DokterSehat.Com – Telah banyak sekali informasi yang kita dapatkan mengenai kebaikan yang ditawarkan oleh teh hijau. Bahan antioksidan di dalam teh hijau mampu membuat tubuh kita terjaga keseahtannya. Sebuah fakta baru bahkan menunjukkan jika teh hijau dianggap mampu menjadi sebuah terapi yang menghambat penyakit tuberkulosis, sebuah penyakit pernafasan yang dikenal sangat mematikan di seluruh dunia.
Tahukah anda, tuberkulosis atau TB memiliki rasio kematian yang sangat tinggi di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, tercatat di tahun 2006 saja terdapat 14,4 juta kasus TB dengan rasio kematian mencapai 38 untuk setiap 100.000 masyarakat. Yang lebih mengerikan adalah, mereka yang pada akhirnya meninggal justru adalah yang masih dalam usia produktif. Tingginya rasio kematian dari penyakit ini ditengarai kaerna ciri khas bakteri penyebab penyakit tuberkulosis yang cenderung mampu menghindari reaksi dari sistem pertahanan tubuh. Selain itu, kecenderungan masyarakat yang justru mengobati TB dengan tidak konsisten pada akhirnya membuat obat tidak bekerja dengan efektif dan berbagai terapi yang dilakukan pun cenderung tidak efektif.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran di Universitas Sebelas Maret menunjukkan kabar gembira bagi mereka yang mengidap tuberkulosis karena teh hijau diyakini mampu menjadi terapi penghambat tuberkulosis yang cukup baik. Adanya senyawa polifenol epigallocatechin gallate atau EGCG ternyata bisa menghambat perkembangan bakteri penyebab TB, yakni mycobacterium. Kandungan EGCG pada teh hijau sangatlah tinggi karena setidaknya ada 30-50 gram polifenol ini pada setiap cangkir teh hijau dan jika kita mengkonsumsi teh ini, setidaknya 12 jam kemudian mycobaterium penyebab TB bisa mati karena paparan EGCG ini. EGCG pada teh hijau sendiri juga dikenal mampu membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih kuat sehingga kemungkinan musnahnya mycobacterium pun menjadi lebih besar.
Meskipun masih harus diteliti dengan lebih lanjut agar bisa benar-benar digunakan menjadi pengobatan tuberkulosis dengan lebih efektif, penemuan ini tentu saja akan menjadi titik cerah bagi para penderita diabetes mengingat teh hijau tentu akan sangat mudah ditemukan di Indonesa dan cenderung memiliki harga yang murah untuk didapatkan.