Aborsi sesungguhnya dilakukan karena alasan medis yang mengancam keselamatan ibu dan janin, tetapi menyisakan kekhawatiran. Tenang, wanita masih bisa hamil setelah aborsi. Namun, ada sejumlah hal yang perlu Anda perhatikan di bawah ini.
Hamil setelah Aborsi, Ini Hal yang Harus Diperhatikan
Setelah aborsi dilakukan, beberapa wanita kerap ketakutan dengan kondisi kesehatan dari rahim dan sel telur. Banyak yang menganggap kehamilan pasca aborsi ini sulit dan butuh waktu yang lama untuk mendapatkannya.
Benarkah demikian? Bila Anda ingin tahu benar atau tidaknya, simak beberapa ulasannya di bawah ini:
1. Wanita Bisa Segera Hamil setelah Aborsi
Setelah mengalami aborsi, tubuh akan kembali ke siklus awalnya. Wanita akan mulai membentuk sel telur dan melapisi rahim dengan endometrium. Jika tidak ada pembuahan, menstruasi akan terjadi lagi. Jika siklus menstruasi pertama berjalan lancar, sistem reproduksi wanita akan kembali seperti semula.
Meski sistem reproduksi sudah kembali seperti semula, setelah aborsi wanita tidak diperkenankan langsung hamil. Biasanya 2-3 bulan setelah aborsi, pasangan baru boleh mengusahakan kehamilannya lagi.
Normalnya, dokter akan menyarankan pasangan menunggu selama 6 bulan agar kondisi tubuh benar-benar siap untuk kehamilan.
2. Kesuburan Wanita Tidak Menurun
Wanita yang mengalami aborsi tidak serta-merta mengalami penurunan kesuburannya hingga mandul. Setelah aborsi, tubuh wanita akan kembali mengalami menstruasi. Saat menstruasi muncul setiap siklusnya, tubuh akan mengeluarkan sel telur saat terjadi ovulasi.
Mengalami ovulasi memang belum tentu menandakan kesuburan. Namun, wanita bisa berusaha mengonsumsi makanan atau suplemen tertentu agar kesuburannya meningkat.
Jadi, setelah aborsi, kesempatan mendapatkan kehamilan tetaplah ada. Asal pasangan mau berusaha dan mempersiapkannya dengan baik, kehamilan bisa segera didapatkan.
3. Pertimbangkan Aspek Lain seperti Fisik dan Psikis
Wanita mungkin bisa hamil 2 bulan setelah aborsi dilakukan. Namun, pertimbangkan aspek lain mulai dari fisik hingga psikis. Wanita yang mengalami pembedahan di vagina akan mengalami luka dan penyembuhannya membutuhkan waktu. Kalau luka terlalu lebar, Anda tidak mungkin terburu-buru untuk segera mendapatkan kehamilan.
Selanjutnya pertimbangkan juga aspek psikis yang dialami oleh wanita. Terkadang mereka takut untuk cepat hamil kembali. Sebaiknya lakukan komunikasi yang intens dengan pasangan sehingga ketakutan bisa diatasi dan segera mendapatkan kehamilan kembali.
Baca Juga: Ini Posisi Berhubungan Intim agar Cepat Hamil yang Bisa Anda Coba
4. Risiko Komplikasi
Aborsi yang dilakukan oleh wanita untuk tujuan kesehatan ada dua, pertama medis dan yang kedua operasi. Kalau memilih tipe pertama, dokter biasanya memberikan pil untuk membuat janin di dalam rahim rontok dan akhirnya ikut keluar melalui serviks dan vagina.
Selanjutnya proses pembedahan cukup berisiko karena bisa melukai rahim dan melebarkan serviks. Di kehamilan selanjutnya kondisi seperti keguguran, kelahiran prematur, hingga bayi lahir mati bisa terjadi.
5. Risiko Bisa Diatasi dengan Perencanaan yang Matang
Risiko yang akan muncul selama kehamilan setelah aborsi akan tetap ada dan bisa saja besar. Namun, bukan berarti pasangan tidak bisa mencegah dan mengatasinya dengan baik. Cara terbaik untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan melakukan konsultasi dengan dokter terkait apa saja yang mungkin terjadi selama kehamilan.
Rencanakan kehamilan paling tidak 6-12 bulan setelah aborsi dilakukan. Dengan jeda ini persiapan bisa berjalan dengan baik. Kalau ada masalah pada organ dalam vagina, dokter bisa segera mengatasinya sehingga kondisi rahim akan kembali seperti sedia kala.
6. Risiko Jaringan Parut Rahim
Dalam kasus yang jarang terjadi, aborsi bedah dapat menyebabkan kerusakan pada rahim. Jika kondisi bagian dalam rahim terluka parah, maka bisa mempersulit wanita untuk hamil. Sebaiknya pastikan aborsi Anda dilakukan oleh dokter berpengalaman untuk mengurangi risiko jaringan parut rahim.
Baca Juga: 13 Makanan Penyubur Kandungan Alami dan Sehat, Bantu Cepat Hamil
7. Gejala Hamil setelah Aborsi
Saat wanita hamil lagi setelah menjalani aborsi karena alasan medis, tanda dan gejala kehamilan kemungkinan besar akan sama persis seperti jika Anda tidak pernah melakukan aborsi.
Tanda-tanda kehamilan meliputi:
- Perdarahan implantasi.
- Mual.
- Telat haid.
- Kelelahan.
- Perubahan suasana hati.
- Payudara terasa sakit.
- Berbagai gejala potensial lainnya.
Aborsi sebelumnya tidak memengaruhi kemampuan wanita untuk hamil, atau melahirkan bayi sampai cukup bulan, kecuali terjadi komplikasi. Tetapi Anda pastikan berbicara dengan dokter kandungan jika Anda mengkhawatirkan kesuburan atau operasi atau prosedur sebelumnya.
Itulah sejumlah hal yang perlu diperhatikan terkait kehamilan setelah aborsi. Namun, jika Anda memiliki keluhan atau masalah kehamilan setelah aborsi, segera hubungi dokter kandungan. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!
- Anonim. 2022. Can having an abortion affect my fertility?. https://www.nhs.uk/common-health-questions/womens-health/can-having-an-abortion-affect-my-fertility/ (Diakses pada 21 Juni 2023)
- Frost, Alexandra. 2022. Pregnancy after an abortion. https://www.babycenter.com/getting-pregnant/fertility/does-a-past-abortion-affect-my-chances-of-getting-pregnant_6148 (Diakses pada 21 Juni 2023)
- Leonard, Jayne. 2023. What to know about getting pregnant after an abortion. https://www.medicalnewstoday.com/articles/327287 (Diakses pada 21 Juni 2023)