Terbit: 2 March 2020 | Diperbarui: 26 January 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Mengetahui status gizi anak menjadi penting agar orang tua apakah anaknya sudah mendapatkan gizi yang cukup guna menunjnag tumbuh kembangnya. Simak penjelasan mengenai status gizi untuk usia anak-anak mulai dari definisi, tolak ukur, hingga cara menghitungnya. Ketahui juga apa saja masalah kesehatan terkait kekurangan gizi berikut ini!

Status Gizi Anak: Indikator dan Cara Menghitung

Apa Itu Status Gizi Anak?

Status gizi anak adalah tolak ukur dari terpenuhi atau tidaknya gizi harian anak sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang telah ditetapkan per usia (dari mulai usia bayi hingga remaja), pun apakah gizi tersebut sudah digunakan seoptimal mungkin atau belum.

Hal ini lantas menjadi penting untuk diketahui dan dipahami mengingat gizi yang tercukupi—dan digunakan secara optimal—membuat anak yang notabene sedang dalam masa pertumbuhan benar-benar tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebaliknya, kurangnya asupan gizi pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan tersebut dan justru menimbulkan sejumlah masalah kesehatan.

Apa Saja Indikator Status Gizi Anak?

Dalam penilaian status gizi anak, ada beberapa hal yang dijadikan indikator. Akan tetapi, jika Anda berpikir bahwa salah satu dari indikator tersebut adalah indeks massa tubuh (IMT) sebagaimana layaknya ketika menilai status gizi orang dewasa, maka hal ini rasanya kurang tepat.

Pasalnya, IMT diukur berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Sementara itu, usia anak-anak (0-18 tahun) merupakan periode di mana tubuh masih sangat dinamis. Artinya, baik itu berat maupun tinggi badan masih akan terus bertambah. Pengukuran status gizi berdasarkan IMT lebih tepat dilakukan apabila tubuh sudah berhenti mengalami perkembangan.

Alih-alih IMT, indikator atau variabel yang digunakan untuk menilai status gizi dalam konteks usia anak-anak adalah sebagai berikut (merujuk pada Kementerian Kesehatan RI):

1. Usia

Usia merupakan indikator yang bisa memberikan informasi cukup jelas kepada Anda apakah si buah hati tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak lain yang seusia dengannya.

Kendati demikian, perlu disadari juga bahwa setiap anak memiliki agresivitas tumbuh kembang yang berbeda-beda yang mana hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti genetik dan sebagainya. Jadi, jangan langsung merasa khawatir apabila pertumbuhan anak Anda tidak sama dengan anak-anak lain yang berusia sama.

Alih-alih khawatir, sebaiknya segera periksakan anak Anda ke dokter spesialis gizi guna mendapat informasi lebih lanjut.

2. Jenis kelamin

Variabel selanjutnya dalam mengidentifikasi status gizi buah hati Anda adalah jenis kelamin. Ya, faktanya jenis kelamin juga memiliki peran penting dalam memengaruhi tumbuh kembang manusia.

Idealnya, anak perempuan memiliki agresivitas pertumbuhan yang lebih tinggi ketimbang anak laki-laki. Jadi, Anda juga harus banyak-banyak menggali informasi mengenai proses tumbuh kembang anak berdasarkan jenis kelaminnya tersebut.

3. Berat Badan

Berat badan menjadi indikator penilaian status gizi anak lainnya yang juga bisa Anda jadikan acuan apakah buah hati tercinta terpenuhi gizinya dan proses tumbuh kembangnya berjalan optimal atau justru tidak.

Untuk hal ini, Anda bisa merujuk pada rata-rata berat badan ideal sesuai usia yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI yaitu:

  • Usia 0-5 bulan: 3-6 kg
  • Usia 6-11 bulan: 9 kg
  • Usia 1-3 tahun: 13 kg
  • Usia 4-6 tahun: 19 kg
  • Usia 7-9 tahun: 27 kg
  • Usia 10-12 tahun: 36 kg (laki-laki), 38 kg (perempuan)
  • Usia 13-15 tahun: 50 kg (laki-laki), 48 kg (perempuan)
  • Usia 16-18 tahun: 60 kg (laki-laki), 52 kg (perempuan)

4. Tinggi Badan

Selain berat badan, jangan lupa juga untuk memerhatkan tinggi badan anak Anda untuk mengetahui status gizinya.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwasanya menilai tinggi badan tidaklah sama dengan menilai berat badan. Pasalnya, pertumbuhan tinggi badan tidak seagresif berat badan yang bisa berubah dengan cepat (biasanya karena frekuensi makan yang banyak).

Tinggi badan tidak seperti itu. Hal ini bisa saja turut dipengaruhi oleh berbagai faktor dari semenjak anak dilahirkan, seperti kualitas ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang diberikan. Kendati demikian—sama seperti berat badan—faktor genetik juga masih memainkan peran penting dalam tolak ukur gizi anak yang satu ini.

Berikut adalah ukuran tinggi badan ideal menurut Kemenkes RI:

  • Usia 0-5 bulan: 50-60 cm
  • Usia 6-11 bulan: 72 cm
  • Usia 1-3 tahun: 92 cm
  • Usia 4-6 tahun: 113 cm
  • Usia 7-9 tahun: 130 cm
  • Usia 10-12 tahun: 145 cm (laki-laki), 147 cm (perempuan)
  • Usia 13-15 tahun: 163 cm (laki-laki), 156 cm (perempuan)
  • Usia 16-18 tahun: 168 cm (laki-laki), 159 cm(perempuan)

5. Lingkar Kepala

Sementara itu, lingkar kepala dalam kaitannya dengan status gizi anak adalah untuk mengukur apakah tumbuh kembang otak berjalan dengan baik yang mana hal ini artinya gizi juga terpenuhi, atau justru yang terjadi sebaliknya yakni pertumbuhan otak mengalami masalah tertentu.

Pengukuran lingkar kepala disarankan untuk dilakukan setiap bulan. Anda bisa membawa si kecil ke rumah sakit, puskesmas, atau posyandu untuk melakukan pengukuran tersebut. Nantinya, hasil pengukuran akan berujung pada 3 (tiga) kategori yaitu:

  • Terlalu kecil (mikrosefali)
  • Normal
  • Terlalu besar (makrosefali)

Lingkar kepala yang terlalu kecil atau besar menandakan adanya masalah pada proses tumbuh kembang otak sehingga perlu untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Cara Menghitung Status Gizi Anak

Dalam melakukan penilaian status gizi, metode yang digunakan adalah antropometri. Metode ini terbagi ke dalam beberapa klasifikasi yakni rentang usia, berat badan, dan tinggi badan.

Berikut ini adalah cara menghitung status gizi anak menggunakan metode antropometri berdasarkan WHO Child Growth Standards (untuk anak usia 0-60 bulan), dan The WHO Reference 2007 (untuk anak usia 5-18 tahun).

1. Cara Menghitung Status Gizi Anak Usia 0-60 Bulan

Untuk anak usia 0-60 bulan, cara menilai apakah status gizinya baik atau tidak dapat dilihat dari faktor-faktor berikut ini:

Berat Badan Berdasarkan Umur (BB/U)

Variabel ini digunakan untuk mengetahui berat badan anak apakah ideal, kekurangan, atau kelebihan (obesitas).

Cara menghitung status gizi dilihat dari berat badan untuk anak usia 0-60 bulan adalah sebagai berikut:

  • Berat badan sangat kurang (severely underweight): <- 3 SD
  • Berat badan kurang (underweight): – 3 SD s/d <- 2 SD
  • Berat badan ideal: 2 SD s/d + 1 SD
  • Risiko berat badan berlebih: > + 1 SD

Tinggi Badan Berdasarkan Umur (TB/U)

Variabel ini digunakan untuk mengetahui tinggi badan anak apakah ideal atau justru kurang dari tinggi badan ideal untuk ukuran seusianya.

Cara menghitung status gizi dilihat dari tinggi badan untuk anak usia 0-60 bulan adalah sebagai berikut:

  • Sangat pendek (severely stunted): <-3 SD
  • Pendek (stunted): – 3 SD s/d <- 2 SD
  • Ideal: 2 SD s/d + 3 SD
  • Tinggi: > + 3 SD

Berat Badan Berdasarkan Tinggi Badan (BB/TB)

Variabel ini digunakan untuk mengetahui berat badan anak apakah sesuai dengan berat badan yang dimilikinya saat ini.

Cara menghitung status gizi dilihat dari berat badan berdasarkan tinggi badan untuk anak usia 0-60 bulan adalah sebagai berikut:

  • Gizi buruk (severely wasted): <-3 SD
  • Gizi kurang (wasted): – 3 SD s/d <- 2 SD
  • Gizi baik (normal): 2 SD s/d + 1 SD
  • Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight): + 1 SD s/d + 2 SD
  • Gizi lebih (overweight): + 2 SD s/d + 3 SD
  • Obesitas (obese): > + 3 SD

2. Cara Menghitung Status Gizi Anak Usia 5-18 Tahun

Untuk anak usia 5 sampai 18 tahun, penilaian status gizi anak umumnya berpedoman pada ukuran persentil (CDC 2000). Ukuran ini nantinya dapat mengidentifikasi IMT anak.

Penggunaan pedoman ini dikarenakan pengukuran IMT lebih berterima dalam konteks anak-anak usia 5-18 tahun tersebut. Pasalnya, anak-anak di rentang usia ini memiliki agresivitas tumbuh kembang yang berbeda-beda satu sama lain, kendati memiliki usia yang sama. Oleh sebab itu, penilaian berat maupun tinggi badan dilihat dari usia.

Berikut adalah cara menghitung status gizi anak usia 5 sampai 18 tahun:

  • Gizi kurang (thinness): – 3SD s/d <- 2 SD
  • Gizi baik (normal): -2 SD sd +1 SD
  • Gizi lebih (overweight): + 1 SD sd +2 SD
  • Obesitas (obese): > + 2 SD

Berbagai Macam Permasalahan Gizi pada Anak

Bagaimana, apakah status gizi anak Anda termasuk baik? Semoga iya, ya. Pasalnya, status gizi yang tidak baik menunjukkan jika buah hati Anda memang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi), pun menjadi pertanda bahwa ada yang tidak beres dengan penyerapan gizi tersebut.

Jika terus menerus dibiarkan, anak bisa saja mengalami sejumlah permasalah gizi berikut ini:

  • Kelebihan berat badan (overweight)
  • Kekurangan berat badan (underweight)
  • Tinggi badan kurang (stunting)
  • Kurus (wasting)
  • Obesitas
  • Kwashiorkor
  • Marasmus
  • Marasmik-Kwashiorkor

Nah, itu dia informasi mengenai status gizi anak yang perlu Anda ketahui. Sebagai orang tua, sudah selayaknya Anda selalu memastikan asupan gizi buah hati tercinta selalu terpenuhi guna menunjang tumbuh kembangnya.

Selain itu, periksakan anak Anda ke dokter spesialis gizi secara rutin agar kesehatannya dapat senantiasa terpantau. Semoga bermanfaat!

 

  1. Kemenkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antopometri Anak. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf (Diakses pada 2 Maret 2020)
  2. Kemenkes RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf (Diakses pada 2 Maret 2020)
  3. Kemenkes RI. 2017. Pemantauan Status Gizi Anak Tahun 2017. http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Buku-Saku-Nasional-PSG-2017_975.pdf (Diakses pada 2 Maret 2020)
  4. WHO. 2010. Interpretation Guide. https://www.who.int/nutrition/nlis_interpretation_guide.pdf (Diakses pada 2 Maret 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi