (torsi ovarium) karena pertumbuhan kista. 

Apabila terjadi gejala atau tanda-tanda tersebut, sebaiknya segera temui dan periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Bahaya Kista saat Hamil

Rata-rata kista yang ditemukan pada wanita hamil adalah kista jinak yang tidak memerlukan operasi. Kista yang dicurigai mengarah ke arah keganasan (kanker) ditemukan hanya pada 0,004-0,04% dari populasi wanita hamil di dunia, dan diperlukan pemeriksaan tumor marker untuk mengonfirmasi apakah kista itu mengarah ke keganasan.

Namun biasanya kista yang ganas terjadi pada wanita hamil yang memiliki riwayat kanker sejak sebelum kehamilan.

Penyebab Kista saat Hamil

Salah satu masalah umum yang sering ditemukan selama masa kehamilan adalah muncul kista ovarium. Jenis kista ovarium yang muncul saat kehamilan biasanya adalah kista korpus luteum. Kista ini terbentuk saat folikel gagal mengalami penyusutan setelah sel telur dilepaskan.

Ketika terjadi pembuahan, folikel yang gagal menyusut ini tetap berada di ovarium, kemudian membentuk kista hingga akhirnya terjadi kehamilan. Selain jenis kista korpus luteum, wanita hamil bisa memiliki jenis kista lainnya seperti cystadenoma, endometrioma, dan teratoma. 

Kista tersebut bisa berada di ovarium ketika Anda hamil dan baru bisa terdeteksi setelah melakukan USG kandungan secara rutin. Beberapa jenis kista memang bisa tumbuh selama kehamilan hingga menimbulkan rasa sakit. 

Pada dasarnya penyebab dari terbentuknya kista pada wanita hamil adalah naik turunnya hormon yang diproduksi oleh ovarium atau indung telur. Fluktuasi hormon ini merupakan hal yang fisiologis atau normal pada wanita dengan siklus menstruasi yang teratur.

Oleh karena itu, kista pada wanita hamil lebih sering tidak membahayakan dan tidak membutuhkan operasi.

Umumnya, kista fungsional yang muncul saat hamil bisa menghilang sendirinya ketika memasuki pertengahan trimester kedua kehamilan. Pada beberapa kasus, kista ini mungkin bisa menjadi besar dan menyebabkan gejala. Nah, ketika kondisi Anda sudah seperti itu, maka perlu melakukan operasi untuk bisa mengangkat kista yang ada.

Baca juga: Penyebab Nyeri Bokong Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

Jenis Kista pada Kehamilan

Jenis yang sering ditemukan pada wanita hamil adalah kista ovarium atau kista pada organ indung telur. Terdapat dua jenis kista ovarium pada wanita hamil:

  • Functional ovarian cysts (kista ovarium fungsional): Kista ini berkembang sebagai bagian dari siklus menstruasi dan disebabkan oleh naik turunnya hormon.
  • Pathological ovarian cysts (kista ovarium patologis): Kista ini terbentuk dikarenakan pertumbuhan sel yang abnormal. Kista ini jarang terjadi pada wanita hamil.

Pada wanita hamil, kista ovarium fungsional lebih sering terjadi. Beberapa diantaranya adalah kista folikuler, kista korpus luteum, endometrioma, dan kista teka lutein. Semua jenis tersebut adalah bagian dari organ indung telur wanita.

Pengaruh Kista Terhadap Kehamilan

Muncul kista saat hamil sebagian besar tidak menyebabkan komplikasi atau masalah pada kehamilan, apalagi jika kista berukuran kecil dan tidak tumbuh serta tidak menimbulkan gejala serius. Kista yang kecil bisa hilang dengan sendirinya sehingga wanita hamil tidak membutuhkan pengobatan. 

Apabila kondisi kista tidak menyusut atau hilang, serta semakin membesar, barulah perlu Anda waspadai. Jika ukuran kista membesar hingga di atas 7 cm, kemudian pecah atau berputar, serta Anda merasakan sakit yang parah. Hal tersebut bisa membahayakan janin.

Ukuran kista yang terlalu besar juga bisa menghalangi leher rahim yang menjadi jalur lahir untuk bayi. Kemudian, bahaya yang muncul adalah pendarahan yang sering disalahpahami sebagai keguguran. 

Pengobatan Kista saat Hamil

Kebanyakan kasus kista yang ditemukan pada wanita hamil tidak membahayakan dan tidak membutuhkan tindakan. Tindak lanjut seperti operasi terbuka atau laparoskopi biasanya dilakukan pada trimester kedua. Hal ini disebabkan risiko keguguran akan meningkat apabila operasi dilakukan sebelum trimester kedua.

Apabila dilakukan setelah trimester kedua, komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptur kista, perdarahan, peritonitis (infeksi pada seluruh perut), dan persalinan prematur. Indikasi dilakukan tindakan operasi pada wanita hamil apabila:

  1. Terdapat gejala yang muncul dan mengganggu kualitas hidup ibu hamil dan janin.
  2. Terpuntirnya ovarium (torsio ovarium).
  3. Pecahnya kista (ruptur kista).
  4. Kista yang semakin membesar.
  5. Ukuran kista yang besar dengan diameter lebih dari 5 cm.
  6. Kista yang dicurigai mengarah ke arah keganasan atau kanker.
  7. Kista tidak mengecil atau hilang dalam kurun waktu 18 minggu.

Baca Juga: 7 Tips Mengatasi Mood Swing pada Ibu Hamil

Diagnosis Kista saat hamil

Kista biasanya terdeteksi ketika pasien melakukan pemeriksaan kontrol kandungan rutin melalui USG. Dokter  kandungan dapat mendiagnosis kista ovarium dengan cara berikut:

1. Anamnesis

Anamnesis atau menanyakan riwayat penyakit kepada pasien merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Dokter akan menggali apakah ada gejala yang muncul seperti yang telah disebutkan di atas, kemudian menanyakan siklus, durasi, dan frekuensi menstruasi sebelum hamil, serta riwayat penyakit kista atau kanker sebelum kehamilan dan pada keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan bimanual atau pemeriksaan dalam vagina untuk meraba adanya kemungkinan benjolan atau adanya perdarahan yang abnormal.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG dan MRI. Sementara pemeriksaan yang lebih aman untuk ibu hamil dan aksesnya lebih mudah didapat adalah USG, baik itu USG abdominal atau transvaginal.

Pemeriksaan USG memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk mengetahui karakter dan bentuk dari kista, sehingga dapat membantu menegakkan diagnosis kista ke arah jinak atau keganasan.

USG transvaginal lebih direkomendasikan karena kepala alat USG (probe) dapat mencapai ovarium lebih maksimal sehingga didapatkan hasil pemeriksaan yang lebih akurat.

Pencegahan Kista pada Kehamilan

Tidak ada pencegahan khusus yang dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya kista pada wanita hamil. Meski begitu, beberapa hal penting yang penting untuk diperhatikan, antara lain:

  • Menjalani pola hidup sehat.
  • Olahraga secukupnya.
  • Konsumsi makanan tinggi nutrisi.
  • Dapatkan waktu tidur yang cukup
  • Rutin kontrol kehamilan

Pada akhirnya, selama kista tidak menyebabkan gejala dan tidak membesar secara masif, kista pada kehamilan dapat diterapi secara konservatif atau akan menghilang sendiri seiring dengan perubahan hormon pada masa kehamilan.

 

  1. Anonim. 2022. Ovarian cysts. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cysts/symptoms-causes/syc-20353405. (Diakses pada 4 April 2023).
  2. Anonim. 2016. Ovarian Cysts and Pregnancy: Could A Cyst Stop Me from Having a Baby?https://www.pennmedicine.org/updates/blogs/fertility-blog/2016/august/ovarian-cysts. (Diakses pada 23 Agustus 2020).
  3. Blocker, Wayna. 2020. Ovarian Cysts. https://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/article_em.htm. (Diakses pada 23 Agustus 2020).
  4. de Haan J, Verheecke M, dan Amant F. Management of ovarian cysts and cancer in pregnancy. Facts, Views Vis ObGyn. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25897369/. (Diakses pada 23 Agustus 2020).
  5. Dubey C. Management of Adnexal Masses in Pregnancy. Controv Obstet Gynecol. 2014;72–72. (Diakses pada 23 Agustus 2020).
  6. Elhalwagy H. Management of ovarian masses in pregnancy. Trends Urol Gynaecol Sex Heal. 2009;14(1):14–8. (Diakses pada 23 Agustus 2020).
  7. Ross, Elisa. 2016. Ovarian Cysts. http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/womens-health/ovarian-cysts. (Diakses pada 23 Agustus 2020).
  8. Miles, Karen. 2021. Ovarian cysts during pregnancy. https://www.babycenter.com/pregnancy/health-and-safety/ovarian-cysts-during-pregnancy_40008060. (Diakses pada 4 April 2023).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi