Terbit: 3 February 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Manfaat sunat pada bayi bagus untuk kesehatan, baik untuk pencegahan penyakit maupun untuk kebersihan. Apa saja manfaatnya? Selengkapnya ketahui beragam khasiat sunat dalam penjelasan di bawah ini!

5 Manfaat Sunat pada Bayi dan Risikonya bagi Kesehatan

Manfaat Sunat pada Bayi

Sunat pada pria adalah operasi pengangkatan kulit yang menutupi ujung penis. Bagian kulit ini dikenal sebagai kulup.

Sunat pada bayi tidak diharuskan secara medis atau hukum. Namun, ada sejumlah faktor medis, agama, dan sosial yang dapat dipertimbangkan ketika menyunat anak laki-laki.

Selain faktor tersebut, ada banyak manfaat yang menjadi alasan untuk melakukan sunat pada bayi Anda.

Berikut ini manfaat sunat pada bayi:

1. Mengurangi risiko infeksi saluran kemih (ISK)

Risiko ISK pada pria rendah, tetapi infeksi ini lebih sering terjadi pada pria yang tidak disunat. Infeksi berat atau berulang di awal kehidupan bayi dapat menyebabkan kerusakan ginjal atau sepsis (infeksi aliran darah) di kemudian hari.

2. Mencegah infeksi menular seksual (IMS)

Pria yang disunat mungkin memiliki risiko lebih rendah terkena infeksi menular seksual (IMS) tertentu, termasuk HIV. Namun, melakukan hubungan seksual yang aman tetap penting untuk pencegahan.

3. Mengurangi risiko masalah penis

Manfaat sunat pada bayi dapat mencegah masalah yang mungkin terjadi pada penis bayi. Penis adalah organ reproduksi yang berisiko terkena penyakit dan masalah lainnya, terutama jika tidak disunat.

Terkadang kulup pada penis yang belum disunat bisa sulit atau bahkan tidak mungkin untuk ditarik kembali (phimosis). Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan pada kulup atau kepala penis.

4. Memudahkan untuk menjaga kebersihan

Penis yang disunat juga memudahkan anak laki-laki untuk mencuci dan menjaga kebersihannya. Jika belum disunat, orang tua dapat mengajari anak laki-lakinya untuk mencuci secara teratur di bagian bawah kulupnya.

5. Mencegah kanker penis

Manfaat sunat pada bayi juga bisa membantu mencegah penyakit yang berbahaya, seperti kanker penis.

Kanker organ reproduksi pria memang jarang terjadi, penyakit ini juga lebih jarang terjadi pada pria yang disunat. Selain itu, kanker serviks lebih jarang terjadi pada pasangan seksual wanita dari pria yang sudah disunat.

Baca Juga: 11 Manfaat Sunat bagi Kesehatan Pria (Bikin Wanita Lebih Puas!)

Risiko Sunat pada Bayi

Seperti prosedur operasi lainnya, ada beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan ketika ingin menyunat bayi laki-laki.

perlu orang tua ketahui, sunat adalah prosedur medis yang sangat umum dan jarang terjadi komplikasi. Meski begitu, ada risiko yang mungkin terjadi, berikut di antaranya:

  • Pendarahan pada saat prosedur sunat.
  • Nyeri
  • Infeksi
  • Kerusakan atau kelainan bentuk pada penis, yang mungkin muncul kemudian dalam perkembangan bayi.
  • Kulup penis mungkin dipotong terlalu pendek atau terlalu panjang.
  • Kulup yang disunat kemungkinan gagal sembuh dengan baik.
  • Kulup yang tersisa mungkin menempel kembali ke ujung penis, membutuhkan perbaikan operasi kecil

Kejadian komplikasi serius seperti kerusakan pada penis sangat rendah dan biasanya terjadi dengan sunat yang dilakukan di luar rumah sakit. Kejadian komplikasi ringan, seperti perdarahan atau infeksi.

Jadi, orang tua harus mempertimbangkan kemungkinan risikonya. Tetapi risiko sunat pada bayi minim bila prosedur sunat dilakukan oleh profesional medis terlatih.

Baca Juga: 7 Jenis Kelainan Kelamin pada Bayi Laki-laki yang Bisa Terjadi

Selama Prosedur Sunat pada Bayi

Sunat bayi baru lahir dilakukan di rumah sakit, biasanya dalam waktu 10 hari setelah bayi lahir.

Selama prosedur sunat, bayi laki-laki berbaring telentang dengan tangan dan kaki tertahan. Setelah penis dan sekitarnya dibersihkan, obat bius disuntikkan ke pangkal penis atau dalam bentuk krim dioleskan ke penis. Kemudian penjepit khusus atau cincin plastik dipasang pada penis, dan kulup akan dilepas.

Setelah langkah-langkah tersebut, penis akan ditutup dengan salep, seperti antibiotik topikal atau petroleum jelly, dan dibungkus kain kain kasa (harus longgar). Prosedur ini biasanya memerlukan waktu 10 menit.

Baca Juga: Sunat Stapler: 7 Kelebihan, Kekurangan, Prosedur, Biaya, dll

Setelah Prosedur Sunat pada Bayi

Setelah sunat, biasanya membutuhkan waktu tujuh sampai 10 hari untuk menyembuhkan penis. Ujung penis mungkin terasa sakit pada awalnya, dan penis mungkin tampak merah, bengkak, atau memar. Mungkin juga ada sedikit cairan kuning di ujung penis.

Jika bayi rewel ketika obat bius habis, pegang penisnya dengan lembut dan berhati-hatilah agar tidak menekan penis.

Ganti perban penis setiap kali mengganti popok, dan oleskan sedikit petroleum jelly ke ujung penis agar tidak menempel pada popok. Gantilah popok sesering mungkin, dan pastikan popoknya diikat dengan longgar.

Jika terdapat cincin plastik dan bukan perban, cincin ini akan lepas dengan sendirinya, biasanya dalam waktu satu minggu. Setelah penis benar-benar sembuh, cuci dengan sabun dan air selama mandi.

Meskipun masalah setelah sunat jarang terjadi, sebaiknya hubungi dokter jika mengalami kondisi berikut:

  • Tidak buang air kecil dalam waktu 12 jam setelah sunat.
  • Pendarahan terus-menerus.
  • Keluar cairan berbau busuk dari ujung penis.
  • Cincin plastik tetap di tempatnya selama dua minggu setelah sunat.

Itu dia manfaat sunat pada bayi hingga risiko yang perlu orangtua ketahui. Jika masih bingung ketika ingin menyunat anak, sebaiknya konsultasikan dengan dokter tentang kondisi kesehatan anak dan hal lainnya. Semoga informasi ini bermanfaat ya, teman Sehat!

 

  1. Anonim. 3 Benefits of Circumcision for Your New Baby. https://www.firstpediatriccare.com/blog/3-benefits-of-circumcision-for-your-new-baby/. (Diakses pada 3 Februari 2022)
  2. Anonim. 2021. Circumcision (male). https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/circumcision/about/pac-20393550. (Diakses pada 3 Februari 2022)
  3. Dix, Megan. 2019. Everything You Need to Know About Baby Circumcision. https://www.healthline.com/health/parenting/baby-circumcision. (Diakses pada 3 Februari 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi