Terbit: 3 November 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Pornografi ternyata memiliki banyak sekali efek pada tubuh kalau dilihat secara berlebihan. Kalau Anda hanya melihatnya sesekali untuk hiburan atau referensi saja mungkin tidak akan memberikan dampak apa-apa. Namun, kalau sampai setiap hari dilakukan, fungsi seksual dan juga otak akan terdampak.

Efek Terlalu Sering Melihat Pornografi pada Otak

Nah, kalau Anda tidak mau mengalami gangguan pada tubuh khususnya kemampuan seksual hanya karena pornografi, sebaiknya dihindari saja. Selain itu, simak juga beberapa efek dari sering melihat video pornografi di bawah ini agar Anda lebih yakin kalau video ini lebih banyak menjerumuskan.

  1. Memicu neuron di dalam otak pria

Saat menyaksikan video pornografi di ponsel atau laptop, neuron yang ada di otak akan mulai bekerja. Neuron ini akan meniru apa yang dilihat oleh seseorang dan melakukan praktiknya secara langsung. Karena yang dilihat adalah video pornografi, ada kemungkinan seseorang akan meniru adegan itu secara langsung.

Pada pria, efek ini jauh lebih besar dan menyebabkan mereka jadi mudah terangsang. Akibat rangsangan yang terlalu besar, seorang pria akan tidak tahan dan akhirnya ingin melakukan seks. Kalau pria ada pasangan mungkin bisa segera menuntaskannya. Namun, kalau tidak memiliki pasangan akan melakukan masturbasi setiap saat.

  1. Peningkatan dopamin yang abnormal

Seorang pria yang mendapatkan rangsangan visual dari video pornografi akan mengalami peningkatan dopamin. Zat ini akan berperan aktif dalam peningkatan rangsangan dan memberikan rasa nikmat pada pria. Artinya, semakin tinggi dopamin yang dihasilkan, semakin mudah pula pria mengalami rangsangan.

Nah, peningkatan dopamin pada otak biasanya berlebihan kalau sudah menyangkut video pornografi. Begitu ada pemicu yang muncul, otak akan langsung berpikir tentang pornografi dan bagaimana cara agar bisa segera menyaksikannya. Parahnya lagi, pria adalah orang yang paling terdampak kondisi ini.

  1. Penurunan sensitivitas dopamin

Karena terlalu sering melihat pornografi, sensitivitas terhadap dopamin akan menurun. Akibatnya, pria atau wanita akan membutuhkan rangsangan yang lebih besar agar merasa puas dan tidak ada yang kurang. Akibatnya seseorang akan terus mencari video pornografi atau gambar terbaru untuk memuaskan hasratnya.

Menurunnya sensitivitas dopamin pada tubuh juga menyebabkan gangguan seperti susahnya mendapatkan rangsangan secara langsung. Saat melakukan seks dengan pasangan, seseorang akan sering tidak puas dengan apa yang dilakukan. Ekspektasinya terlalu tinggi dan harus menyamai apa saja yang ada di video dengan konten dewasa tersebut.

  1. Kecanduan masturbasi

Seseorang yang terbiasa dengan video pornografi setiap hari dan kecanduan, kerap melakukan masturbasi berlebihan. Setiap menyaksikan video pornografi terbaru, mereka akan mulai melakukan masturbasi dengan merangsang dirinya sendiri. Dalam satu hari, seorang pencandu bisa melakukannya lebih dari satu kali.

Kecanduan masturbasi tidak baik untuk seseorang secara fisik karena bisa menyebabkan kelelahan. Selain itu, masturbasi juga bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan psikis seperti stres atau malah depresi sehingga kehidupan pribadi dan sosialnya terganggu.

  1. Ketertarikan dengan seks aktual menurun

Karena sudah merasa terpenuhi kebutuhan seksualnya dengan masturbasi dan juga menyaksikan video dewasa, seseorang akan mulai biasa dengan seks. Aktivitas itu mungkin tetap dilakukan dengan pasangan. Namun, hanya untuk memenuhi kewajiban saja. Selebihnya seks hanyalah hal yang sering dihindari.

Tidak tertariknya seseorang dengan seks aktual bisa menyebabkan masalah. Mereka yang sudah menikah bisa saja mengalami pertengkaran.

Nah, semoga setelah mengetahui dampak dari video pornografi di atas khususnya pada fungsi otak, kita bisa bijak dalam menyikapi. Kalau masih bisa melakukan seks, jauhi saja pornografi. Kalau Anda ingin masturbasi, sebisa mungkin gunakan memori visual agar tidak mengalami ketergantungan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi