Terbit: 18 June 2019 | Diperbarui: 6 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Jika kita membicarakan tentang penyebab kolesterol tinggi, hal pertama yang akan terpikirkan biasanya adalah pola makan yang tidak sehat. Sebagai contoh, jika kita hobi makan daging, risiko terkena masalah kesehatan ini akan meningkat. Hanya saja, kebanyakan orang menganggap daging merah sebagai penyebab utama peningkatan kolesterol. Lantas, apakah daging unggas seperti daging ayam yang sering kita konsumsi tidak akan menyebabkan masalah kesehatan ini?

Daging Unggas Vs Daging Merah, Mana yang Lebih Sehat?

Dampak makan daging unggas bagi kadar kolesterol

Pakar kesehatan menyebut ada sebagian orang yang sengaja menghindari daging merah seperti daging sapi atau daging kambing dan memilih untuk makan daging unggas demi mencegah kolesterol. Masalahnya adalah jika kita terlalu sering mengonsumsi daging unggas, risiko terkena kolesterol tinggi sebenarnya hampir sama jika kita terlalu sering makan daging merah.

Dr. Ronald Krauss yang berasal dari Children’s Hospital Oakland Research Institute, California, Amerika Serikat melakukan penelitian dengan rekan-rekannya untuk mengetahui hal ini. Mereka melibatkan 113 partisipan dengan kondisi tubuh yang sehat. Para partisipan ini dicek kebiasaan makannya sehari-hari. Hanya saja, para partisipan ini tidak boleh mengonsumsi alkohol atau suplemen vitamin selama penelitian.

“Di awal penelitian, kami berasumsi bahwa konsumsi daging merah jauh lebih buruk bagi kadar kolesterol tubuh dibandingkan dengan konsumsi daging putih, namun kami justru menemukan fakta lain,” terang dr. Krauss.

Para peserta menerapkan tiga pola makan yang berbeda. Ada yang mengonsumsi daging sapi, ada yang mengonsumsi daging ayam atau kalkun, ada yang mengonsumsi makanan tinggi protein non-daging (olahan kedelai atau kacang-kacangan). Setiap diet diubah setelah empat minggu dan setiap kali menjalankan program diet baru, mereka harus menjalani tes darah.

Hasil dari penelitian ini adalah, diet mengonsumsi daging merah dan daging unggas sama-sama meningkatkan kadar kolesterol jahat. Meski terlihat mengejutkan, para ahli menyebut di dalam daging unggas juga terdapat lemak jenuh seperti pada kulit daging ayam atau bagian berlemak lainnya. Hal inilah yang bisa memicu kolesterol tinggi.

Melihat fakta ini, kita memang harus cermat dalam memilih makanan, termasuk dalam hal mengonsumsi daging-dagingan jika memang tidak ingin terkena masalah kolesterol tinggi.

Dampak makan daging ayam terlalu sering

Dari berbagai macam daging unggas yang bisa kita konsumsi, daging ayam cenderung lebih sering kita makan dibandingkan dengan jenis daging lainnya. Masalahnya adalah, terlalu sering mengonsumsinya juga bisa membahayakan kesehatan.

Berikut adalah beberapa dampak kesehatan yang bisa didapatkan jika terlalu sering makan daging ayam.

  1. Bisa memicu sakit kepala

Kebanyakan daging ayam yang dijual di pasaran adalah ayam negeri atau ayam boiler. Ayam-ayam ini sayangnya dipelihara dengan mendapatkan berbagai jenis obat-obatan dan suntikan kimia. Bahkan, pakan ayam negeri juga memiliki kandungan kimia yang bisa saja memicu datangnya sakit kepala atau gangguan kesehatan lainnya jika masuk ke dalam tubuh.

  1. Memiliki kandungan karsinogen

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, daging ayam boiler cenderung rentan terpapar bahan kimia. Masalahnya adalah bisa jadi bahan kimia ini bersifat karsinogen atau bisa menyebabkan datangnya kanker.

  1. Bisa menyebabkan gangguan pencernaan

Jika tidak diolah dengan baik, maka daging unggas bisa menyebabkan gangguan pencernaan. Hal ini disebabkan oleh adanya bakteri atau kuman yang bisa menyebabkan datangnya masalah kesehatan tersebut.

  1. Bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh

Salah satu kandungan yang sering disuntikkan pada daging ayam negeri adalah antibiotik. Tujuan dari hal ini sebenarnya adalah agar ayam tidak mudah sakit. Masalahnya adalah kandungan ini bisa mengendap di dalam daging ayam yang kita konsumsi dan akhirnya mengganggu sistem kekebalan tubuh dengan signifikan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi