Terbit: 26 November 2021 | Diperbarui: 30 November 2021
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Anak-anak yang suka bertengkar adalah hal yang wajar terjadi di dalam keluarga. Namun jika terlalu sering terjadi, orang tua pasti pusing dibuatnya. Jangan bingung, ada cara mengatasi kakak adik yang sering bertengkar agar kembali rukun.

Cara Mengatasi Kakak dan Adik yang Sering Bertengkar

Kakak Adik Bertengkar? Ini Alasannya

Tidak ada asap jika tidak ada api. Walaupun pertengkaran antar saudara itu wajar, tetapi pasti ada sebabnya. Jika pertengkaran semakin kerap, saatnya orang tua mengoreksi diri. Mungkin mereka melakukan 3 hal berikut hingga anak-anaknya kerap bertengkar.

  • Dibanding-bandingkan

Tidak ada orang yang suka dibanding-bandingkan, termasuk anak-anak. Anak yang sering mendengar dirinya dibanding-bandingkan dengan saudaranya akan kerap merasa rendah diri, cemburu, dan mudah tersinggung terhadap saudaranya tersebut. Perlakukan setiap anak dengan adil karena setiap anak itu unik.

  • Perlakuan orang tua yang kurang adil

Adil bukan berarti setiap anak harus mendapatkan jatah dan perlakuan yang sama. Adil artinya setiap anak mendapatkan perlakuan sesuai yang mereka butuhkan.

Bagi kakak dan adik, kasih sayang yang hanya tercurah pada salah satu dari mereka dapat memicu pertengkaran.

  • Pemikiran salah satu anak berubah

Jika jarak usia antara kakak dan adik lumayan jauh, seringkali mereka bertengkar karena perbedaan sudut pandang. Si kakak yang sudah masuk sekolah mengenal disiplin dan kesetaraan, sementara si adik yang balita belum.

Keinginan kakak untuk menegakkan pemikirannya terhadap adiknya seringkali memicu pertengkaran di antara mereka.

Baca Juga: 12 Indikator Keluarga Sehat yang Wajib Dipenuhi Keluarga Indonesia

Cara Mengatasi Kakak Adik yang Sering Bertengkar

Berikut ini beberapa cara mengatasi anak-anak atau kakak beradik yang sering bertengkar, yang bisa dilakukan oleh para orang tua:

1. Jangan pakai emosi

Jika anak-anak yang sedang emosi dihadapi oleh orang tua memakai emosi juga, hasilnya adalah mereka tidak akan belajar mengendalikan diri. Hadapi anak-anak dengan tenang, dengan begitu mereka juga belajar untuk mengendalikan emosinya.

2. Fokus pada korban dahulu, baru tersangka

Jika sempat terjadi kekerasan, fokus dahulu kepada korbannya. Pastikan tidak ada luka serius yang membutuhkan penanganan. Jika luka sudah diobati, barulah ajak mereka duduk untuk menyelesaikan masalah.

3. Jangan hanya ditonton

Terkadang jika orang tua menonton pertengkaran yang terjadi, anak-anak akan bertengkar lebih lama. Hal ini terjadi karena mereka saling menarik perhatian orang tua agar dibela.

Jika tidak ada yang berbahaya, tidak usah menonton mereka. Sebaliknya, dorong anak-anak agar menyelesaikan masalahnya.

4. Ajarkan cara berdiskusi

Bertengkar sejatinya adalah cara mereka belajar bagaimana menghadapi masalah dengan orang lain. Ajarkan anak bagaimana cara berdiskusi dan bernegosiasi untuk menyelesaikan masalah, serta mendapatkan solusi yang adil untuk semua orang.

Baca Juga: Toxic Family: Definisi, Ciri-Ciri, Dampak Buruk, dan Cara Menghadapi

5. Alihkan perhatian mereka

Pada anak yang berusia pra sekolah, mengalihkan perhatian kepada hal yang menarik adalah cara yang ampuh. Bawa anak-anak bermain keluar, atau ajak melakukan kegiatan yang mereka suka bersama-sama.

6. Terima perasaan mereka dan bantu mengekspresikannya

Bertengkar, marah, dan merasakan emosi negatif akan menjadi ajang belajar jika orang tua memvalidasi perasaan anak. Terima perasaan mereka, beri tahu bahwa hal itu wajar.

Lalu biarkan mereka mengekspresikannya secara wajar. Bantu anak mengetahui bagaimana cara mengungkapkan perasaannya tanpa menyakiti diri atau orang lain.

7. Buatlah aturan dan konsisten menjalankannya

Anak-anak bisa kok, diajak hidup dengan peraturan yang tegas dan konsisten. Ajak mereka menyusun peraturan bersama.

Bolehkan mereka memberikan usulan, namun orang tua harus tetap menegaskan batasan untuk setiap peraturan. Jangan lupa untuk konsisten menjalankannya agar peraturan tersebut lama-kelamaan bisa menjadi kebiasaan baik.

8. Reward and punishment yang mendidik

Memberikan hukuman dan hadiah diperbolehkan dalam pengasuhan. Asalkan dilakukan dengan cara yang mendidik.

Usahakan agar hukuman yang didapat anak berefek positif pada mereka. Misalnya, mengurangi uang saku atau harus menjemur pakaian selama seminggu jika memukul adik.

Begitupun reward, harus diberikan secara adil dan berefek mendidik. Hargai proses anak memperbaiki diri. Bukan hanya terfokus kepada hasilnya.

9. Ajari cara minta maaf

Ayah dan Bunda harus mengajarkan anak-anak cara minta maaf dan saling memaafkan. Bila anak-anak memang sering meributkan hal-hal kecil, setelah mengajak mereka berdiskusi orang tua harus mendorong anak-anak untuk saling minta maaf.

Anak akan belajar tanggung jawab, introspeksi, dan mengasihi satu sama lain. Kakak dan adik tersebut juga akan belajar untuk tidak melakukan kesalahan serupa atau tidak bertengkar lagi dengan saudara sendiri.

Baca Juga: 11 Perbedaan Pola Asuh Orang Tua Zaman Dulu dan Sekarang

Efek Positif di Balik Pertengkaran Kakak Adik

Di balik pertengkaran yang terjadi antara kakak dan adik, ternyata ada efek positif yang bisa mereka ambil. Tiga di antaranya adalah:

  • Belajar menyelesaikan masalah

Terjadinya pertengkaran karena adanya masalah. Melalui pertengkaran, anak-anak belajar bagaimana cara menyelesaikan masalah di antara mereka.

Kelak kemampuan ini akan sangat diperlukan saat mereka menghadapi tantangan di dunia mereka yang semakin luas.

  • Membantu perkembangan komunikasi dan bahasa

Bertengkar membuat anak memikirkan strategi bagaimana mengungkapkan keinginannya. Mereka juga akan belajar memahami keinginan ‘lawan’, mendebat, dan berargumentasi.

Semua ini adalah cara mengembangkan kemampuan komunikasi dan bahasa. Hal yang perlu dilerai orang tua adalah jika sudah mengucapkan kata-kata ancaman yang serius, berkata kotor, atau memakai kekerasan berlebihan.

  • Membantu meningkatkan kecerdasan asertif

Kecerdasan asertif diperlukan anak dalam menghadapi dan menerima peristiwa-peristiwa yang tidak mengenakkan. Bagaimana mereka mengendalikan reaksi atas aksi negatif orang lain.

Misalnya menghadapi kegagalan, kekecewaan, kehilangan, kekalahan, dll. Kecerdasan asertif sangat diperlukan ketika kelak anak memasuki dunia yang lebih luas. Saat remaja hingga dewasa.

Bertengkar terkadang memberikan anak pengalaman dikalahkan, dikecewakan. dan kehilangan sesuatu. Dari peristiwa ini kecerdasan asertifnya akan terasah.

Menghadapi persaingan dan pertengkaran antar anak memang sangat menantang. Di satu sisi mereka memerlukannya untuk melatih diri. Di sisi lain pertengkaran juga dapat memicu masalah lain yang lebih besar., apalagi jika memakai kekerasan.

Orang tua perlu memahami cara mengatasi kakak adik yang sering bertengkar. Pertengkaran kecil antara kakak dan adik itu wajar, namun ingat anak-anak harus diajari cara mengelola emosi dengan benar serta tetap mencintai anggota keluarga apapun yang terjadi.

Bunda dan Ayah juga memiliki peran penting agar anak-anak jangan sampai bertengkar besar hingga saling membenci.

 

  1. Cleveland Clinic. 2020. 10 Tips for Dealing With Sibling Rivalry. https://health.clevelandclinic.org/sibling-rivalry-tips-5-for-prevention-5-for-intervention/. (Diakses pada 21 November 2021).
  2. Lee, Katherine. 2020. 8 Ways to Effectively Manage Sibling Fighting and Rivalry. https://www.verywellfamily.com/solutions-for-sibling-fighting-and-rivalry-620104. (Diakses pada 21 November 2021).
  3. Positive Parenting. 2021. How to End Sibling Rivalry in 6 Simple Steps. https://www.positiveparentingsolutions.com/sibling-rivalry. (Diakses pada 21 November 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi