Terbit: 20 June 2018 | Diperbarui: 7 November 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di iklim tropis, masalah penyakit kulit adalah salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Luka bakar adalah cedera pada kulit yang cukup sering dialami. Lantas, bagaimana penggunaan salep luka basah yang tepat?

12 Cara Mengatasi Masalah pada Kulit yang Luka

Berbagai Cara Mengatasi Masalah pada Kulit

Meski sejumlah faktor dapat dikenali, tahukah Anda bahwa untuk mengatasi masalah kulit dibutuhkan penanganan yang berbeda. Hal itu dikarenakan tidak semuanya dapat di atasi dengan salep luka basah. Berikut penjelasannya:

1. Tidak semua penyakit kulit diobati dengan salep yang sama

Ada beragam penyakit kulit dengan berbagai macam penyebab. Beberapa diantaranya disebabkan oleh faktor dari luar, seperti luka. Luka pada kulit pun berbagai macam jenisnya. Ada luka lecet, luka serut, luka sayat, luka terbuka, luka tusuk, luka akibat gigitan, dan luka bakar.

Perawatan luka perlu penanganan khusus. Luka yang dangkal dapat ditangani sendiri, sementara luka yang lebih dalam biasanya membutuhkan tindakan penjahitan dan perawatan khusus.

Bagaimana jika luka yang dirawat sering bermasalah? Yang pertama-tama dapat dilakukan adalah merawat luka secara benar dari awal terjadinya luka. Bersihkan luka dari segala jenis kotoran maupun kulit yang terkelupas atau terkoyak.

Jika luka cukup dalam, setelah dibersihkan luka perlu dibasuh dengan cairan peroksida (bisa dibeli bebas di apotek). Tujuannya untuk mengangkat kuman tetanus yang sudah menempel pada luka. Cairan yang menghasilkan busa ini membentuk zat asam di dalam luka yang merupakan suasana yang tidak disukai oleh bakteri tetanus.

2. Tidak semua luka harus ditutup rapat

Sementara itu, luka yang ditutup secara ketat dan rapat akan mengganggu proses penyembuhan. Luka akan tetap basah dan jaringan kulit yang baru akan sulit terbentuk, sehingga luka akan lama mengering.

Jika telanjur terinfeksi, luka biasanya menjadi basah berair bahkan bernanah. Luka seperti ini sebaiknya tidak ditutup lagi, tidak pula diberikan salep luka basah atau krim, melainkan dikompres rivanol selama beberapa hari.

Ganti kompres setiap kali kompres sudah mengering. Salep atau krim antibiotika baru diberikan kembali jika luka sudah kering. Luka basah yang diberi salep atau krim akan sulit sembuh. Begitu juga luka yang sudah kering, tidak perlu lagi dikompres.

3. Pemberian suntikan tetanus

Hanya luka terbuka yang terjadi akibat kecelakaan di jalanan sehingga luka akan terkena pasir atau tanah kotor, tertusuk benda tajam atau bahan logam besi yang memerlukan suntikan tetanus. Bakteri penyebab tetanus dapat masuk ke dalam tubuh lewat luka terbuka untuk berkembang biak dan menghasilkan racun yang dapat menempel ke ujung serat saraf.

Terdapat dua jenis suntikan, yakni jenis serum dan jenis toksoid. Jika sudah pernah mendapat suntikan antitetanus atau imunisasi beberapa tahun sebelumnya atau saat masih kecil, cukup diberi serum ATS. Jika Anda belum pernah disuntik tetanus selain ATS, maka dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan suntikan Toksoid Tetanus untuk membentuk zat anti-tetanus.

Jika luka masih basah dan tampak cairan kuning seperti nanah, kemungkinan luka sudah terinfeksi. Jika sudah demikian, tak cukup dengan antisepsis. Tambahkan salep atau krim antibiotika. Jika tidak, luka akan berubah menjadi lebih meradang. Selain menambah lama penyembuhan, juga akan menyisakan bekas atau jaringan parut pada kulit.

Luka yang dirawat dengan benar, dalam beberapa hari akan mengering, merapat, tidak basah, tidak meradang dan tidak nyeri. Sementara luka yang semakin terinfeksi akan terganggu penyembuhannya dan biasanya akan tetap basah, bengkak, dan nyeri.

4. Jangan atasi luka bakar dengan odol

Salah satu tindakan berbahaya yang sering dilakukan untuk mengatasi luka adalah dengan menggunakan odol. Luka bakar perlu dirawat secara steril untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.

Penggunaan odol sama sekali tidak memberi manfaat, tetapi akan memberikan efek buruk. Odol tidak mampu mengatasi virus dan bakteri, sehingga penyakit tetap bisa masuk ke dalam luka.

Luka bakar ringan yang hanya berwarna kemerahan tanpa ada bagian yang melepuh, cukup diolesi salep levertran (salep yang berbahan dasar minyak ikan kod) dan tak perlu ditutup. Sementara itu, luka bakar yang ada gelembung lepuhan sebaiknya tidak dipecahkan. Biarkan saja gelembung itu pecah sendiri.

Setelah gelembung pecah, lindungi dari paparan air sebab kulit di dalamnya masih merupakan kulit muda yang mudah ditembus kuman. Perawatan dengan antisepsis tetap perlu dengan menambah salep levertran. Saat ini ada salep jenis lain yang membantu menumbuhkan jaringan kulit baru.

Sementara itu, luka lepuh bergelembung yang luas butuh perawatan di rumah sakit. Demikian pula luka bakar berat hingga menyebabkan kulit terkelupas sampai dalam, juga tidak dapat dirawat sendiri di rumah.

5. Jahitan luka jangan dibiarkan tidak dibuka

Jika luka sampai dijahit, jangan lupa untuk membuka jahitannya. Sering terjadi, pasien tidak kembali ke dokter untuk melihat perkembangan proses penyembuhan luka atau membuka jahitan. Biasanya jahitan dibuka seminggu kemudian, atau lebih dini jika terjadi infeksi.

Luka yang dijahit bisa saja terinfeksi. Selain bengkak dan nyeri, mungkin ada bagian kulit pada luka jahitan yang mengelupas atau bahkan jahitannya lepas. Jika ini terjadi, maka jahitan perlu dirapikan ulang. Jika tidak dikoreksi, luka akan menyisakan bekas yang kurang pada kulit.

Jahitan luka memang tidak selalu harus dibuka jika memakai cara klem atau dijahit dengan benang yang bahannya dapat diserap kulit. Selama memakai benang dengan bahan yang tidak dapat diserap kulit, jahitan harus dibuka kembali oleh dokter. Jika jahitan tidak dibuka, benang tersebut menjadi benda asing bagi kulit yanga dapat menjadi sumber infeksi.

Bisa jadi, penyembuhan luka tidak berlangsung sempurna dan benangnya akan menyatu terikat oleh jaringan kulit baru. Oleh karena itu, saat Anda disarankan oleh dokter untuk kontrol jahitan pada luka sebaiknya sesuaikan kedatangan Anda dengan waktu yang telah ditentukan oleh dokter.

6. Jangan mencopoti keropeng luka

Luka yang sudah kering dan muncul keropeng sebaiknya tidak digaruk. Keropeng luka yang sudah mengering biasanya menimbulkan rasa gatal. Hal ini sangat wajar terjadi. Biarkan kulit yang bercampur sisa darah dan nanah yang telah mengering agar mengelupas sendiri.

Mencopoti keropeng luka berarti membuka lapisan kulit yang masih muda. Kulit muda belum siap terpapar dunia luar dan belum kuat menghadapi ancaman infeksi. Biarkan proses ini terjadi secara alami. Begitu kulit muda sudah cukup matang, ia akan mendesak keropeng di atasnya untuk terkelupas dengan sendirinya.

Lepasnya keropeng secara tak sengaja biasanya akan mengeluarkan darah, di mana hal ini adalah tanda kulit masih rapuh. Dalam keadaan demikian, berikan salep antibiotik untuk melindungi kulit muda agar tak terinfeksi dan luka tak menjadi basah lagi.

7. Kulit eksim tidak memakai salep jamur

Banyak ragam penyakit kulit yang kelihatannya serupa, namun kenyataannya tidak sama, eksim misalnya. Eksim kerap kali disangka jamur sehingga banyak orang memberikan obat jamur. Pemberian obat yang tidak tepat tak akan membuat penyakit kulit Anda sembuh.

Penyakit kulit itu spesifik obatnya. Jika obat tidak tepat, kelainan kulitnya pun jadi kacau dan majemuk. Banyak salep kulit dijual, bukan berarti serbaguna buat penyakit atau kelainan kulit apa saja.

Jika tak tepat pilihan obatnya, penyakit kulitnya malah bertambah parah. Penyakit kulit yang sudah parah akan lebih pelik menyembuhkannya.

8. Penyakit kulit basah tidak disalepi dulu

Penyakit kulit yang tidak dirawat secara benar sering kali berkembang menjadi infeksi kulit. Kondisi ini membuat kulit menjadi basah. Gangguan ini sering disebut sebagai eksim basah.

Eksim yang digaruk keras akan menjadi luka dan basah. Dalam keadaan demikian, salep luka basah tidak menolong. Penyakit kulit basah harus dilawan dengan basah lagi, yakni mengompresnya.

Kompres dibasahi berkala setiap beberapa jam setiap kali kompres mengering. Tujuan kompres adalah menyedot getah yang membasahi. Setelah mengering, baru diberi obat eksim.

Eksim sering sudah tercemar infeksi akibat digaruk, atau bisa juga tercemar jamur. Eksim terinfeksi kuman dan jamur tak sembuh hanya dengan obat eksim, namun perlu ditambah antibiotika dan anti-jamur.

9. Jangan lanjutkan pemakaian obat jika tak sembuh

Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan oleh mereka yang mengalami kulit luka adalah bagaimana tanda luka infeksi akan sembuh? Sering kali orang menganggap penyakit kulit umumnya berlangsung lama, sehingga pemakaian obat tidak dibatasi kendati penyakitnya tidak kunjung sembuh.

Kudis adalah penyakit kulit yang sering luput terdiagnosis. Gambaran kulit pada kudis tidak begitu tegas. Kelihatan hanya bintik-bintik bentol kecil merah, biasanya di bagian kulit yang tipis dan empuk, seperti di sela jemari tangan, pergelangan tangan, di perut, dan kulit bokong.

Kudis bisa menular pada anggota keluarga. Lewat pegangan, singgungan kulit, atau hubungan kelamin. Kutu kudis bersarang di lapisan kulit, keluar malam hari dan menimbulkan rasa gatal yang parah.

10. Reaksi alergi kulit tak selalu memerlukan salep atau krim

Sering pula kulit mengalami reaksi alergi. Tanda yang ringan hanya biduran atau gatal-gatal di beberapa bagian tubuh. Sementara yang berat, bisa mengelupas, lepuh, hingga muncul gelembung-gelembung cairan sekujur badan.

Pada dasarnya obat alergi kulit yang umum dikonsumsi yaitu antialergi. Jika berat, butuh suntikan antihistamin. Kulitnya pun akan diberikan obat bedak antigatal.

Sementara jika berat dan mengelupas, baru diberikan antihistamin krim atau lotion. Alergi kulit yang hebat dan berbekas terjadi pada alergi terhadap antibiotika golongan sulfa.

Orang yang berbakat alergi perlu berhati-hati jika diberi obat golongan sulfa. Gejalanya, bibir terasa tebal, gatal, lalu tumbuh eksim menyerupai tompel di sekitar bibir yang biasanya membekas seumur hidup.

11. Hindari infeksi agar tidak menyisakan bekas pada kulit

Sebisa mungkin, jika Anda memiliki luka atau penyakit kulit jangan sampai terinfeksi. Meski begitu tergantung jenis luka dan penyakit kulitnya, lapisan kulit yang terkena bisa dalam, bisa juga dangkal. Semakin dalam kelainan kulit, semakin besar risiko menyisakan bekas setelah menyembuh.

Agar tidak sampai terjadi bekas luka, rawatlah luka dengan benar sejak awal. Jika luka atau penyakit kulit lain sampai terinfeksi akibat buruknya perawatan luka, maka luka yang membekas sukar untuk ditangani.

12. Beritahu dokter jika memiliki keloid

Bagi Anda yang memiliki keloid, pertanyaan mengenai salep untuk menumbuhkan jaringan kulit baru sepertinya akan sulit untuk dijawab. Kenapa sulit dijawab? pada beberapa kasus, terdapat orang yang memiliki bakat keloid, di mana setiap sembuh dari luka, bentol akan terbentuk di sekitar luka seperti daging tumbuh.

Risiko ini bisa dicegah dengan memberikan suntikan khusus selama luka. Termasuk jika hendak dioperasi, dokter perlu diberitahu kalau Anda mempunyai bakat keloid, sehingga pada luka bekas operasi diberikan obat khusus mencegah terbentuknya keloid.

Keloid yang sudah terbentuk bisa disuntik berulang kali untuk mengempiskan benjolannya, namun tidak bisa membuat kulis mulus sempurna.

Informasi kesehatan ini telah ditinjau oleh dr. Stephanie Pangestian


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi