Terbit: 1 March 2018 | Diperbarui: 26 January 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Baru-baru ini Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebutkan sekitar 4 ribu warga di DKI Jakarta terindikasi mengalami gangguan jiwa. Merujuk data yang dihimpun melalui progam “Ketuk Pintu Layani Dengan Hati”, Sandi menilai salah satu pemicunya adalah putus cinta. Namun, data tersebut masih harus dikembangkan, sebagai dasar untuk menentukan kebijakan terkait penanganannya.

Putus Cinta Sebabkan Gangguan Jiwa?

Putus Cinta dan Depresi pada Anak Muda

Putus cinta adalah suatu kejadian yang bisa meninggalkan trauma yang mendalam. Penelitian menunjukkan bahwa putus cinta adalah penyebab utama tekanan psikologis dan menjadi penyebab utama bunuh diri di kalangan anak muda.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Counselling Services di University of New Brunswick, banyak anak muda yang mengalami masalah kesehatan mental setelah berpisah dengan pasangannya.

Sementara itu, dalam sebuah penelitian lain, 40 % remaja mengalami depresi ringan setelah hubungannya dengan pasangan berakhir, sementara 12 % lainnya dilaporkan mengalami depresi berat.

Dampak negatif lain yang mungkin terjadi saat seseorang mengalami putus cinta adalah gangguan tidur atau penggunaan zat-zat terlarang. Tidak hanya itu, putus cinta juga memiliki efek psikologis yang besar. Penelitan terbaru menunjukkan bahwa saat hubungan dengan pasangan berakhir, reaksi biokimia di dalam tubuh sama ketika Anda mengonsumsi obat.

Sedangkan sebuah penelitian lain menunjukkan, banyak anak muda di Amerika Serikat memutuskan bunuh diri karena depresi setelah putus cinta dengan pasangannya. Setiap tahunnya, hampir 20 % anak muda Amerika Serikat bunuh diri. Depresi merupakan faktor risiko nomor satu untuk kasus bunuh diri pada anak muda di Amerika Serikat. Selain itu, 1 dari 12 anak muda berusia di antara 15-24 tahun akan memutuskan bunuh diri karena depresi setelah ditinggal pasangannya.

Wanita muda juga termasuk kelompok yang memiliki risiko tinggi mengalami depresi, dibandingkan wanita yang lebih tua dan pria dari segala usia, termasuk remaja. Kesedihan, kecemasan, dan emosi negatif lebih banyak dirasakan oleh wanita muda. Sebuah penelitian menyebutkan sebanyak 43% wanita usia kuliah mengalami kesulitan tidur dalam beberapa bulan karena putus hubungan dengan kekasih.

Meski wanita muda berisiko tinggi mengalami depresi, menurut profesor Ridwan Shabsigh dari Cornell University, dalam menghadapi trauma psikologis, wanita jauh lebih tangguh ketimbang pria. Fakta membuktikan, pria lebih mudah terpengaruh secara substansial oleh trauma psikologis dan aktivitas kehidupan yang negatif seperti, bercerai, kebangkrutan, perang dan kematian.

Sedangkan statistik menunjukkan ancaman bunuh diri lebih banyak disampaikan oleh wanita, namun angka bunuh diri pria lebih tinggi karena pria lebih berani melakukannya.

Dampak Buruk Putus Cinta Jika tak Segera Ditangani

Mengenali tanda-tanda depresi setelah putus cinta dapat menurunkan risiko komplikasi sejumlah penyakit. Untuk diketahui, depresi juga berdampak pada kesehatan fisik seperti, nyeri sendi, sakit kepala, dan sakit perut. Selain itu, efek depresi lainnya adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh dan membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Bahkan, masalah emosional ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes.

Apa yang harus dilakukan saat mengalami putus cinta?

  • Cobalah untuk tidak melihat foto pasangan atau menyimpan hadiah yang pernah diberikan pada Anda. Selain itu, cobalah untuk menghindari tempat di mana Anda senang menghabiskan waktu berdua.
  • Jangan terlalu banyak membicarakan mantan. Temukan aktivitas baru seperti membersihkan rumah, menggambar, olahraga atau bertemu dengan teman-teman baru.
  • Mengubah rutinias. Jika sebelumnya Anda tidak senang berolahraga, maka mulailah untuk berolahraga. Olahraga dipercaya dapat membantu mengatasi depresi. Selain itu, olahraga juga membuat otak melepaskan zat kimia seperti opioid endogen yang bisa menciptakan perasaan puas.
  • Memikirkan hal buruk di masa lalu. Saat putus cinta, sebagian besar orang hanya memikirkan hubungan yang terjadi saat itu. Akan lebih baik jika Anda mengimbanginya dengan memikirkan hal-hal buruk yang pernah dilakukan oleh mantan Anda.

Saat sedang mengalami putus cinta, Anda harus beranggapan bahwa kejadian ini merupakan hal yang dapat menjadikan Anda sebagai pribadi yang dewasa, serta memberikan kesempatan bagi orang-orang baru yang lebih baik untuk membahagiakan Anda—lebih dari pasangan sebelumnya.

Ingatlah bahwa putus cinta bukanlah akhir dari perjalanan hidup. Teruslah berbuat baik untuk diri sendiri dan orang lain.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi