Terbit: 29 August 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Apa jenis diet yang sedang Anda terapkan? Saat melakukan diet, salah satu hal yang kerap mendapatkan perhatian khusus adalah lemak.

4 Mitos Lemak saat Diet Ini Ternyata Tak Terbukti!

Lemak dianggap sebagai musuh dan merupakan salah satu zat dalam makanan yang seakan harus dimusuhi saat diet.

Tak ayal hal ini membuat pilihan makanan saat sedang diet saat ketat, apalagi dalam diet penurunan berat badan makanan seakan diseleksi dari kandungan zat dan efeknya pada lemak dalam tubuh.

Hal ini lama-kelamaan membuat berbagai mitos tentang lemak saat diet menjadi sangat beragam. Mitos-mitos tersebut ternyata tidak sepenuhnya benar dalam diet penurunan berat badan, lho.

Penasaran apa saja mitos tentang lemak saat diet yang ternyata tidak terbukti? Yuk sama-sama kita simak penjelasannya di bawah ini!

1. Saat diet tidak boleh mengonsumsi lemak sama sekali

Diet-terkenal-tak-turunkan-BB-doktersehat-1Mitos yang satu ini cukup banyak dipercaya dan membuat orang yang sedang diet menjadi benar-benar anti dengan lemak.

Meskipun memang diperlukan pada kondisi tertentu, misalnya obesitas tingkat berat, langsung menghilangkan lemak dari asupan makanan harian, bukanlah hal yang tepat. Mengapa?

Lemak merupakan bagian dari zat gizi makro yang memiliki fungsi vital untuk tubuh.

Lemak memberikan asupan energi, pelarut vitamin A, D, E dan K, serta membantu fungsi regenerasi sel tubuh. Asupan lemak harian saat diet tetap diperlukan, namun dengan porsi dan jenis yang tepat.

Menghilangkan asupan lemak sama sekali justru berisiko membuat tubuh kekurangan gizi.

2. Saat diet harus mengonsumsi makanan kemasan berlabel bebas lemak

label-makanan-lemak-doktersehat

Photo Credit: www.tumblr.com

Makanan dengan label low-fat, atau rendah lemak, dan fat free, atau bebas lemak, biasanya diunggulkan untuk konsumsi para pelaku diet.

Meskipun bisa mendukung keberhasilan diet, nyatanya produk dengan label rendah, atau bebas, lemak, sebenarnya masih memiliki kandungan lemak di dalamnya.

Umumnya, kandungan lemak yang ada dalam produk tersebut adalah jenis lemak jenuh yang justru memiliki kolesterol jahat yang lebih tinggi.

Selain itu, kandungan lemak pada bahan makanan kemasan cenderung berubah menjadi lemak trans, karena adanya proses hidrogenasi saat pengemasan industri.

Lemak trans pada produk kemasan justru lebih berbahaya karena dapat meningkatkan kadar lemak jahat dalam tubuh dan menurunkan kadar lemak baik dalam tubuh, sehingga risiko penyakit degeneratif akibat penumpukan lemak akan semakin besar.

Tips: Ketimbang memilih produk kemasan dengan label rendah atau bebas lemak, akan lebih baik memilih bahan makanan dalam bentuk segar dan utamakan memilih makanan berlemak dengan kandungan lemak nabati yang tinggi.

3. Kolesterol merupakan lemak jahat dan harus dihindari saat diet

Daging-sehat-idul-adha-doktersehat-1

Photo Credit: Flickr.com/ Marco Verch

Kolesterol memang dapat menyebabkan sumbatan pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung, namun tidak semua jenis kolesterol memiliki dampak negatif untuk tubuh.

Kolesterol dari lemak tidak jenuh, yaitu HDL, merupakan jenis kolesterol baik yang mendukung fungsi hati untuk memetabolisme lemak dalam tubu dengan lebih optimal.

Saat diet, asupan kolesterol baik bisa mendukung pemecahan lemak dalam tubuh lebih optimal sehingga berat badan bisa berkurang.

Tips:
Kolesterol baik tersebut diperoleh dari makanan nabati, misalnya kacang-kacangan, alpukat, atau minyak dari biji-bijian.

4. Menggunakan minyak nabati saat diet akan membuat diet berhasil

doktersehat minyak zaitun untuk pelumas

photo credit: Pexels

Minyak zaitun, minyak biiji bunga matahari, atau minyak kacang kedelai, disebut mampu mendukung diet lebih berhasil.

Hal ini memang benar karena kandungan lemak HDL-nya yang tinggi. Namun, bukan berarti hanya dengan mengganti minyak dengan minyak nabati, tanpa mengontrol porsi dan cara penggunaannya, diet jadi langsung berhasil, ya.

Tips: Menggunakan minyak nabati untuk diet harus dilakukan dengan tepat, yaitu gunakan sebagai pengganti minyak hewani, tidak menggunakan minyak nabati untuk menggoreng suhu panas dan kontrol penggunannya tidak lebih dari 5 sendok makan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi