Terbit: 26 March 2019
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Alergi makanan adalah jenis alergi yang kerap dialami sejumlah orang, sebagai bentuk respons terhadap protein dalam makanan tertentu. Di antara makanan yang menyebabkan alergi, telur masuk di dalamnya. Apa itu alergi telur? Apa penyebab alergi telur? Apa ciri dan gejala alergi telur? Bagaimana cara mengobati dan mencegah alergi telur?

Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahan

Apa Itu Alergi Telur?

Alergi telur adalah reaksi atipikal dari sistem kekebalan tubuh ketika menanggapi protein yang terdapat pada telur maupun makanan mengandung telur. Dampaknya, sistem imun mendeteksi protein telur sebagai sesuatu yang berbahaya dan mengancam sehingga tubuh melakukan ‘aksi’ penolakan yang ditandai dengan munculnya reaksi alergi.

Sama seperti reaksi alergi pada umumnya, jangka waktu munculnya gejala alergi telur berbeda-beda tiap orang, tergantung dari seberapa cepat respons sistem imunnya. Ada yang tubuhnya langsung bereaksi sesaat setelah mengonsumsi telur, ada juga yang baru bereaksi beberapa jam atau beberapa hari kemudian pasca makan telur dan makanan olahan telur.

Penyebab Alergi Telur

Penyebab alergi telur utamanya karena reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh terhadap kandungan protein yang dimiliki telur. Atas dasar ini, protein telur dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan dan tubuh segera memproduksi zat antibodi guna menghalau protein yang sejatinya tidak berbahaya tersebut.

Aktivitas penolakan ini ditandai dengan pelepasan histamin dan sejumlah zat kimia lainnya. Nah, proses terlepasnya histamin tersebutlah yang memunculkan gejala alergi telur.

Selain itu, faktor usia juga memengaruhi tingkat kemungkinan seseorang mengalami alergi telur. Anak-anak usia 6-15 bulan rentan mengalami alergi telur. Bahkan, seorang bayi yang minum ASI ibunya yang mengonsumsi telur juga bisa terkena alergi telur. Sementara itu, usia remaja dan dewasa jarang terkena alergi telur, meskipun kemungkinannya tetap ada.

Penyebab alergi telur lainnya meliputi:

  • Faktor genetik, yakni jika orang tua memiliki riwayat alergi, maka keturunannya juga berpotensi mengalami alergi
  • Penyakit Eksim Atopik, yakni penyakit kulit berupa munculnya ruam dan gatal berkepanjangan pada kulit

Ciri dan Gejala Alergi Telur

Alergi telur dapat dikenali melalui sejumlah gejala, yang rata-rata tidak jauh berbeda dengan gejala alergi makanan pada umumnya. Gejala alergi telur bisa bersifat ringan, bisa juga cukup serius dan membutuhkan penangan medis khusus.

Berikut ini gejala atau ciri-ciri alergi telur yang perlu Anda ketahui dan waspadai.

1. Ruam Pada Kulit

Munculnya ruam pada kulit adalah salah satu gejala khas alergi telur. Reaksi alergi telur berupa ruam kulit bisa timbul sesaat atau beberapa hari setelah mengonsumsi telur atau makanan mengandung telur. Ruam berwarna kemerahan dan disertai dengan atau tanpa penonjolan kulit.

2. Pembengkakan

Selain ruam, pembengkakan juga lazim terjadi saat seseorang mengalami reaksi alergi telur. Pembengkakan akibat alergi telur ini terdapat di sejumlah bagian tubuh, seperti bibir, wajah, dan kelopak mata.

3. Gatal

Reaksi alergi telur akibat pelepasan histamin di dalam tubuh bisa berupa rasa gatal pada beberapa bagian tubuh, contohnya mata, bibir, telinga, dan tenggorokan, tangan, dan kaki. Reaksi gatal ini umumnya langsung muncul beberapa saat setelah konsumsi telur.

4. Gangguan Pencernaan

Gangguan pencernaan adalah gejala alergi telur yang sebenarnya jarang terjadi, namun bukan tidak mungkin gejala satu ini menimpa Anda sebagai penderita alergi telur. Gejala yang biasanya muncul yakni sakit perut, perut mual, dan muntah.

5. Hidung Tersumbat

Hidung tersumbat? Mungkin terdengar janggal karena biasanya, hidung tersumbat adalah gejala alergi debu. Hidung tersumbat—sama seperti gangguan pencernaan—memang jarang terjadi pada kasus alergi telur. Kendati begitu, kondisi ini ternyata juga termasuk salah satu gejala alergi telur.

6. Gejala Anafilaksis

Sementara itu, reaksi alergi telur juga bisa bersifat serius dan bahkan sampai mengancam jiwa. Ini disebut sebagai reaksi anafilaksis dan umumnya ditandai dengan sejumlah gejala, seperti:

  • Susah bernapas
  • Denyut nadi berdetak lebih kencang
  • Tekanan darah menurun
  • Kepala pusing
  • Hilang kesadaran (pingsan)

Gejala alergi telur seperti ini perlu penanganan medis serius sebelum kondisinya bertambah parah. Segera periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut.

Pada beberapa orang yang memiliki sensitivitas berlebih terhadap telur, selain reaksi alergi di atas, bisa juga disertai munculnya jerawat atau bisul di beberapa bagian tubuh.

Diagnosis Alergi Telur

Prosedur diagnosis alergi telur sama seperti prosedur diagnosis jenis alergi lainnya, yaitu terdiri dari wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Dokter akan meminta pasien untuk menjelaskan keluhan yang dialami. Selain itu, dokter akan bertanya seputar riwayat kesehatan, riwayat pemakaian obat-obatan, hingga gaya hidup pasien. Sesi wawancara (anamnesis) ini akan menghasilkan simpulan awal (hipotesis) yang penting guna menentukan penyebab pasti reaksi alergi telur dan metode pengobatan yang sesuai.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah tahap anamnesis, pasien akan diperiksa kondisi fisiknya dengan memerhatikan sejumlah gejala umum dari alergi telur, seperti ruam pada kulit, mata berair, dan bibir bengkak.

3. Pemeriksaan Penunjang

Guna memperjelas indikasi alergi udang, sejumlah pemeriksaan penunjang turut dilakukan. Pemeriksaan penunjang ini terdiri dari tes tusuk jarum (skin prick test), tes tempel plester (patch test), dan tes IgE Total.

  • Tes Tusuk Jarum (Skin Prick Test)

Dokter akan menusukkan sebuah jarum khusus yang telah diberi ekstrak protein penyebab alergi (alergen) yang ada pada telur ke kulit pasien. Hasil tes akan dapat diketahui 15 menit kemudian. Apabila kulit mengalami  iritasi, maka dipastikan pasien memiliki alergi terhadap telur.

  • Tes Tempel Plester (Patch Test)

Tes tempel plester atau patch test adalah tes reaksi alergi lainnya yang kerap ditempuh oleh dokter. Tes ini pada dasarnya sama dengan tes tusuk jarum atau skin prick test. Hanya, medium yang digunakan berbeda, yakni plester alih-alih jarum.

Plester khusus diberi ekstrak protein alergen pada telur, kemudian ditempelkan pada kulit dan dibiarkan selama 48 jam tanpa boleh terkena air. Setelah 48 jam, plester akan dibuka oleh dokter. Jika area kulit yang ditempeli mengalami iritasi, ini menandakan bahwa pasien positif mengalami alergi telur.

  • IgE Total

Khusus pasien alergi telur yang kurang atau terlalu sensitif dengan 2 (dua) tes sebelumnya, dokter akan menempuh metode IgE Total, yakni dengan cara mengambil sampel darah dan memeriksa imunoglobulin di dalamnya, apakah berpotensi memicu reaksi alergi atau tidak.

Pengobatan Alergi Telur

Cara mengatasi alergi telur menyesuaikan dengan tingkat keparahan alergi yang dialami. Anda bisa memanfaatkan sejumlah bahan herbal untuk meredakan gejala alergi telur. Bahan herbal tersebut di antaranya:

  • Minyak biji jarak
  • Jahe
  • Madu
  • Lemon

Sejumlah obat-obatan kimia juga patut untuk dikonsumsi guna mengatasi alergi telur yang Anda rasakan. Obat antihistamin seperti clemastine, ketotifen, hydroxyzine, loratadine, dan cetirizine efektif dalam meredakan ciri-ciri alergi telur semisal gatal.

Pada gejala alergi telur berupa pembengkakan, maka obat kortikosteroid menjadi solusi ideal penghilang gejala tersebut. Apabila alergi telur sudah ditandai dengan gejala anafilaksis, maka dokter akan memberikan suntikan adrenalin pada pasien.

Pencegahan Alergi Telur

Alergi telur adalah kondisi atipikal dari sistem imun tubuh yang tidak bisa disembuhkan. Penggunaan obat-obatan hanya berfungsi untuk meredakan gejala yang muncul. Langkah pencegahan alergi telur adalah dengan sebisa mungkin menghindari konsumsi telur maupun makanan-makanan yang mengandung telur.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi