Terbit: 2 January 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Keputihan merupakan cairan bening atau putih yang keluar dari sebuah kelenjar kecil dalam vagina. Cairan ini berguna untuk menjaga kebersihan dan kelembapan area vagina serta berguna untuk melindunginya dari infeksi. Namun, ada beberapa kondisi di mana keputihan dikatakan tidak normal dan menjadi tanda sebuah masalah kesehatan. 

Keputihan: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengobati

Apa itu Keputihan?

Keputihan dikeluarkan dari vagina setiap hari untuk mengangkat sel-sel tua dan kotoran, sehingga area vagina tetap bersih dan lembap.  

Keputihan merupakan bagian dari mekanisme tubuh untuk melumasi, membersihkan, dan melawan bakteri penyebab infeksi pada area vagina. Oleh sebab itu, keluarnya cairan vagina adalah suatu hal yang normal. 

Namun, jika terjadi perubahan warna, tekstur, aroma, atau jumlah daripada keputihan biasanya, maka hal ini bisa menjadi suatu tanda dari masalah kesehatan tertentu.

Baca JugaMengenal 8 Perbedaan PCO dan PCOS, Wanita Harus Tahu!

Gejala Keputihan Normal 

Keputihan dikatakan normal jika berwarna bening atau putih. Cairan yang keluar seharusnya tidak berbau dan kekentalannya bisa berubah tergantung pada siklus menstruasi. 

Karakteristik dari keputihan normal, meliputi:

  • Tekstur: berair, kental, atau lengket. Hal ini normal dan disebabkan oleh perubahan hormon.
  • Warna: bening, berwarna putih susu, atau putih gading
  • Aroma: cairan keputihan bisa berbau tapi tidak boleh beraroma kuat dan tidak enak.
  • Volume: Tergantung pada individu dan beberapa faktor lainnya. Namun, seharusnya tidak berubah secara drastis

Gejala Keputihan Tidak normal

Berikut adalah karakteristik dari keputihan yang tidak normal, antara lain:

  • Tekstur: Lengket dan berbusa yang disertai dengan rasa nyeri dan perubahan warna
  • Warna: Kuning tua, cokelat, hijau, atau abu-abu
  • Aroma: Amis serta aroma tidak sedap yang menyengat, dan disertai dengan perubahan warna dan tekstur
  • Volume: Banyaknya cairan yang berubah secara tiba tiba. 

Tanda-tanda ini bisa menunjukkan adanya masalah pada area vagina, seperti infeksi bakteri.

Perlu diketahui juga, keputihan bisa memiliki berbagai warna dan setiap warna menandakan suatu kondisi kesehatan tertentu. 

Bening

Cairan keputihan pada umumnya berwarna bening atau sedikit putih dengan konsistensi yang licin atau seperti putih telur.

Anda dapat merasakan cairan keputihan bening dan licin sebelum ovulasi, saat terangsang secara seksual, dan selama kehamilan.

Merah

Kategori warna merah bisa beragam, dari merah terang hingga merah gelap cenderung cokelat. Warna ini biasa muncul pada saat menstruasi.

Jika cairan keputihan Anda berwarna merah pada saat tidak menstruasi, maka disarankan untuk mengunjungi dokter. 

Jika Anda sudah mengalami menopause dan tidak pernah menstruasi dalam satu tahun terakhir, maka Anda perlu melakukan konsultasi dengan dokter jika tiba-tiba muncul pendarahan. Kondisi ini bisa menjadi tanda dari kondisi serius, seperti kanker rahim. 

Putih

Kategori warna putih beragam dari warna putih gading atau kuning terang. Jika cairan keputihan dengan warna ini muncul tetapi tidak disertai dengan gejala lain, maka warna putih ini menjadi tanda dari lubrikasi yang sehat.

Namun, jika keputihan memiliki konsistensi putih pekat atau disertai dengan aroma kuat, maka sebaiknya Anda melakukan konsultasi dengan dokter, karena ada kemungkinan munculnya infeksi pada area kewanitaan. 

Warna putih, kental, aroma kuat biasanya berhubungan dengan infeksi jamur. 

Kuning Hijau

Jika keputihan berwarna kuning terang, ini tidak menunjukkan adanya masalah tertentu.

Namun, jika cairan keputihan berwarna kuning, kuning kehijauan, atau hijau, pada umumnya ini merupakan tanda adanya infeksi bakteri atau penyakit menular seksual. 

Abu-abu

Cairan keputihan berwarna abu-abu dapat menjadi tanda adanya infeksi bakteri, yang biasanya disebut dengan bacterial vaginosis (BV). 

Infeksi bakteri ini biasanya disertai dengan nyeri, iritasi, aroma kewanitaan yang kuat, dan kemerahan pada sekitar vulva. 

Penyebab Keputihan 

Keputihan adalah bagian dari fungsi tubuh dan berasal dari perubahan level estrogen dalam tubuh. Jumlah cairan keputihan bisa meningkat dari ovulasi, rangsangan seksual, pil KB, dan kehamilan.

Namun, perubahan warna, aroma, dan tekstur dari cairan keputihan bisa dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan bakteri pada vagina. 

Berikut adalah beberapa penyebab dari perubahan keseimbangannya, antara lain:

  • Konsumsi antibiotik atau steroid.
  • Vaginosis bakterialis, yang umumnya terjadi pada wanita hamil atau wanita yang memiliki beberapa partner seks.
  • Konsumsi pil KB.
  • Kanker serviks.
  • Infeksi menular seksual, seperti klamidia atau gonore.
  • Diabetes.
  • Infeksi pelvis pasca operasi.
  • Trikomoniasis.
  • Pengeringan dinding vagina selama menopause.
  • Vaginitis, iritasi dalam atau sekitar vagina
  • Infeksi jamur.

Kapan Harus ke Dokter?

Anda perlu melakukan konsultasi dengan dokter jika cairan keputihan memiliki aroma dan tampilan yang tidak normal. 

Beberapa gejala yang perlu diperhatikan, antara lain:

  • Nyeri.
  • Sakit atau rasa tidak nyaman.
  • Keputihan yang menggumpal.
  • Mengalami pendarahan saat tidak menstruasi atau setelah menopause.
  • Pendarahan setelah berhubungan seksual reguler.
  • Keputihan berwarna abu-abu, hijau, atau kuning.
  • Aroma tidak sedap yang kuat pada area kewanitaan.
  • Sensasi terbakar saat buang air kecil.

Diagnosis Keputihan

Dokter akan mulai dengan memeriksa riwayat kesehatan dan bertanya tentang gejala yang dirasakan. Pertanyaan yang diajukan, pada umumnya seputar ciri-ciri cairan keputihan yang Anda alami. Selain itu, dokter juga akan bertanya tentang gejala lain seperti rasa sakit atau nyeri yang dialami. 

Dokter juga mungkin akan mengambil sampel cairan keputihan dan melakukan pemeriksaan dengan mengambil sampel leher rahim untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Perawatan Keputihan

Penanganan keputihan yang bisa dilakukan di rumah, antara lain:

  • Menggunakan kompres dingin, seperti handuk dingin atau kantong es untuk meredakan rasa nyeri, bengkak, atau rasa tidak nyaman pada area kewanitaan
  • Jika ingin melakukan hubungan seksual, sebaiknya partner Anda menggunakan kondom, atau tunggu selama seminggu.
  • Segera lakukan konsultasi dengan dokter jika gejala tidak membaik setelah seminggu

Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan penyebab keputihan. Jika disebabkan oleh infeksi jamur, maka dokter akan memberikan obat antijamur. Namun, apabila keputihan disebabkan oleh bacterial vaginosis, Anda mungkin akan diberikan pil atau krim antibiotik. 

Komplikasi Keputihan

Meskipun keputihan merupakan hal yang normal, tetapi jika disertai dengan rasa sakit, perubahan warna, tekstur, dan aroma, maka diperlukan penanganan yang tepat.

Pasalnya, jika tidak diobati maka beberapa komplikasi dapat terjadi, seperti:

  • Jika ada vaginosis bakterialis, maka risiko terkena infeksi menular seksual pun akan meningkat.
  • Jika ada trikomoniasis, maka risiko infeksi menular seksual juga meningkat.
  • Jika ada gejala vaginosis bakterialis dan trikomoniasis saat hamil, maka dapat menyebabkan kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan yang kecil.
  • Jika penyakit gonore dan klamidia tidak diobati, maka ada kemungkinan untuk menyebabkan infeksi pelvis. Kondisi ini dapat menyebabkan kehamilan atopik. 

Baca Juga15 Obat untuk Atasi Keputihan, dari Medis hingga yang Alami

Pencegahan Keputihan

Sebenarnya vagina memiliki kemampuan untuk menjaganya tetap bersih dengan bantuan bakteri baik. Namun untuk menjaganya tetap bersih, gunakan air bersih untuk membersihkan area di sekitar vagina.

Bakteri ini akan menjaga vagina dalam suasana asam, sehingga pertumbuhan bakteri dan jamur bisa dicegah.

Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga area vagina tetap bersih, antara lain:

  • Hindari menggunakan sabun, tisu basah, dan produk pembersih kewanitaan lainnya.
  • Jangan membersihkan vagina dengan cairan yang mengandung bahan kimia.
  • Hindari menggunakan celana dalam yang ketat atau baju yang penuh keringat dalam waktu yang lama.
  • Basuh vagina dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi bakteri dari anus ke vagina.

 

  1. Anonim. 2021. Vaginal Discharge. https://www.mayoclinic.org/symptoms/vaginal-discharge/basics/when-to-see-doctor/sym-20050825/. (Diakses pada 2 Januari 2023). 
  2. Anonim. 2022. Vaginal Discharge. https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/4719-vaginal-discharge. (Diakses pada 2 Januari 2023). 
  3. Cassata, Cathy. 2022. What Is Vaginal Discharge? Symptoms, Causes, Diagnosis, and Treatment. https://www.everydayhealth.com/vaginal-discharge/guide/. (Diakses pada 2 Januari 2023). 
  4. Galan, Nicole. 2020. A Color-Coded Guide To Vaginal Discharge. https://www.medicalnewstoday.com/articles/322232. (Diakses pada 2 Januari 2023).
  5. Watson, Stephanie. 2022. Vaginal Discharge: What’s Abnormal?. https://www.webmd.com/women/guide/vaginal-discharge-whats-abnormal. (Diakses pada 2 Januari 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi