Terbit: 31 August 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Obat pelangsing atau pil diet bekerja dengan berbagai cara. Beberapa obat ada yang membantu Anda mengurangi rasa lapar, membuat cepat kenyang, atau mempersulit tubuh menyerap lemak dari makanan yang dimakan. Apa saja obat yang aman untuk dikonsumsi? Simak selengkapnya di bawah ini.

7 Obat Pelangsing yang Aman dan Tips Memilihnya

Obat Pelangsing yang Aman untuk Digunakan

Sebelum menjelaskan mengenai obat apa saja yang bisa digunakan, konsultasi dengan dokter diperlukan mengenai obat penurun berat badan ini. Ceritakan mengenai riwayat kesehatan, suplemen atau obat-obatan lain yang sedang digunakan, apakah Anda sedang hamil, menyusui, atau berencana untuk hamil segera.

Berikut ini adalah berbagai obat pelangsing yang bisa digunakan, antara lain:

1. Orlistat

Obat pelangsing perut ini bekerja dengan menghalangi tubuh untuk menyerap sekitar sepertiga dari lemak yang Anda makan. Obat ini juga telah lolos uji untuk penggunaan jangka panjang. Meskipun begitu, penggunaannya harus dengan resep dokter, karena seperti diketahui, lemak itu mengikat vitamin A, D, E, dan K. Apabila obat ini digunakan jangka panjang, maka tubuh berpotensi defisiensi vitamin-vitamin tersebut.

Efek samping usai mengonsumsi obat ini termasuk kram perut, buang angin, tinja berminyak, buang air besar lebih sering, dan tidak bisa mengontrol buang air besar. Kondisi ini umumnya ringan dan sementara. Namun, efek samping mungkin bertambah buruk jika Anda mengonsumsi makanan tinggi lemak.

2. Naltrexone HCl dan Bupropion

Ini adalah obat kombinasi, naltrexone disetujui untuk mengobati ketergantungan alkohol dan opioid, sementara bupropion disetujui untuk mengobati depresi, gangguan afektif musiman, dan membantu orang berhenti merokok. Obat ini dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, jadi sebaiknya tidak digunakan pada seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi.

Bupropion diduga dapat meningkatkan aktivitas dopamin di otak yang membantu mengurangi nafsu makan, menghindari tubuh merasa lapar, dan meningkatkan energi yang dibakar. Sementara naltrexone bekerja dengan memblokir reseptor opioid. Namun, karena kerja obat ini adalah memanipulasi sistem saraf pusat, maka penggunaannya wajib dengan resep dan pemantauan dari dokter.

3. Liraglutide

Obat ini bekerja dengan meniru hormon usus yang memberi tahu otak bahwa perut sudah kenyang. Obat ini juga telah lolos uji untuk penggunaan jangka panjang.

Efek samping yang bisa terjadi adalah mual, muntah, diare, konstipasi, tekanan darah rendah, dan nafsu makan meningkat. Efek samping yang serius dapat berupa peningkatan detak jantung, pankreatitis, penyakit kantung empedu, masalah ginjal, dan pikiran untuk bunuh diri. Oleh karena itu, penggunaan obat ini perlu diresepkan oleh dokter.

4. Phentermine

Obat ini bekerja dengan membatasi nafsu makan. Obat ini tidak disarankan untuk penggunaan jangka panjang, hanya digunakan beberapa minggu saja. Efek samping obat ini adalah mulut kering, mulut terasa tidak enak, diare, sembelit, dan muntah.

Sementara efek samping serius yang mungkin terjadi adalah meningkatnya tekanan darah, menyebabkan jantung berdebar-debar, gelisah, pusing, tremor, insomnia, sesak napas, nyeri dada, dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.

5. Phentermine dan Topiramate

Obat ini bekerja dengan membatasi nafsu makan. Topiramate menyebabkan penurunan berat badan dengan beberapa cara, termasuk membantu Anda merasa kenyang, membuat makanan terasa kurang menarik, dan membakar lebih banyak kalori. Obat ini juga telah lolos uji untuk penggunaan jangka panjang.

Efek samping ringan yang bisa terjadi adalah kesemutan, pusing, perubahan indra perasa, insomnia, sembelit, dan mulut kering. Efek samping yang serius termasuk cacat lahir (bibir sumbing dan langit-langit mulut sumbing), detak jantung lebih cepat, pikiran bunuh diri, dan masalah mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen jika tidak ditangani. Oleh karena itu, penggunaan obat ini perlu diresepkan oleh dokter.

6. Lorcaserin

Ini adalah obat pelangsing perut yang bekerja dengan membuat Anda kenyang meski hanya mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit. Obat ini terkadang digunakan untuk mengobati obesitas yang mungkin terkait dengan diabetes, kolesterol tinggi, atau tekanan darah tinggi.

Interaksi obat yang serius dapat terjadi ketika obat-obatan tertentu digunakan bersama dengan lorcaserin. Beritahu dokter tentang semua obat yang Anda gunakan. Efek samping umum yang sering terjadi adalah sakit kepala, merasa lelah, mulut kering, mual, sembelit, sakit punggung, dan gula darah rendah (pada penderita diabetes).

7. Diethylpropion

Obat ini bekerja dengan memengaruhi sistem saraf pusat untuk menekan nafsu makan. Diethylpropion digunakan pada orang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) minimal 30.

Anda tidak boleh mengonsumsi obat penurun berat badan ini dalam keadaan gelisah, memiliki hipertensi paru, penyakit arteri koroner yang parah, tiroid yang terlalu aktif, glaukoma, tekanan darah tinggi yang parah, atau riwayat penyalahgunaan obat. Jangan mengonsumsi obat ini bersama dengan pil diet lain kecuali jika dokter menyuruh Anda melakukannya. Kerja obat ini adalah memanipulasi sistem saraf pusat, maka penggunaannya wajib dengan resep dan pemantauan dari dokter.

 

Seberapa Efektif Obat Pelangsing Bekerja?

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi obat penurun berat badan yang dibarengi dengan perubahan gaya hidup jauh lebih besar daripada hanya melakukan perubahan gaya hidup saja.

Pada umumnya, penurunan berat badan sekitar 3-7 persen dari total berat badan. Meski jumlahnya masih terbilang kecil, akan tetapi jika hal ini dilakukan berkelanjutan tentu hal itu memiliki manfaat kesehatan seperti menurunnya tekanan darah, gula darah, dan kadar trigliserida.

Berapa Lama Anda Mengonsumsi Obat Pelangsing?

Berapa lama Anda perlu minum obat penurun berat badan tergantung pada apakah obat tersebut membantu menurunkan berat badan dan apakah Anda memiliki efek samping. Jika Anda telah kehilangan berat badan yang cukup untuk meningkatkan kesehatan dan tidak mengalami efek samping yang serius, dokter mungkin menyarankan agar tetap menggunakan obat tersebut tanpa batas waktu.

Sementara jika Anda tidak kehilangan berat badan setidaknya 5 persen dari berat badan setelah 12 minggu dengan dosis penuh, dokter mungkin akan mengubah rencana perawatan atau mempertimbangkan untuk menggunakan obat penurun berat badan yang berbeda.

Setelah menghentikan pengobatan, banyak orang berat badannya bertambah lagi, sering kali disebut dengan efek rebound. Maka menerapkan kebiasaan gaya hidup sehat dapat membantu membatasi penambahan berat badan, dan yang terpenting adalah bukan angka berat badannya, tetapi adalah tubuh lebih sehat dengan berat badan ideal.

Tips Memilih Obat Pelangsing

Di antara berbagai obat penurun berat badan seperti di atas, Anda mungkin berpikir obat yang mana yang sesuai dengan kondisi. Memilih obat untuk mengatasi kelebihan berat badan adalah keputusan antara Anda dan dokter. Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan, antara lain:

  • Manfaat penurunan berat badan.
  • Kemungkinan efek samping obat.
  • Masalah kesehatan Anda saat ini dan pengobatan lain yang sedang berjalan.
  • Riwayat kesehatan Anda dan keluarga.
  • Biaya yang harus dikeluarkan.

 

  1. Anonim. 2020. Weight Loss and Diet Pills: Options to Know. https://www.drugs.com/article/prescription-weight-loss-drugs.html. (Diakses pada 31 Agustus 2020).
  2. Anonim. Prescription Weight Loss Drugs. https://www.webmd.com/diet/obesity/weight-loss-prescription-weight-loss-medicine#1. (Diakses pada 31 Agustus 2020).
  3. Anonim. Prescription Medications to Treat Overweight and Obesity. https://www.niddk.nih.gov/health-information/weight-management/prescription-medications-treat-overweight-obesity#:~:text=The%20FDA%20has%20approved%20five,not%20having%20unpleasant%20side%2Deffects. (Diakses pada 31 Agustus 2020).
  4. Anonim. Weight loss. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/weight-loss/in-depth/weight-loss-drugs/art-20044832. (Diakses pada 31 Agustus 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi