Terbit: 23 January 2019 | Diperbarui: 4 May 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Bayi yang terlilit tali pusar merupakan kondisi umum yang dialami selama kehamilan. Sekitar 12 persen dari kehamilan usia 24 hingga 26 minggu mengalami kondisi ini. Ketahui selengkapnya tentang kondisi ini pada artikel ini!

Ketahui Lebih Dalam Penyebab dan Bahaya Bayi Terlilit Tali Pusar

Apa itu Kondisi Bayi Terlilit Tali Pusar?

Tali pusar (tali pusat) merupakan organ penting yang menjadi sumber kehidupan janin. Organ ini menyalurkan darah, oksigen, dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. 

Selain itu, tali pusar juga berguna untuk membawa darah kotor dari tubuh bayi ke plasenta. 

Masalah apapun yang terjadi pada tali pusar pasti membuat Anda khawatir. 

Bayi yang terlilit tali pusar merupakan kondisi di mana tali pusar mengelilingi leher janin hingga 360 derajat sebanyak 1 lilitan atau lebih. Lilitan tali pusar ini bisa kencang ataupun kendor. 

Lilitan tali pusar dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. 

Lilitan tali pusar tipe A disebut juga lilitan yang tidak terkunci. Artinya, lilitan ini dapat bergerak bebas dan terlepas secara alami. 

Sedangkan lilitan tali pusar tipe B disebut juga dengan lilitan terkunci. Lilitan ini terbungkus sedemikian rupa sehingga sulit untuk terlepas secara alami. 

Sekitar 1 dari 3 bayi yang terlilit tali pusar dapat lahir dengan sehat sempurna.

Sebenarnya, tali pusar juga bisa melilit anggota tubuh lainnya. Kondisi ini bisa terjadi kapan saja selama kehamilan berlangsung.

Jika tali pusar tetap melilit leher janin hingga saat persalinan tiba, maka kondisi bisa saja menyebabkan masalah. Tali pusar dapat menekan leher bayi saat dilahirkan. Pada kondisi ini, bayi bisa mengalami asupan oksigen dan nutrisi yang berkurang. 

Baca JugaIbu Hamil Minum Kopi, Aman atau Berbahaya bagi Janin?

Penyebab Bayi Terlilit Tali Pusar

Ketika Anda hamil, pasti Anda merasakan bahwa janin banyak bergerak dalam kandungan. Gerakan janin merupakan penyebab utama dari lilitan tali pusar di sekitar lehernya. 

Tali pusar yang sehat dilindungi oleh jeli Wharton, yang memiliki tekstur lembut seperti agar-agar. Jeli ini memiliki fungsi untuk mencegah tali pusar terlilit atau mengikat sehingga janin dalam kandungan tetap aman.

Beberapa tali pusat tidak memiliki jeli Wharton dalam jumlah yang cukup sehingga membuat lilitan tali pusat mungkin terjadi.

Janin juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami lilitan tali pusar , apabila:

1. Anda Mengalami Hamil Anak Kembar

Jika ada lebih dari satu janin  dalam kandungan (hamil kembar), maka risiko janin terlilit tali pusar akan lebih tinggi. 

Saat ada lebih dari satu janin dalam kandungan, umumnya akan ada lebih dari satu tali pusar. Kondisi ini bisa menyebabkan tali pusar kusut dan melilit leher janin. 

2. Anda Memiliki Jumlah Air Ketuban Yang Berlebihan

Air ketuban merupakan cairan yang mengelilingi janin selama dalam kandungan. Pada beberapa kasus, air ketuban ini bisa memiliki jumlah yang berlebihan.

Jumlah air ketuban yang berlebihan dapat menyebabkan masalah pada posisi tali pusar sehingga risiko lilitan tali pusar pada leher janin juga semakin meningkat. 

3. Tali Pusar Yang Berukuran Lebih Panjang Dari Umumnya

Pada umumnya, tali pusar memiliki panjang 50 hingga 60 cm. Namun, pada beberapa kasus tali pusar bisa memiliki berukuran lebih panjang, yaitu hingga 80 cm. 

Tali pusar yang terlalu panjang ini dapat meningkatkan risiko janin terlilit tali pusar, bahkan lebih dari satu lilitan. 

4. Struktur Tali Pusar Buruk

Tali pusar yang sehat umumnya memiliki jeli Wharton sehingga elastis dan tidak mudah untuk membentuk lilitan walaupun janin bergerak dengan aktif. 

Pada beberapa kasus, tali pusar bisa memiliki struktur yang lemah atau buruk dan jumlah jeli yang kurang. Kondisi ini meningkatkan risiko tali pusar melilit leher janin dengan kuat. 

Tidak ada cara untuk menghindari bayi terlilit tali pusar. Kondisi ini jarang menyebabkan bahaya bahkan jika janin mengalami lilitan beberapa kali. Namun, lilitan tali pusar yang menyebabkan terhentinya aliran darah tetap dapat membahayakan keselamatan janin.

Cara Mengatasi Bayi Terlilit Tali Pusar

Hingga saat ini, belum ada cara untuk mencegah atau mengatasi bayi yang terlilit tali pusar sebelum bayi lahir. Jika janin mendapatkan diagnosis lehernya terlilit tali pusar, Anda akan mendapatkan pengamatan yang lebih serius untuk memastikan detak jantung janin normal. 

Pada umumnya, tali melilit leher dengan kendur sehingga dokter dapat melepaskannya dengan mudah dari leher bayi. Jika ternyata lilitan terlalu kencang untuk dilepaskan lewat kepala, dokter akan memotong tali pusar sebelum bayi lahir sempurna untuk mencegah robekan pada plasenta. 

Jika saat persalinan detak jantung janin menurun karena lilitan tali pusar, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk mengubah posisi sehingga tekanan pada tali pusar bisa berkurang. 

Namun, dokter juga dapat menyarankan Anda untuk menjalani operasi caesar apabila janin dalam keadaan kritis, seperti detak jantung yang terus menurun. 

Risiko Bayi Terlilit Tali Pusar

Lilitan tali pusar pada leher janin jarang menimbulkan masalah pada janin dan ibu. Dokter akan melakukan pengamatan yang lebih serius saat persalinan apabila ditemukan lilitan tali pusar selama pemeriksaan kehamilan rutin. 

Kondisi bayi yang terlilit tali pusar akan bahaya jika lilitan terlalu kencang. Terlebih lagi jika ada lebih dari satu lilitan pada leher janin. 

Selain itu, jika janin menjadi kurang aktif bergerak juga dapat menjadi indikasi adanya masalah pada aliran darah pada janin sehingga risiko janin meninggal dalam kandungan pun meningkat. Namun, kasus ini jarang terjadi. 

Risiko paling umum dari lilitan tali pusar pada leher janin adalah penurunan detak jantung pada saat persalinan. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan oksigen dan aliran darah karena tali pusar menjadi lebih kencang selama kontraksi. 

Meskipun demikian, janin yang terlilit tali pusar tetap bisa lahir dengan sehat. 

Baca Juga8 Penyebab Janin Tidak Berkembang Normal (Terhambat) dalam Kandungan

Komplikasi Ketika Bayi Terlilit Tali Pusar

Dampak buruk atau komplikasi dari bayi yang terlilit tali pusar sebenarnya jarang terjadi. Ketika ditemukan lilitan tali pusar saat pemeriksaan USG rutin, maka dokter akan melakukan pemantauan lebih serius selama proses persalinan. 

Komplikasi yang paling umum dialami oleh janin yang terlilit tali pusar adalah penurunan detak jantung selama persalinan. Penurunan detak jantung ini dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen dan aliran darah akibat tali pusar yang mengencang saat kontraksi. 

Melalui penanganan medis yang memadai, tim medis dapat mendeteksi kondisi ini. Pada kebanyakan kasus, janin dapat lahir tanpa ada masalah kesehatan. 

Pada kasus yang jarang, lilitan tali pusar dapat menyebabkan penurunan gerakan janin, penurunan perkembangan janin, serta kondisi persalinan yang lebih kompleks.

Akhirnya, lilitan tali pusar pada leher janin tidak berbahaya pada ibu dan janin dalam kandungan. Pada kasus yang jarang, komplikasi dapat terjadi tetapi tim medis akan lebih siap untuk menangani masalah yang terjadi. Janin akan lahir dengan sehat tanpa masalah. 

Bayi yang terlilit tali pusar tidak dapat dicegah. Tidak ada yang bisa dilakukan ibu untuk mencegahnya. Oleh sebab itu, Anda tidak perlu cemas dengan lilitan tali pusar. Anda dapat melakukan konsultasi dengan dokter kandungan tentang kecemasan yang Anda alami. 

  1. Barhum, Lana. 2017. Everything You Need To Know About Nuchal Cord. https://www.medicalnewstoday.com/articles/319762. (Diakses pada 4 Mei 2023).
  2. Weiss, Robin Elise. 2021. When the Umbilical Cord Wraps Around the Baby’s Neck. https://www.verywellfamily.com/cord-around-the-babys-neck-at-birth-2759061. (Diakses pada 4 Mei 2023).
  3. Wu, Nicole. 2021. What to Know About a Nuchal Cord? https://www.webmd.com/baby/what-to-know-about-nuchal-cord#091e9c5e822f0e82-1-3. (Diakses pada 4 Mei 2023).
  4. Young, Becky. 2017. How Does Nuchal Cord Affect My Baby? https://www.healthline.com/health/pregnancy/nuchal-cord. (Diakses pada 4 Mei 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi