Terbit: 6 July 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Terapi akupuntur adalah metode pengobatan yang hanya dikenal di bangsa Timur, namun lama kelamaan dunia kedokteran Barat mengakui keberadaannya. Hingga kini, pengobatan tusuk jarum ini tetap eksis dan telah berhasil menyembuhkan sejumlah penyakit.

Akupunktur: Teknik Menusuk Kulit untuk Menyembuhkan Penyakit

Perlu diketahui, akupunktur adalah seni menusuk jarum guna mengembalikan keseimbangan tubuh, yang menjadi landasannya ialah falsafah alamiah bahwa dalam setiap kehidupan senantiasa mengalir energi atau Ci (bioenergi).

Sirkulasi Ci berjalan menurut irama tertentu melalui saluran hipotetis yang disebut meridian. Pada meridian ini terletak titik akupunktur. Gangguan aliran Ci pada meridian akan menimbulkan penyakit. Terapi akupunktur dapat memberikan rangsangan pada titik akupunktur untuk mengatur kembali aliran energi yang terganggu atau tidak seimbang.

 

Secara garis besar dasar pengobatan tusuk jarum ini sama, tapi seninya bisa berbeda. Seni menusukkan jarum, mulai dari cara menusuk, kombinasi titik, sampai teknik stimulasi yang dipakai, tidak ada yang sama di antara para akupunkturis. Hal inilah yang membuat akupunktur agak susah diterima di dalam ilmu kedokteran Barat.

Padahal dengan melakukan terapi akupunktur, menurut beberapa kalangan kedokteran, tidak hanya masalah utama yang teratasi. Tidak jarang penyakit lain ikut tersembuhkan. Misalnya, pasien penyakit jantung yang diobati dengan terapi akupunktur, secara tidak langsung juga akan memperbaiki kadar gula darah, SGPT-SGOT, dan fungsi hati jadi terkontrol.

Begitu pula pasien sakit pinggang. Adakalanya setelah ditusuk di titik daerah pinggang, dan juga pada titik ginjal, beberapa hari kemudian selain sakit pinggangnya hilang, gairah seksualnya juga meningkat. Prinsipnya, akupunktur bekerja mengembalikan keseimbangan energi tubuh.

Akupuntur Menimbulkan Ketergantungan

Di sisi lain akupunktur ternyata juga menimbulkan sifat kecanduan. Oleh karena itu, terapi perlu dibatasi sampai 12 kali tindakan, setelah itu diistirahatkan satu sampai tiga bulan. Hal ini dilakukan agar pasien tidak kecanduan.

Lantaran menimbulkan kecanduan, pengobatan tusuk jarum ini bisa digunakan untuk membantu merehabilitasi morfinis. Seorang morfinis membutuhkan morfin dari luar tubuh, dan dengan terapi akupunktur kebutuhan itu bisa dipenuhi dari dalam tubuhnya sendiri.

Saat jarum ditusukkan ke bagian tubuh, morfin di badan (endorfin) terangsang keluar. Tindakan ini harus dilakukan di rumah sakit karena setiap dua jam pasien harus diberikan terapi akupuntur.

Setiap kali pasien meronta untuk menggunakan morfin, langsung saja ‘dihantam’ dengan tusuk jarum. Namun dalam kasus-kasus normal, terapinya tak ‘sekejam’ itu. Setiap pasien ditusuk jarum dengan frekuensi berbeda, dari sekali seminggu sampai tiga kali seminggu menurut tingkat penyakit yang diderita.

Idealnya seminggu tiga kali untuk semua penyakit. Kalau seminggu sekali efeknya tidak begitu bagus. Tapi, kalau pasiennya tidak banyak waktu, bisa dilakukan seminggu dua kali. Meski demikian jika setelah tiga atau empat kali tindakan hasilnya sudah bagus, terapi tidak perlu dilanjutkan. Pengobatan dengan cara ini tidak harus dilakukan terus menerus.

Titik Akupuntur dan Pengaruhnya Terhadap Tubuh

Jumlah jarum yang ditusukkan pada setiap kali terapi berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan jenis penyakitnya, untuk sakit maag, cukup satu titik akupuntur pada titik lambung. Sedangkan untuk diabetes perlu penusukan titik-titik diabetes di sepanjang tulang belakang, sekitar 6-8 titik.

Namun, tak tertutup kemungkinan adanya titik tambahan di kaki dan tangan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada prinsipnya dipilih titik utamanya dulu, baru kemudian ditambah titik pendukungnya. Bahkan, bagi yang merasakan nyeri di seluruh badan bisa ditusuk sampai 30 jarum.

Dalam kasus penurunan bobot badan, pasien ditusuk pada lima titik akupuntur di telinga, yakni titik lapar, titik metabolik, titik tiroid, titik lambung, dan titik hipotalamus. Dengan tusukan itu, pasien akan makan sesuai kebutuhan tubuhnya dan enzim ATP (enzim pembakar kalori).

Nafsu makan berlebihan bisa ditekan sehingga keinginan ngemil berkurang dan rasa kenyang bisa dipertahankan. Efek diet seperti lesu dan lemas ditanggulangi dengan penusukan pada titik lambung dan tiroid. Meski sedang menjalani terapi, pasien dianjurkan tetap diet dan olahraga. Pada anak-anak disarankan menghindari makanan cepat saji dan cokelat.

Pada penderita penyakit jantung koroner, terapi akupunktur bisa memperbaiki energi pada organ jantung, juga meridian sekitar jantung sehingga rasa sakit akibat penyempitan koroner atau pun tegangan pembuluh darah koroner dapat dikontrol.

Sedangkan pada kasus nyeri otot, akupunktur melancarkan energi pada otot yang kaku, sehingga pengendapan asam susu dari asam urat di sekitar otot yang sakit dapat larut dan terangkut ke organ pengeluaran.

Pada penderita diabetes, terapi akupunktur mampu menurunkan kadar gula darah dengan jalan memengaruhi daya kerja pankreas. Bahkan, pasien yang tadinya harus selalu disuntik insulin, dengan akupunktur bisa lepas dari insulin. Asalkan pankreasnya masih berfungsi minimal 25 persen. Kurang dari itu, pankreas sulit untuk diperbaiki.

Tiap tiga bulan pasien menjalani terapi sebanyak satu seri. Dengan begitu gula darahnya bisa stabil, meskipun masih tinggi. Sedangkan terhadap penyakit kanker, manfaat akupunktur bisa mengurangi nyeri, meningkatkan daya tahan tubuh, memberi rasa nyaman pada pasien yang kankernya sudah menyebar, dan menghambat penyebaran.

Sedangkan penanganan medis terhadap orang tidak memiliki keturunan biasanya cuma mengotak-atik organ reproduksi, tetapi dalam kedokteran Tiongkok, organ ginjal kanan dianggap sebagai sumber ‘api’ abadi sehingga akan diperhatikan kondisinya.

Jika jumlah sperma suami berkurang, itu artinya ‘dingin’. Terapi akupuntur diberikan pada titik ginjal kanan, dan juga penghangatan pada titik tiga jari di bawah pusar (solar flexus) selama 15 menit. Kalau siklus menstruasi wanita tidak normal, ‘api’ pada ginjal kanan mesti diperbaiki terlebih dahulu.

Dunia akupunktur memang menganggap ginjal sebagai organ unik. Ginjal kiri berfungsi membersihkan tubuh dari racun. Ginjal kanan merupakan faktor keturunan dan disebut Ming Men (Ming = kaisar, Men = api atau pintu).

Jadi, terapi akupunktur tidak cuma menghilangkan gejala penyakitnya, tetapi juga mengatasi penyebabnya.

Sementara itu teori akupuntur lama mengatakan, titik akupunktur terdapat pada bagian-bagian tertentu berdasarkan peta akupunktur (titik utama). Tapi teori baru menyebutkan, tidak ada titik akupuntur tertentu pada tubuh.

Jadi, di bagian mana pun dari tubuh kalau ditusuk akan memberikan efek yang sama. Hanya saja bila dilakukan pada titik akupuntur utama reaksinya lebih cepat dan lebih efektif.

Misalnya, dalam memberi terapi untuk orang yang sulit tidur, titik utamanya berada di bagian belakang telinga. Titik ini merupakan titik penenang paling kuat. Titik lain ada juga yang memberi efek menenangkan, tapi tidak sekuat titik penenang.

Reaksi Tubuh Saat Akupuntur

Ketika dilakukan penusukan di titik akupunktur, tubuh pasti akan bereaksi. Sekali tusuk, dua puluh dua reaksi dalam tubuh terjadi. Reaksi itu di antaranya rasa nyeri, bengkak, kemerahan, juga rasa hangat. Reaksi kemerahan di sekitar titik yang ditusuk menunjukkan adanya pelebaran pembuluh darah.

Proses yang terjadi pada tindakan tusuk jarum adalah merangsang sistem saraf untuk melepaskan zat-zat kimia dalam otot, urat saraf tulang belakang, dan otak. Zat-zat kimia itu di antaranya akan mengubah rasa sakit, memicu pengeluaran zat kimia dan hormon yang memengaruhi sistem internal tubuh.

Dengan membaiknya keseimbangan energi dan biokimia dalam tubuh, kesehatan fisik dan emosional pun menjadi baik.

Pada orang dewasa jarum yang ditusukkan didiamkan beberapa saat, sebelum kemudian dicabut lagi. Lamanya tusukan berbeda-beda menurut penyakitnya. Penyakit maag, gula, menstruasi tidak teratur lamanya penusukan 15 menit. Sedangkan untuk nyeri, 20-30 menit. Jika akupuntur dilakukan pada bayi, jarum diangkat segera setelah ditusukkan.

Pada kondisi normal, kulit yang ditusuk dengan jarum biasa akan merasakan sakit. Sebaliknya, kalau dengan jarum akupunktur, rasa sakit tidak akan terasa dan menimbulkan rasa hangat.

Perlu diketahi, panjang jarum akupunktur beragam, mulai dari 1,3 cm hingga 10,2 cm. Demikian juga diameternya, 0,24 mm sampai 0,45 mm. Jarum paling panjang digunakan untuk menusuk bagian bokong.

Jarum-jarum tersebut juga terbuat dari logam yang berbeda-beda. Kini, hampir semuanya terbuat dari stainless steel. Jarum akupunktur tidak menularkan penyakit, yang bisa menularkan penyakit AIDS atau penyakit lain adalah jarum suntik. Bagian dalam jarum suntik berongga sehingga ketika jarum disuntikan dan kemudian ditarik lagi, ada darah atau serum yang terikut.

Nah, kalau jarum ini dipakai ulang, orang lain berpeluang untuk tertular. Sedangkan jarum akupunktur tidak berongga. Kalau ditusukkan kemudian dicabut lagi, tak ada darah yang terikut. Jarum akupunktur dijamin aman dengan jarum disposible (sekali pakai) atau sterilisasi yang akurat.

Efektif  atau tidaknya suatu pengobatan bergantung kepada cara memandang pengobatan tersebut. Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai keluhan dan jenis pengobatan yang akan dilakukan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi