Tifoid (demam tifoid) adalah penyakit serius yang menyerang usus halus ditimbulkan oleh bakteri yang disebut Salmonella Typhi. Tifoid menyebabkan demam tinggi, kelelahan, kelemahan, sakit perut, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, dan terkadang ruam. Jika tidak diobati, bisa membunuh hingga 30% orang yang mengalaminya.
Beberapa orang yang terkena tifoid menjadi “carrier” (pembawa), yang bisa menyebarkan penyakit ini ke orang lain tanpa harus memiliki gejala yang nyata. Permasalahan tifoid semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan
Umumnya orang terkena tifoid dari makanan atau air yang terkontaminasi. Tifoid jarang terjadi di negara maju, dan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan daerah-daerah di Eropa biasanya mendapatkan penyakit tifoid sebagian besar saat bepergian. Di negara-negara maju seperti di Eropa, tidak ditemukan informasi yang memadai tentang program pengendalian tifoid. Mengingat faktor risiko kejadian tifoid seperti akses air besih, higiene, dan sanitasi, serta kemiskinan bukan merupakan masalah, maka pencegahan tifoid lebih difokuskan pada pemberian vaksinasi pada wisatawan yang berkunjung ke negara-negara endemis tifoid dengan melakukan vaksinasi.
Tifoid menyerang sekitar 21 juta orang setahun di seluruh dunia dan membunuh sekitar 200.000 orang. Studi yang dilakukan di daerah urban di beberapa negara Asia pada anak usia 5-15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai 180-194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5-15 tahun sebesar 400-500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100-200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk.
Rekomendasi WHO dan PP IDAI
Vaksin tifoid bisa mencegah tifoid. Vaksin untuk tifoid sudah tersedia dan direkomendasikan oleh Satuan Tugas Imunisasi PP IDAI untuk diberikan mulai anak usia 2 tahun, diulang setiap 3 tahun. Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat endemik dan mengancam kesehatan masyarakat.
Badan Kesehatan Dunia (WHO)/ Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) merekomendasikan penggunaan vaksin tifoid, yaitu perlunya negara mencanangkan program penggunaan vaksin tifoid untuk kontrol endemik. Pada banyak negara, vaksinasi dilakukan pada populasi berisiko tinggi, dan diintegrasikan dengan program imunisasi rutin. Imunisasi pada anak usia pra sekolah dan sekolah direkomendasikan untuk daerah dimana tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat khususnya pada kelompok umur ini. Program vaksinasi tifoid juga diimplementasikan bersamaan dengan upaya pengendalian lain, seperti promosi kesehatan, pelatihan petugas medis untuk diagnosis dan pengobatan serta peningkatan kualitas air dan sanitasi.
Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam program pengendalian tifoid di Indonesia, namun beberapa peluang dapat dimanfaatkan dalam melakukan pencegahan dan menurunkan angka kesakitan tifoid, yaitu:
- Peran pemerintah dalam program pengendalian tifoid
- Pengembangan kegiatan pemberian perlindungan khusus (vaksinasi) yang lebih luas di Indonesia
- Peran agen perjalan dalam pencegahan tifoid pada wisatawan
- Peran jejaring kerja dalam program pengendalian tifoid
- Peran masyarakat dalam program pengendalian tifoid
- Akreditasi rumah sakit
- Peran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam pengobatan penderita tifoid