Terbit: 3 August 2018 | Diperbarui: 6 April 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Saat ini, ada berbagai metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesuburan dan membantu pasangan yang ingin memiliki keturunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah inseminasi buatan. Ketahui selengkapnya pada artikel ini!

Inseminasi: Definisi, Proses, Biaya, dan Tingkat Keberhasilan

Apa Itu Inseminasi Buatan?

Inseminasi buatan merupakan metode medis untuk mengatasi ketidaksuburan (infertilitas). Prosedur ini yang dilakukan dengan cara menyalurkan sperma langsung ke serviks atau rahim saat ovulasi sehingga kemungkinan hamil menjadi lebih tinggi. 

Sperma yang ditempatkan ke dalam rahim dapat meningkatkan jumlah sperma yang akan mencapai saluran indung telur. Cara ini akan meningkatkan peluang pembuahan dalam rahim. 

Pada awalnya, metode inseminasi buatan ini dikembangkan untuk perkembangbiakan hewan ternak. Namun, para peneliti kemudian mengembangkan teknik ini sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesuburan pada manusia. 

Keberhasilan metode inseminasi buatan tergantung pada beberapa faktor, berupa usia, penyebab infertilitas, dan penggunaan obat kesuburan. 

Jenis-jenis Inseminasi Buatan

Inseminasi merupakan istilah yang mengacu pada penempatan sperma di dalam saluran reproduksi wanita, yang bertujuan untuk menimbulkan kehamilan.

Ada beberapa jenis inseminasi buatan, di antaranya adalah:

1. Inseminasi Intrauterine (IUI)

Pada metode inseminasi intrauterine, sperma lebih dahulu dicuci dan terkonsentrasi. Setelah itu, sperma diletakkan langsung dalam rahim pada saat ovulasi. 

Melalui metode IUI, diharapkan semakin banyak sperma yang berenang ke tuba falopi dan membuahi sel telur yang sudah dilepaskan, yang berakhir dengan kehamilan. 

2. Inseminasi Intraservikal (ICI)

Idealnya, peluang kehamilan akan semakin meningkat ketika sperma ditempatkan sedekat mungkin dengan leher rahim. Melalui metode ICI, sperma diletakkan langsung ke dalam leher rahim dengan menggunakan jarum suntik khusus. 

Pada metode inseminasi intraservikal, sperma tidak melalui tahap pencucian, karena air mani tidak langsung ditempatkan di dalam rahim. Namun, sperma dapat melalui proses khusus untuk meningkatkan peluang keberhasilan. 

Inseminasi intraservikal lebih jarang dilakukan dibandingkan dengan metode IUI. Pasangan dapat menggunakan metode ini jika ingin menghemat biaya prosedur. 

3. Inseminasi Intratubal (ITI)

Inseminasi intratubal dilakukan dengan menempatkan sperma yang sudah dicuci ke saluran tuba falopi. Metode ini disebut juga dengan fallopian tube sperm perfusion

Sperma dipindahkan ke saluran tuba melalui kateter khusus yang dimasukkan melalui leher rahim, melalui rahim dan akhirnya di tuba falopi. 

Sayangnya, metode ITI sering dikaitkan dengan risiko infeksi dan trauma yang lebih tinggi sehingga masih menjadi perdebatan tentang tingkat efektivitasnya. Selain itu, inseminasi intratubal memiliki biaya yang lebih tinggi sehingga metode ini sangat jarang dilakukan. 

Baca JugaBayi Tabung: Pengertian, Prosedur, hingga Risiko

Tujuan dan Indikasi Inseminasi Buatan

Kemampuan setiap pasangan untuk memiliki keturunan tergantung pada berbagai faktor. 

Inseminasi buatan paling sering digunakan pada pasangan dengan kondisi:

  • Alergi terhadap sperma. Pada kasus yang jarang, alergi terhadap protein dalam cairan sperma dapat menyebabkan infertilitas. Beberapa pasangan yang memiliki masalah ini memilih metode IUI untuk hamil.
  • Kondisi khusus yang menghalangi untuk berhubungan intim. Beberapa pasangan memiliki kondisi khusus di mana mereka tidak memungkinkan untuk melakukan hubungan intim, serpeti cacat fisik. Jika pasangan ini ingin hamil, maka metode inseminasi buatan dapat dilakukan.
  • Ketidaksuburan pria. Beberapa pria memiliki konsentrasi sperma yang rendah, gerak sperma yang lemah,atau ukuran sperma yang tidak normal. Hal ini dapat menjadi penyebab infertilitas pada pria dan dapat diatasi dengan metode inseminasi buatan.
  • Lendir serviks terlalu kental. Lendir yang diproduksi oleh serviks pada saat ovulasi memberikan suasana ideal untuk sperma bergerak dari vagina ke tuba falopi. Namun, lendir serviks yang terlalu kental dapat menghambat gerak sperma dan menyebabkan infertilitas. 
  • Masalah ereksi atau ejakulasi. Kesulitan ejakulasi atau disfungsi ereksi dapat menyebabkan infertilitas. Inseminasi buatan juga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Peringatan Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan hanya dapat dilakukan oleh wanita yang sehat, terutama bagian tuba falopi. Prosedur ini tidak disarankan untuk wanita yang memiliki kelainan pada tuba falopi, seperti tersumbatnya tuba falopi akibat radang panggul

Inseminasi buatan juga tidak disarankan untuk dilakukan pada wanita yang menderita endometriosis berat. 

Sebelum Inseminasi Buatan

Sebelum prosedur inseminasi buatan dilakukan, ada beberapa prosedur yang perlu dijalani. Prosedur yang perlu dilakukan tersebut, antara lain:

  • Mempersiapkan sampel semen. Semen merupakan suspensi yang mengandung sel sperma dan berbagai komponen lain. Sebelum inseminasi, cairan sel sperma dipisahkan dari suspensi lain agar tidak mengganggu pembuahan. Selain itu dilakukan juga pemisahan sel sperma berdasarkan kualitasnya. Cara ini dapat meningkatkan kualitas sperma. 
  • Mengamati waktu ovulasi. Waktu ovulasi merupakan hal yang penting dalam inseminasi buatan. Oleh sebab itu, wanita perlu melakukan pengamatan tentang waktu ovulasi menggunakan alat tes ovulasi. Selain itu, wanita juga mungkin akan disuntikkan hormon human chorionic gonadotropin (hCG). 
  • Menentukan waktu yang optimal. Kebanyakan inseminasi dilakukan satu atau dua hari setelah dideteksi adanya ovulasi. Dokter akan membantu Anda untuk menentukan waktu terbaik untuk menjalani prosedur inseminasi buatan. 

Proses Inseminasi Buatan

Prosedur inseminasi buatan berlangsung dalam waktu singkat, yaitu sekitar 10 menit. Tahapan yang akan dilakukan dokter dalam prosedur ini, berupa:

  • Pasien akan diminta untuk berbaring di tempat tidur khusus
  • Dokter akan melebarkan vagina menggunakan spekulum
  • Kateter yang sudah berisi sperma dimasukkan ke dalam rahim melalui mulut rahim.
  • Sperma disemprotkan ke dekat tuba falopi
  • Pasien diminta untuk tetap berbaring selama beberapa saat sebelum kateter dan spekulum dilepaskan. 

Prosedur ini pada umumnya tidak menyebabkan rasa sakit, tetapi beberapa wanita dilaporkan merasakan kram perut atau pendarahan ringan. 

Setelah Inseminasi Buatan

Setelah prosedur inseminasi buatan selesai dilakukan, pasien bisa langsung pulang ke rumah dan melakukan aktivitas seperti biasa. Namun, beberapa kasus melaporkan bahwa pasien mengalami flek atau keluarnya bercak darah dari vagina pada 1-2 hari setelah tindakan. 

Dua minggu setelah prosedur inseminasi buatan dilakukan, Anda dapat melihat hasilnya melalui tes kehamilan. Jika hasil menunjukkan belum ada kehamilan, maka dokter akan menyarankan inseminasi buatan ulang. 

Biaya Inseminasi Buatan

Biaya yang perlu dikeluarkan untuk prosedur inseminasi buatan berbeda-beda, tergantung rumah sakit tempat prosedur dilakukan, obat-obatan yang digunakan, serta siklus yang dilakukan. 

Jika prosedur dilakukan di rumah sakit swasta Indonesia, maka pada umumnya biaya yang akan dikeluarkan mulai dari Rp 2.500.000 hingga lebih dari Rp 10.000.00 per siklus. 

Jika prosedur dilakukan di rumah sakit Malaysia, maka Anda perlu menyiapkan biaya mulai dari Rp 5.000.000 per siklus. Sedangkan rumah sakit di Singapura umumnya memberikan harga mulai dari Rp 18.000.000 per siklus. 

Anda juga dianjurkan untuk menyiapkan tambahan dana tak terduga, yaitu sekitar 20-30 persen dari biaya yang sudah diperkirakan.

Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan

Tingkat keberhasilan inseminasi buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut termasuk:

  • Usia seorang wanita
  • Penggunaan obat kesuburan
  • Jenis masalah kesuburan yang dimiliki

Menurut sebuah penelitian, tingkat keberhasilan dari inseminasi intracervical (ICI) adalah 37,9 persen setelah enam siklus perawatan. Sedangkan tingkat keberhasilan dari inseminasi intrauterin adalah 40,5 persen.

Secara umum, lebih dari separuh wanita yang melakukan prosedur inseminasi buatan hamil setelah menjalani 6 siklus pertama. 

Risiko Inseminasi Buatan

Walaupun risiko yang ada dari inseminasi buatan terbilang rendah tetapi kadang kala terjadi beberapa risiko akibat program hamil berupa inseminasi buatan ini. Beberapa risiko tersebut di antaranya :

1. Kelahiran kembar

Program inseminasi memungkinkan untuk mendorong terjadinya kelahiran kembar. Hal ini bisa terjadi akibat stimulasi terhadap folikel ovarium yang menjadi berlebih. Risiko ini banyak terjadi pada wanita dengan usia yang cukup muda.

Beberapa rumah sakit atau klinik berkomitmen bekerja sangat keras untuk mencegah risiko ini terjadi mengingat kehamilan kembar memiliki banyak risiko baik selama kehamilan maupun pada saat proses persalinan.

2. Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS)

Risiko terjadi Ovarian Hyperstimulation Syndrome juga dikarenakan respon yang berlebihan dari folikel ovarium pada saat terapi hormon. Pada proses inseminasi buatan, protokol stimulasi dibuat cenderung ringan dan dimonitor melalui USG untuk menurunkan risiko terjadinya Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS)

3. Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik yakni kehamilan di luar rahim yang mengakibatkan harus dihentikan sebelum kehamilan semakin berkembang dan mengancam jiwa ibu. Risiko terjadinya kehamilan ektopik mungkin saja terjadi melalui program inseminasi buatan. Peluang terjadinya kehamilan ektopik akibat inseminasi buatan adalah sebesar 4%.

 4. Keguguran

Inseminasi buatan juga memiliki risiko untuk mengalami keguguran. Peluang risiko terjadinya keguguran ini lebih tinggi selama awal kehamilan. Oleh karena itu, penting memiliki sikap hati-hati ekstra pada masa kehamilan trimester pertama.

5. Infeksi

Risiko infeksi akibat inseminasi buatan memang jarang terjadi, yakni hanya sebesar 0,07 persen. Risiko infeksi berhasil ditekan dengan tindakan asepsis dan sterilisasi yang ketat. Perlu diwaspadai juga bahwa peradangan panggul atau masalah kekebalan juga bisa muncul setelah melakukan proses inseminasi buatan.

Baca Juga10 Tes Kesuburan Wanita, Agar Cepat Hamil

Kapan Harus ke Dokter?

Pasien yang sedang menjalani prosedur inseminasi, terutama yang menggunakan obat kesuburan untuk mempercepat ovulasi perlu segera melakukan konsultasi ke dokter, jika mengalami:

  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Sesak napas
  • Pusing
  • Nyeri perut atau panggul yang parah
  • Ukuran perut mendadak membesar
  • Mengalami kenaikan berat badan mendadak sebanyak lebih dari 2 kg

Inseminasi buatan bisa menjadi pilihan alternatif bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan. Anda perlu melakukan konsultasi dengan dokter kandungan untuk mendapatkan prosedur terbaik. 

  1. Diaz-Garcia Cesar. 2019. Artificial Insemination Success Rates: What Is IUI And Why Do It? https://www.ivi.uk/blog/artificial-insemination-success-rates-iui/. (Diakses pada 6 April 2023).
  2. Gurevich, Rachel. 2021. Intravaginal, Intracervical and Intratubal Insemination. https://www.verywellfamily.com/what-is-artificial-insemination-1960181. (Diakses pada 6 April 2023). 
  3. Mayo Clinic Staff. 2021. Intrauterine insemination (IUI). https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/intrauterine-insemination/about/pac-20384722. (Diakses pada 6 April 2023),
  4. Mayo Clinic Staff. 2022. Male Infertility. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/male-infertility/symptoms-causes/syc-20374773. (Diakses pad a6 April 2023).
  5. Nall, Rachel. 2023. Everything You Need to Know About Artificial Insemination. https://www.healthline.com/health/artificial-insemination. (Diakses pada 6 April 2023).
  6. Paddock, Michael. 2018. What To Know About Artificial Insemination. https://www.medicalnewstoday.com/articles/217986. (Diakses pada 6 April 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi