Asam oksalat adalah senyawa alami yang ditemukan pada sayuran hijau, buah-buahan, cokelat, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Apa yang terjadi pada tubuh jika Anda mengonsumsi makanan yang mengandung senyawa ini? Simak penjelasan selengkapnya.
Apa Itu Asam Oksalat?
Asam oksalat adalah adalah senyawa yang umumnya terdapat pada sayuran hijau. Selain dari makanan, senyawa ini juga diproduksi oleh tubuh. Nutrisi seperti vitamin C dapat diubah menjadi senyawa ini saat dimetabolisme.
Setelah dikonsumsi, senyawa ini dapat mengikat mineral termasuk kalsium oksalat dan zat besi oksalat. Proses ini sebagian besar terjadi di usus besar, tetapi juga dapat terjadi di ginjal dan bagian lain dari saluran kemih. Setelah itu senyawa ini kemudian dibuang melalui tinja atau urine.
Pada beberapa orang, diet tinggi asam oksalat dikaitkan dengan peningkatan risiko batu ginjal dan masalah kesehatan lainnya.
Makanan dan Minuman yang Mengandung Asam Oksalat
Seperti penjelasan sebelumnya, senyawa ini ditemukan di beberapa makanan dan diproduksi sebagai produk limbah oleh tubuh. Pada beberapa orang, terlalu banyak senyawa ini di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal.
Berikut ini adalah berbagai makanan dan minuman tinggi oksalat yang sebaiknya Anda ketahui, antara lain:
- Kacang polong.
- Bir.
- Bit.
- Berries.
- Cokelat.
- Kopi.
- Cranberry.
- Bayam.
- Buah geluk.
- Jeruk.
- Rhubarb.
- Soda (cola).
- Susu dan kacang kedelai.
- Ubi jalar.
- Teh (hitam).
- Tahu.
- Dedak gandum.
- Bubuk kakao.
- Kubis.
- Lobak hijau.
- Andewi.
- Belimbing.
- Swiss chard, sayuran yang merupakan satu keluarga dengan kale dan bayam.
Beberapa pendukung diet rendah oksalat mengatakan bahwa sebaiknya Anda harus menghindari beberapa makanan di atas karena memiliki efek negatif pada kesehatan. Namun, banyak di antaranya adalah makanan sehat yang mengandung antioksidan, serat, dan nutrisi penting lainnya. Oleh karena itu, bukanlah ide yang baik untuk sepenuhnya berhenti makan makanan tinggi oksalat.
Efek Samping Asam Oksalat
Biasanya, kalsium dan sejumlah kecil oksalat keluar dari tubuh melalui urine pada saat yang bersamaan, tetapi tetap larut dan tidak menimbulkan masalah. Namun, kedua zat tersebut terkadang mengikat untuk membentuk kristal.
Batu Ginjal
Pada beberapa orang, kristal ini dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal, terutama bila oksalat tinggi dan volume urine rendah.
Batu ginjal yang kecil sering kali tidak menimbulkan masalah, tetapi batu besar dapat menyebabkan rasa sakit yang parah, mual, dan darah dalam urine saat berpindah melalui saluran kemih. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium oksalat.
Bagi Anda yang pernah mengalami batu ginjal biasanya disarankan untuk untuk meminimalkan konsumsi makanan tinggi asam oksalat.
Namun, pembatasan oksalat secara menyeluruh tidak lagi direkomendasikan untuk setiap orang dengan batu ginjal. Hal ini karena sebagian besar oksalat yang ditemukan dalam urine diproduksi oleh tubuh, bukan diserap dari makanan.
Beberapa dokter umumnya hanya menganjurkan melakukan diet rendah oksalat yang ketat (kurang dari 50 miligram per hari) untuk pasien yang memiliki kadar oksalat tinggi dalam urine.
Oleh karena itu, penting untuk menguji dari waktu ke waktu untuk mengetahui seberapa banyak pembatasan yang diperlukan.
Baca Juga: 12 Obat Batu Ginjal yang Bisa Anda Gunakan (Medis dan Herbal)
Mengurangi Penyerapan Mineral Lain
Selain ginjal, masalah kesehatan yang terkait dengan asam oksalat adalah ia dapat mengikat mineral lain dalam usus dan mencegah tubuh menyerapnya.
Misalnya, bayam mengandung kalsium dan oksalat yang tinggi, hal itu membuat banyak kandungan kalsium dari bayam yang diserap ke dalam tubuh berkurang. Selain itu, konsumsi serat dan oksalat bersamaan juga dapat menghambat penyerapan nutrisi.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa hanya beberapa mineral dalam makanan yang akan berikatan dengan oksalat.
Meski penyerapan kalsium dari bayam berkurang, namun penyerapan kalsium dari susu tidak terpengaruh saat susu dan bayam dikonsumsi bersamaan.
Kondisi Usus Pengaruhi Penyerapan Asam Oksalat
Makanan yang mengandung senyawa ini dapat diuraikan oleh bakteri di dalam usus. Bakteri Oxalobacter formigenes justru memanfaatkannya sebagai sumber energi, di mana hal ini secara signifikan mengurangi jumlah yang diserap tubuh.
Namun, beberapa orang tidak memiliki banyak bakteri ini di ususnya karena antibiotik menurunkan jumlah koloni O. formigenes colonies. Terlebih lagi orang dengan penyakit radang usus memiliki peningkatan risiko terkena batu ginjal, hal itu dikarenakan sebagian penderita tidak dapat mengatur jumlah oksalat yang diserap.
Selain itu, peningkatan kadar senyawa ini juga telah ditemukan dalam urine pasien yang menjalani operasi bypass lambung atau operasi lain yang mengubah fungsi usus.
Kesimpulannya, orang-orang yang sedang mengonsumsi antibiotik atau menderita disfungsi usus dapat memperoleh lebih banyak manfaat dari diet rendah asam oksalat.
Berbagai Upaya untuk Mengurangi Pembentukan Batu Ginjal
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko pembentukan kristal kalsium oksalat, di antaranya:
1. Kurangi Makanan yang Mengandung Tinggi Oksalat
Semakin banyak oksalat yang diserap dari saluran pencernaan, semakin banyak senyawa ini dalam urine. Beberapa makanan yang harus dibatasi adalah kentang goreng, kacang/selai kacang, buah bit, rhubarb, dedak gandum, dan bayam.
Meski begitu, Anda tidak perlu menghentikan makanan sehat lain yang mengandung oksalat. Faktanya, oksalat tidak dapat dihindari karena sebagian besar makanan nabati memilikinya.
2. Meningkatkan Asupan Kalsium
Jumlah kalsium yang rendah dalam makanan akan meningkatkan peluang pembentukan batu ginjal kalsium oksalat. Pola makan yang kaya kalsium membantu mengurangi jumlah oksalat yang diserap oleh tubuh, sehingga batu ginjal lebih kecil kemungkinannya untuk terbentuk.
3. Membatasi Makanan yang Mengandung Vitamin C
Metabolisme vitamin C dalam tubuh dapat menghasilkan asam oksalat. Vitamin C dosis besar dapat meningkatkan jumlah oksalat dalam urine, di mana hal itu meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Jika Anda mengonsumsi suplemen, jangan mengonsumsi lebih dari 500 mg dalam sehari.
4. Penuhi Kebutuhan Cairan Tubuh
Sangat penting untuk minum banyak air putih setidaknya 10 sampai 12 gelas sehari. Namun, sumber asupan cairan tidak selalu berasal dari air putih, Anda juga bisa memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan mengonsumsi berbagai makanan yang mengandung banyak air seperti semangka, melon, jeruk, tomat, mentimun, susu, atau yoghurt.
5. Asupan Protein dalam Jumlah yang Tepat
Makan protein dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Oleh karena itu, kebutuhan protein harian biasanya dapat dipenuhi dengan 2-3 porsi sehari atau 100 hingga 170 gram.
6. Mengurangi Jumlah Natrium
Cobalah batasi asupan natrium dalam makanan menjadi 2-3 gram per hari. Batasi makanan olahan seperti daging deli, sosis, produk kalengan, mi instan, saus, dan minuman manis dalam kemasan. Jika kadar natrium dalam tubuh mengalami peningkatan, kemampuan ginjal bisa menurun dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
- Anonim. Foods High in Oxalate. https://www.uofmhealth.org/health-library/aa166321. (Diakses pada 30 Desember 2020).
- Anonim. Kidney Stones: Oxalate-Controlled Diet. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/11066-kidney-stones-oxalate-controlled-diet. (Diakses pada 30 Desember 2020).
- Spritzler, Franziska. 2017. Oxalate (Oxalic Acid): Good or Bad?. https://www.healthline.com/nutrition/oxalate-good-or-bad. (Diakses pada 30 Desember 2020).