Terbit: 3 September 2019 | Diperbarui: 4 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Sudah menjadi rahasia umum jika makanan cepat saji bisa memberikan dampak kesehatan yang tidak bisa disepelekan. Bahkan, berdasarkan penelitian terbaru, disebutkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan yang digemari anak muda dan para remaja ini mampu meningkatkan risiko depresi. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Makanan Cepat Saji Bisa Bikin Depresi

Dampak Makanan Cepat Saji bagi Risiko Depresi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di University of Alabama, Amerika Serikat dan dipublikasikan hasilnya dalam jurnal National Institutes of Health (NIH), dihasilkan fakta bahwa makanan cepat saji sering dianggap sebagai bahan makanan pilihan banyak orang karena lebih mudah diakses, memiliki harga yang terjangkau, mengenyangkan, dan memiliki rasa yang enak.

Sayangnya, para peneliti juga menyebut makanan cepat saji cenderung memiliki kandungan gula, lemak jenuh, kalori, serta natrium yang sangat tinggi. Sayangnya, karena memiliki rasa yang gurih dan nikmat, banyak orang yang akhirnya mengabaikan fakta tentang tingginya kandungan nutrisi yang belum tentu sehat tersebut.

Para peneliti menemukan sebuah fakta, yakni terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji biasanya terkait dengan pola makan yang jauh lebih buruk, khususnya dalam asupan serat yang lebih rendah. Hal inilah yang kemudian berimbas pada meningkatnya berat badan, risiko terkena penyakit kardiovaskular, diabetes, hingga menyebabkan depresi.

Dalam penelitian yang dilakukan dengan melibatkan para partisipan berusia remaja ini, disebutkan bahwa para partisipan yang hobi mengonsumsi makanan cepat saji cenderung lebih rentan terkena gejala depresi. Mereka yang mengalami masalah psikis ini cenderung memiliki kadar natrium di dalam tubuh yang sangat tinggi namun memiliki kadar kalium yang rendah, sesuatu yang biasa terjadi pada orang-orang yang hobi mengonsumsi makanan cepat saji.

Batasan Makan Makanan Cepat Saji

Pakar kesehatan dr. Ir. Ali Khomsan, MS dari IPB menyebut makanan cepat saji memiliki kandungan nutrisi sehingga masih bisa memberikan manfaat. Hanya saja, kadar nutrisi di dalamnya sangatlah tidak seimbang sehingga sebaiknya dibatasi konsumsinya.

Sebagai informasi, makanan cepat saji cenderung tinggi lemak jenuh, garam, dan gula namun rendah serat. Jika kita mengonsumsinya selama 30 hari terus-menerus saja saudah mampu memicu peningkatan berat badan, tekanan darah, dan kadar gula darah. Hal ini tentu akan menyebabkan datangnya berbagai macam masalah kesehatan.

Ali pun menyarankan kita untuk membatasi konsumsi makanan cepat saji sekali saja dalam satu bulan. Jumlah ini dianggap cukup aman bagi kesehatan.

Tips Makan Makanan Cepat Saji Agar Lebih Sehat

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, makanan cepat saji masih diperbolehkan untuk dikonsumsi meskipun memang harus dibatasi frekuensi dan porsinya. Hanya saja, berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Preventive Medicine dan ditayangkan dalam Fox News pada 1 September 2019 kemarin, disebutkan bahwa kita bisa membuat makanan cepat saji agar lebih sehat.

Salah satu contoh yang disajikan dalam penelitian ini adalah jika kita makan burger, sebaiknya tidak menambahkan saus atau topping lainnya yang tidak sehat. Hal ini berarti, kita hanya disarankan untuk mengonsumsi roti, daging olahan, dan sayur.

“Jika kita makan satu paket makanan cepat saji, sudah mengonsumsi 1.193 kalori, apalagi jika dikonsumsi bersama dengan saus. Ada baiknya kita tidak lagi mengonsumsi saus dan topping layaknya keju. Selain itu, hindari minuman bersoda dan pilihlah air putih yang lebih sehat,” ucap salah satu peneliti, Kelsey Vercammen dari T.H. Harvard Chan School of Public Health.

 

Sumber:

Vercammen, Kelsey, American Journal of Preventive Medicine, foxnews.com (Diakses pada 3 September 2019).

National Institute of Health, University of Alabama.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi